"Jubah.... merah.... "
"Lo santai dulu, coba ceritakan yang sebenarnya terjadi," ucap Mia kepada Marcell. Aku mengangguk, menyetujui ucapan Mia.
Perlahan, Marcell mengatur nafasnya pelan-pelan. Lalu mencoba menenangkan dirinya.
"Gue kan tadi kebangun. Gue bingung, kenapa mobil sepi. Terus gue udah feeling kalau gue di tinggal di mobil. Saat gue mau keluar mobil, gue dengar suara benda tajam yang kayak di seret gitu. Sementara sebelumnya, parkiran emang sepi. Terus gue mencoba mencari sumber suara. Tapi, gue belum berniat keluar mobil."
Marcell menghentikan sebentar ucapannya.
"Setelah itu, gue liat ada segerombolan orang pake baju item-item. Terus gue liat ada sosok manusia yang pake jubah warna merah. Bawa kapak masing-masing. Gue ngumpet, nunggu mereka pergi, setelah itu gue lari ke sini."
Kami semua saling tatap. Setelah mendengarkan penjelasan dari Marcell.
"Lo.... lo lagi gak ngarang ceritakan, Cell?" ucap Mia. Marcell menggelengkan kepalanya.
"Sumpah! Gue gak ngarang cerita!"
Ya Tuhan, apakah semuanya akan terjadi sekarang? Apa hal itu akan benar-benar terjadi?
"Baiklah, para tamu yang terhormat. Kita akan melanjutkan acara pada malam hari ini.... "
Tepuk tangan meriah dan suara MC membuat kami mendongak menatap ke arah sumber suara.
"Malam ini akan ada pertunangan antara Raina dan juga Abimanyu, beri tepuk tangan yang meriah... "
Raina dengan gaun cantiknya berjalan menuju tempat yang telah di sediakan. Begitu juga dengan Abi. Kami semua menunggu momen itu, momen di mana Abi dan Raina bertukar cincin.
Seorang anak kecil cantik datang membawa sebuah nampan yang sudah di hiasi. Serta isi di dalamnya, sebuah kotak bludru.
Pandangan mataku terpaku pada Abi. Begitu juga dengan Abi. Semuanya seperti kosong, bayang-bayang cerita masa lalu tergambar begitu jelas. Aku mengalihkan pandangan. Sebenarnya tidak mau terjebak di sini.
Entah apa yang ku rasakan saat ini. Yang jelas, lebih dari apa yang di bayangkan sebelumnya. Sebuah usapan lembut di bahu membuatku mendongak menatap kearahnya.
Sebuah senyuman yang ia ciptakan membuatku lebih tenang.
Raina lebih dulu menyematkan cincin di jari manis Abi. Membuat para tamu yang ada di sini bertepuk tangan dengan meriah. Aku menunduk, ketika Abi mengambil cincin dari tempatnya. Aku memejamkan mata, menunggu tepukan meriah dari para tamu undangan.
"Saya tidak bisa melanjutkan acara ini."
Semua orang tercengang dengan ucapan Abi. Apa lelaki itu sudah gila?
"Sayang, kamu apa-apaan sih? Kamu bercanda, kan?" ucap Raina. Semua para tamu undangan berbisik-bisik membicarakan hal ini.
"Enggak Raina. Saya tahu apa yang sudah kamu lakukan. Dan memang nyatanya saya tidak pernah mencintai kamu." Abi memperjelas ucapannya
"Abi! Apa yang kamu lakukan!" Kini suara Tante Dinda terdengar begitu marah.
"Cukup ya Bun! Abi gak mau di kekang kayak anak kecil lagi. Abi tuh gak Cinta sama Raina!" ucap Abi.
Keadaan semakin memburuk. Raina sudah menangis dalam dekapan Mamanya.
"Abi, kamu jahat banget, sih," ucap Raina sembari menangis.
"Aku cuma Cinta sama Sera, enggak dengan Raina!" seru Abi. Kini, semua orang menatap kearah ku. Lagi, mereka berbisik-bisik membicarakan ku. Abi menatapku dengan intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Mystery / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...