"Hey! Kalian!" kami terdiam di tempat. Karena ada yang memergoki kami.
Apa kami ketauan?
****
Kami panik, takut jika mereka mengenali kami. Dan malah akan memperburuk keadaan.
"Ayo cepat, turunin barang-barangnya. Bawa ke dalam!" perintah lelaki itu. Jadi ia mengira kami ini anak buahnya?
Karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan. Kami memutuskan untuk menuruti kemauan lelaki tersebut. Menurunkan barang-barang dalam kardus. Dan membawanya kedalam.
Kami meletakkan barang tentu sebut di suatu gudang penyimpanan. Lalu kami keluar. Untung saja, kami memakai masker dan topi. Jadi kami merasa tidak ada orang yang kenal dengan kami.
"Nih upah kalian," ucap lelaki tadi memberikan uang ratusan ribu kepada kami.
"Pak, ini di mana, ya?" ucap Abi. Lelaki tersebut melirik kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang di sini.
"Kalian keluar lewat pintu sana. Ingat, jangan lewat pintu depan," ucap lelaki itu. Lelaki itu juga menunjuk sebuah lorong gelap.
"Emang kenapa kalau lewat pintu depan?" tanya Marcell.
Lelaki itu menjawabnya dengan gerakan tangan memotong leher. Dengan sedikit bisikan kepada kami. "Mati."
Kami semua terdiam mendengarnya. "Sudah. Kalian cepat pergi!"
Kami pun mengangguk, dan berjalan kearah lorong gelap yang di ucapkan lelaki tadi. Bukan untuk keluar dari bangunan ini. Tapi agar lelaki tadi tidak curiga kepada kami.
Kami sudah cukup jauh dari lelaki tadi. Kami memutuskan untuk berhenti di tempat ini.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" ucapku, menatap Marcell dan Abi.
"Kita akan tetap masuk. Gue udah hubungi teman gue buat berjaga di depan," ucap Abi. Aku mendongak kearahnya, pandangan kami bertemu.
"Terlalu beresiko gak sih?" ucap Marcell. Membuat aku dan Abi melepaskan pandangan mata kami.
"Resiko udah kita tanggung, sejak masuk ke dalam bangunan ini. Yang harus kita lakukan sekarang adalah, saling menjaga." Abi berucap sembari menatap kami.
Aku mengangguk, begitu juga dengan Marcell.
"Ser, lo jangan jauh-jauh dari gue ya. Gue bakalan lindungi lo, kok," ucap Marcell.
Aku mengangguk. Abi pun mulai memberi arahan kepada kami.
***
Setelah beberapa menit berdiskusi. Kami memutuskan untuk masuk kedalam lagi. Dengan langkah kaki pelan, kami mulai berjalan. Abi lebih dulu, aku, kemudian Marcell.
Kami masuk kedalam sebuah ruangan. Entah ruangan apa ini. Tapi, kami seperti mencium bau masakan yang enak. Dan baru lah sadar, jika di sini adalah dapur.
Lalu aku melihat beberapa orang lelaki berbaju hitam tengah berjaga. Kami semua menunduk, bersembunyi ketika salah satu lelaki tadi menyadari keberadaan kami.
Ku kira mudah masuk kedalam gedung ini. Tapi ternyata, tidak seperti yang ku bayangkan.
Terdengar suara langkah kaki yang bergesekan dengan ubin. Kami semakin menunduk, karena mendengar suara langkah tersebut semakin mendekat.
"Dika, lo ngapain di sini? Jaga sana!" ucap seorang lelaki kepada temannya.
"Gue tadi kayak liat orang asing di sini," ucap lelaki bernama Dika.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Mystery / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...