"Ser? Lo ngelamun?" ucap Marcell menyadarkan lamunanku.
"Eum, enggak kok. Kepala gue sedikit pusing aja," jawabku sembari tersenyum.
"Lo gak kenapa-napa kan? Apa preman tadi mukul kepala lo?" tanya Marcell khawatir.
"Enggak kok Cell. Mungkin gue cuma kecepean aja. Lo jangan khawatir," jawabku sembari tersenyum. Perjalanan masih jauh, karena memang jarak rumah sakit dengan rumah lumayan jauh.
"Oh iya, tadi Satya nelpon gue." Aku mendongak menatap Marcell yang tengah menyetir.
"Nelpon?" Aku mengerutkan kening.
"Iya. Tadi waktu gue cari lo di jalan Melati blok R. Katanya di khawatir sama lo. Terus minta gue jaga lo, " jelas Marcell. "Kalian berantem, ya?"
Aku hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan Marcell. "Ser, jawab. Kalian lagi berantem? Kenapa gak Satya nelpon lo langsung? Kenapa juga kalian gak pulang bareng?"
"Eum, sedikit masalah," jawabku. Padahal kenyataannya, masalah ini begitu besar. Bahkan aku masih menduga-duga sebenarnya apa yang di sembunyikan Kak Satya kepada ku.
Marcell mengangguk paham. Ia memilih untuk fokus pada jalan. Mendung petang, di tambah dengan suasana yang hampir gelap membuatku menatap ngeri ke luar jendela. Tiba-tiba hujan turun degan begitu deras. Aku segera menutup kaca jendela mobil. Marcell hanya melirikku. Hujan yang deras sungguh sangat menganggu jarak pandang Marcell saat mengemudi.
"Oh iya gue lupa bilang," ucap Marcell memecah keheningan. Aku mendongak kearahnya. Menunggu ia berbicara.
"Jadi tadi sesudah Satya nelpon, gue kan lagi cari lo di jalan Melati blok R tadi, nah setelah itu gak jauh dari tempat itu ada cafe. Nah gue kira lo nungguin gue di sana. Eh tapi, begitu gue mau masuk gue lihat Satya lagi sama cewek. Mereka kayak lagi ngobrol serius gitu."
"Lo.... lo sempat dengar obrolan mereka gak?" tanyaku.
"Gue sempat dengar mereka ngomongin tentang pertunangan. Dan setelah itu, lo malah nelpon gue. Ngabarin lo ada di jalan kenangan blok Y. "
Aku terdiam, untuk apa mereka membicarakan tentang pertunangan? Apa Kak Satya akan bertunangan dengan gadis itu?
"Eum, lo masih ingat gak cewek itu kayak apa?" tanyaku.
"Rambutnya panjang, cantik, kulitnya kuning langsat. Terus perawakannya kayak lo."
Siapa perempuan itu? Apa dia memiliki hubungan dengan Kak Satya? Aku berpikir, mengingat semua teman Kak Satya yang pernah kutumui. Rasa-rasanya tidak asa ciri-ciri yang di sebutkan oleh Marcell tadi. Aku menghela nafas, tapi bukan kan ini urusanku? Karena aku sudah tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Kak Satya.
Baguslah, jika dia sudah menemukan pengganti ku. Aku tidak perlu khawatir untuk meninggalkannya.
Cittt....
Brakkk....
Kepalaku begitu pusing. Karena kepala yang membentur kepalaku.
"Sera, kayaknya gue nabrak sesuatu deh," ucap Marcell.
"Ha? Lo nabrak apa Cell?" tanyaku ikut panik.
"Gue gak tahu," jawab Marcell. "Gue cek dulu," sambung Marcell.
"Gue ikut!" ucapku. Aku mengambil payung. Kami keluar bersama dengan payung masing-masing. Hujan masih begitu deras. Dan kami tidak menemukan apa-apa di sini.
"Kok gak ada?" ucapku.
"Tapi bener, gue tadi kayak nabrak sesuatu!" ucap Marcell meyakinkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Tajemnica / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...