"Jadi beneran Mama sama Papa gak jadi pulang?" Aku mengemasi beberapa barang di rumah. Aku sedang pulang ke rumah. Mengambil gaun yang nanti akan ku pakai. Alexa juga ikut bersamaku. Tetapi, entah dia ada di mana sekarang.
"Iya sayang. Kamu salamin aja sama Budhe Retno. Mama sama Papa gak bisa datang. Dan semoga, kami bisa pulang dalam waktu dekat ini. "
"Iya Ma. Padahal, dengar Mama sama Papa mau pulang, aku tuh seneng banget. Tapi harus sedih lagi. Karena kalian gak jadi pulang."
"Kerjaan kami di sini sangat mendadak. Dan harus segera di selesaikan. Maaf banget. "
"Iya-iya Ma, aku ngerti kok."
"Oh iya, kamu di sana aman, kan?"
Mendengar pertanyaan Mama seketika aku terdiam. Tidak mungkin jika aku menceritakan semua kejadian yang ku alami. Secara, ini semua menyangkut keselamatan ku. Dan Mama pasti akan sangat overprotektif lagi.
"Sayang... kamu masih di situ, kan?"
"Eh iya Ma. Aku baik-baik aja kok. Kerjaan lancar, semuanya lancar dan aman." Tentu saja ucapan ku penuh dusta.
"Alhamdulillah kalau begitu. Mama itu seneng dengarnya. Ingat ya, 1 bulan lagi umur kamu menginjak 25 tahun. Mama dan Papa usahakan akan pulang nanti. Kamu berdoa yang terbaik aja."
Ah iya, sungguh tidak terasa sudah 2 bulan di Jakarta. Aku harus bertahan. Karena sebentar lagi semuanya akan selsai.
"Sayang sudah dulu ya. Mama mau tidur. Di sini sudah malam. Besok harus kerja."
"Iya Ma. Mama sehat-sehat ya di sana. Sera kangen banget sama Mama. Love you."
"Mama juga kangen sama kamu. Love you to, sayang."
Dan percakapan pun berakhir. Aku meletakkan ponsel di atas ranjang. Lalau mengedarkan pandanganku di semua sudut kamar. Karena aku tidak melihat Alexa. Kemana Alexa?
Aku bangkit dari duduk. Dan berjalan keluar kamar.
"Alexa.... " panggilku. Namun tidak ada sahutan.
"Alexa.... "
"Alexa.... "
Begitu terus aku memanggil namanya. Namun sama. Tetap tidak ada jawaban. Kemana Alexa?
Aku pun turun tangga. Dan berniat ingin bertanya kepada asisten pembantuku di rumah ini. Aku melihat Bibi sedang mencuci piring. Dari belakang terlihat seperti itu.
"Bi, tahu temen, aku gak?"
Bibi menghentikan aktifitasnya. Tetapi dia hanya diam, dan enggan menatapku.
"Bi Minah?" ucapku. Tapi sama, Bi Minah hanya diam. Aku mengerjap kan mataku beberapa kali. Lalu tidak lama setelah itu Bi Minah menunjuk ke arah taman belakang. Apa mungkin Bi Minah sedang sakit? Makanya dia enggan berbicara.
Aku tidak ingin memikirkan semua itu. Aku segera berjalan menuju taman belakang. Dan benar, ternyata Alexa berada di sini.
"Saya cariin kamu ternyata di sini."
Alexa melihat wajahku sekilas. Aku pun duduk di sebelahnya.
"Dokter punya kembaran, ya?" cetus Alexa setelah susana hening beberapa saat.
Aku terdiam, hanya tersenyum mendengar ucapan Alexa.
"Darimana kamu tahu?" tanyaku, "Oh apa kamu lihat foto-foto di ruang tamu?"
Alexa menggelengkan kepalanya. "Aku kira, dia adik Dokter. Tapi ternyata dia kembaran Dokter. Aku tahu, ketika aku lihat kalian bermain di sana."
Alexa menunjuk sebuah ayunan, prosotan kecil yang dulu di buatkan oleh Papa untuk kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Mystery / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...