|| Tulisan

2.5K 476 74
                                    


"Darah manismu akan segera hilang. Tergantikan dengan kegelapan."

Apa maksudnya? Aku pun memperhatikan tulisan tersebut. Mana tahu aku mengenalinya. Dan benar, aku seperti mengenali tulisan ini. Ini seperti tulisan yang pernah ku lihat. Tapi di mana? Dan siapa pemilik tulisan ini? Aku menghela nafas, sembari memejamkan mata untuk mengingatnya. Aku lupa dengan tulisan ini!

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku meliriknya. Kak Satya menghubungiku. Aku membiarkannya begitu saja. Tanpa mengangkat telpon tersebut. Tapi, ponselku terus bunyi. Membuatku geram! Aku mengambil ponsel tersebut lalu mengangkat panggilan telponnya.

"Akhirnya, kamu angkat telpon aku," ucapnya di seberang sana. Aku menghela nafas kesal.

"Apa lagi sih Kak? Kita udah selesaikan? Kenapa masih hubungi terus!" ucapku dengan nada sedikit ketus.

"Aku bisa jelasin semuanya Ser, ini gak seperti apa yang kamu bayangkan. Aku.... "

Tut.... tut... tut....

Aku mematikan sambungan telpon. Benar-benar malas meladeni Kak Satya. Mendengarkan pembelian untuk dirinya. Beberapa menit kemudian ponselku berbunyi lagi. Aku membiarkannya. Namun ternyata Kak Satya begitu gencar menghubungiku. Aku pun mengambil ponsel. Namun tidak melihat dulu layar ponselku.

"Halo?! Apalagi sih Kak? Aku gak butuh pembelaan Kakak!" ucapku dengan emosi.

"Sera..... ini gue Abi... " Aku terkejut. Langsung melihat layar ponselku. Dan benar, dia adalah Abi.

"A..... Abi.... " ucapku menahan malu. "Ngapain lo nelpon gue?"

"Jadi benar? Lo sama Satya udah putus?"

"Bukan urusan lo ya!" ucapku tidak suka. Karena Abi ikut dalam permasalahan ku.

"Lo tahu kan Ser? Gue adalah lelaki bodoh yang telah melepaskan perempuan setulus lo. Gue cuma mau lo bahagia."

Perkataan Abi sukses membuatku menitikkan air mata. Air mata ini turun begitu saja. Membuat dadaku begitu sesak.

"Gue tahu, rasa cinta gue ke lo udah jadi obsesi. Gue juga paham banget, gak mudah buat lo nerima gue lagi. Setelah gue hancurkan lo berkali-kali. Tapi, dalam lubuk hati gue yang paling dalam, gue benar-benar nyesel. Apa lo tahu, alasan gue milih Metha waktu itu?"

"Karena lo cuma mau lindungi, Metha? Kan?" ucapku.

"Gue benar-benar bingung waktu itu. Gue gak bisa milih antara lo sama Metha. Gue sayang banget sama lo. Tapi gue tahu, lo dekat sama Satya. Dan gue juga yakin Satya akan bisa membahagiakan lo. Sementara Metha, dia gak punya siapa-siapa. Gue lebih tahu Metha karena Metha pernah jadi orang yang paling gue sayang. Begitu juga dengan lo. "

Abi menghentikan ucapannya sebentar.

"Waktu itu, di pikiran gue cuma satu. Lo bahagia, Metha bahagia. Gue seneng lihat lo bahagia. Dan bukan maksud gue buat nyakitin lo. Maaf, tadi tadi sore gue lihat lo bertengkar sama Satya lo tahu apa yang gue rasa? Gue gagal Ser! Gue gagal, karena gue telah mempercayai Satya untuk jaga lo."

"Udah?..... hiks intinya, lo sama Satya sama aja! Sama-sama nyakitin gue!" ucapku dengan terisak. "Apa lo gak mikir gue? Kalau yang gue mau itu lo! Bukan Kak Satya! Lo Abi! Lo!"

"Tapi sayangnya lo gak pernah paham itu!" Aku segera mematikan sambungan telpon. Dan menonaktifkan ponselku. Aku merebahkan tubuhku. Dada sangat sesak karena harus memutar kembali kenangan-kenangan menyakitkan itu.

Kenapa menjadi dewasa sesakit ini? Kenapa prosesnya seperi ini? Aku lebih memilih menjadi anak-anak yang hanya memikirkan bermain. Bukan memikirkan hal seperti ini.

DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang