Author POV
Di luar gedung, Marcell terus menghubungi seseorang. Namun seseorang itu tidak kunjung datang. Dan, tidak berapa lama. Sebuah mobil datang. Beberapa orang mengenakan pakaian biasa turun dari mobil.
"Kalian siapa?" ucap Marcell bingung. Orang-orang tersebut saling pandang. Salah satu di antara mereka membuka ponsel, kemudian mengangguk.
"Marcell?" ucap salah satu dari mereka.
"Iya. Kalian siapa?" ucap Marcell yang masih bertanya-tanya.
"Kami dari tim kepolisan. Tadi salah satu rekan kami yang menyuruh kami ke sini," ucapnya. "Dan dia juga memberi foto anda. Jadi kami tau kalau anda Marcell."
Marcell lega mendengarnya. Marcell kira mereka adalah orang jahat. Tidak lama setelah itu, sebuah mobil datang lagi. Haris dan Mia. Sosok yang di tunggu-tunggu oleh Marcell sejak tadi.
"Pak, ini teman saya. Haris dan Mia, " ucap Marcell.
"Cell, Sera mana? Dia gak pa-pa kan?" ucap Mia yang baru turun dari mobil.
"Sayang, kamu tenang dulu," ucap Haris membatasi gerak Mia.
"Gimana aku bisa tenang. Aku khawatir banget sama Sera, " ujar Mia tidak mampu menahan air matanya. Haris hanya diam, namun ia mendekap Mai dan mengusap-usap kepalanya. Mencoba menenangkan Mia.
"Kita harus atur strategi untuk masuk kedalam," ucap Marcell di tangah keheningan.
"Anda sudah masuk kedalam? Lalu bagaimana keadaan di dalam?" ujar salah satu polisi.
"Penjagaannya sangat ketat. Kita gak mungkin masuk gitu aja," jawab Marcell. "Dan yang paling penting, kita harus menyiapkan persenjataan yang lengkap," sambung Marcell.
Mereka semua mengangguk, menyetujui ucapan Marcell. Mereka mulai mengatur strategi, agar bisa mencari keberadaan Abi dan Sera.
***
Sera POV
Aku berjalan di sebuah lorong. Sampai saat ini aku tidak menemukan jalan keluar. Padahal kaki ku sudah sangat pegal. Entah di mana sekarang aku berada. Yang jelas, aku hanya mengikuti arah lorong ini.
Pikiranku bercabang, aku takut jika ucapan Raina tentang Kak Satya benar. Aku duduk di pinggir lorong. Menekuk kakiku, sembari menangis.
Tiba-tiba sesuatu mengusap kepalaku. Aku takut. Siapa yang ada di depanku? Apa si jubah merah? Atau....
"Sera.... "
Suaranya begitu lembut. Dan aku sangat mengenali suaranya. Aku pun mendongak, menatap ke sumber suara.
"Eyang.... " gumam ku masih tidak percaya. Aku menatap Eyang yang mengenakan baju setelan putih di depanku.
"Ayo, nduk kamu kuat. Jangan menyerah dengan keadaan. Sebentar lagi.... "
"Sera gak kuat Eyang. Sera gak kuat.... " ujarku sembari menangis.
"Ingat orang-orang yang kamu sayangi," ucap Eyang. Seketika aku mengingat semuanya, Mama dan Papa pasti sekarang mereka sedang menunggu kepulanganku.
"Nduk, kalau nanti ada yang sangat mengecewakan di akhir semua ini. Yang harus kamu ingat, dia sayang menyayangi kamu. Apapun dia lakukan untuk kamu. Jangan membuka pintu kebencian di hati kamu. Semua orang pernah khilaf. "
"Ingat pesan Eyang, kamu harus kuat. Jangan mudah menyerah. Eyang akan selalu ada di samping kamu."
"Iya Eyang, Sera akan selalu ingat pesan Eyang," ucapku. Eyang tersenyum, lalu bayangan Eyang mulai pudar. Dan hilang...
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Mystery / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...