"Nata adalah..... saudara kembar saya."
"Apa?"
Aku hanya diam, menatap Nara tidak percaya.
"Bagaimana kamu bisa kenal dengan saudara kembar, saya?"
Ucapan Nara membuat lamunanku buyar. "Nata... dia kakak kelas, saya."
Nara mengerutkan keningnya. "Kamu sekolah di.... "
"Iya. Karena waktu itu saya ingin mengungkap misteri kematian saudara kembar saya juga."
"Nata memang sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Dia bunuh diri, karena Rindu meninggal." Mengingat tentang Rindu, aku jadi ingat sesuatu.
"Tunggu sebentar," ucapku masuk kedalam kamar asrama. Aku mencari benda itu, benda peninggalan Rindu.
"Loh, Dokter cari apa?" tanya Alexa bingung.
"Cari sesuatu, " jawabku tanpa menatap Alexa, karena memang aku sedang fokus mencari benda tersebut.
"Mau aku bantu?"
Dan akhirnya aku mendapatkannya. "Gak usah. Ini udah ada kok."
Alexa mengangguk, lalu melihat ke arah pintu. "Kak Nara belum pulang?"
"Iya. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kakak kamu," jawabku. Sekali lagi, Alexa hanya mengangguk. "Alexa, kamu minum obat. Dan istirahat, saya hanya sebentar, kok."
Alexa mengangguk lagi. Gadis itu mengambil obatnya. Lalu meminum obat tersebut. Aku masih berdiri, memastikan agar Alexa istirahat. Karena dari wajahnya Alexa terlihat begitu lelah. Setelah Alexa memejamkan mata. Aku bergegas untuk keluar kamar menemui Nara.
"Oh iya, boleh kita mengobrol di sebelah sana, saja?" pintaku, sembari menunjuk balkon asrama.
Nara hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Kami pun berjalan menuju balkon kamar. Di balkon kamar juga di sediakan tempat duduk. Meja dan kursi, lengkap dengan pemandangan Indah. Siapa pun, boleh duduk di tempat ini.
"Beberapa tahun lalu, penyelidikan saya tentang SMA Garuda benar-benar membuahkan hasil," ucapku mengawali pembicaraan. Aku menyodorkan buku diary milik Rindu, serta kalung liontin milik Rindu. Semuanya masih ku simpan.
"Liontin ini.... "
"Iya, ini liontin milik Rindu. Dan ini juga buku diary milik Rindu," sambung ku. "Apa anda tahu satu hal?"
"A... apa?"
"Tentang Nata yang di hidupkan lagi sama Fiza," ujar ku menatap Nara dengan lekat. Ada keterkejutan di sana. Membuatku yakin, jika Nara tidak mengetahui apa-apa soal ini.
"Astaga.... "
Nara memijat keningnya. Bahkan ia sampai menghela nafas berkali-kali.
"Saya benar-benar tidak tahu. Setelah meninggalnya Nata, keluarga saya pindah ke Jakarta. Dan beberapa bulan ini memang harus stay di Bandung. Karena depresi yang di alami oleh Alexa, adik saya."
Aku terdiam, mendengar penjelasan dari Nara. "Sekali lagi, saya titip Alexa."
"Baik. Saya akan menjaga Alexa."
"Kalau begitu saya permisi, oh iya boleh saya bawa diary ini?"
"Boleh silahkan," jawabku. Nara tersenyum tipis. Lalu pergi meninggalkan ku. Suasana sore hari perlahan tergantikan oleh malam. Aku pun langsung masuk kedalam kamar. Alexa masih tidur dengan pulas. Aku pun memutuskan untuk makan malam lebih dulu.
Selsai makan malam, aku segera membersihkan piring yang telah di gunakan. Di tengah-tengah mencuci piring. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu. Seperti ada sebuah bayangan yang lewat di belakangku. Aku mematikan kran air. Dan meletakkan piring secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Mystery / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...