"Abi... "
Kami diam, Abi melepaskan bunga tersebut begitu saja. Lalu ia meninggalkan ku. Apa maksudnya? Kenapa ia bersikap seperti ini?
"Sayang.... " Aku mendongak, menatap Kak Satya yang menyentuh bahuku. Aku tersenyum, mencoba melupakan apa yang baru saja terjadi.
"Mau pulang kapan?" tanya Kak Satya.
"Bentar lagi ya. Aku mau ketemu sama Eyang Putri dulu," jawabku. Kak Satya mengangguk.
"Kalau gitu aku tunggu sini," ucap Kak Satya. Aku melangkah, meninggalkan Kak Satya. Berjalan menuju kamar inap Eyang Putri.
Di tengah jalan, aku bertemu lagi dengan Raina dan Abi. Keduanya nampak bahagia, saling menyuapi makanan yang telah di sajikan. Aku menunduk, pura-pura tidak melihat keberadaan mereka.
"Eh Sera, mau kemana?" Raina memanggilku.
"Mau ketemu sama Eyang," jawabku. Raina hanya mengangguk. Lalu melanjutkan perjalanan kembali. Setelah cukup jauh dari Raina dan Abi. Aku berhenti di koridor hotel. Menghirup udara sebanyak-banyaknya. Agar sesak di dada ini cepat hilang.
Mungkin memang kita tidak berjodoh. Lantas apa yang harus di sesali? Aku menatap bunga pengantin di tanganku. Setelah itu, aku memilih meletakkan bungan tersebut di meja. Dan meninggalkannya begitu saja.
****
Tok.... tok.... tok....
Aku mengetuk pintu kamar Eyang. Tadi Mbak Vika mengatakan jika Eyang ada di dalam kamar ini. Aku memang tidak begitu akrab dengan Eyang Putri. Karena aku hanya akrab dengan Eyang kakung. Bahkan sedari dulu, entah kenapa di mataku Eyang Putri sangat galak. Dan membuatku takut hanya dengan menatap kedua matanya.
"Masuk!" Suara serak-serak basah itu terdengar. Dengan perlahan, aku membuka pintu dan masuk kedalam kamar Eyang.
Eyang duduk di atas ranjang. Menatapku dengan penuh haru. Bahkan kedua matanya sampai berkaca-kaca. Aku tersenyum, dan berjalan menuju Eyang. Di kamar ini Eyang tidak sendiri. Ia bersama Budhe Sukma.
"Assalamualaikum, Eyang.... " Aku mencium tangan Eyang sembari memeluk beliau.
"Wa'alaikumsalam.... " Eyang menyambut ku dengan hangat. Aku juga mencium tangan Budhe Sukma.
"Budhe... "
"Oalah udah besar to nduk," ucap Budhe Sukma. Budhe Sukma terdiam, ia melihat ku dengan tatapan mata yang sangat sulit di artikan.
"Sini duduk..... Eyang sangat rindu denganmu," ucap Eyang menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Aku pun duduk di sebelah Eyang.
"Sukma, kamu pergi dulu ya." Budhe Sukma menatap Eyang dengan heran. Tetapi Budhe Sukma tidak mau melawan perintah Eyang.
"Iya Bu," jawab Budhe Sukma. Setelah itu Budhe Sukma pergi meninggalkan kami.
Eyang mengusap kepalaku, ia masih menatapku dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Sudah lama kita ndak ketemu ya, nduk."
Aku hanh tersenyum menatap Eyang.
"Kamu makin cantik, tambah pinter lagi," sambung Eyang.
"Maafin Sera Eyang. Sera gak pernah nengokin Eyang." Eyang tersenyum, lalu memelukku.
"Kamu harus bisa jaga diri ya, nduk," ucap Eyang. Aku mengangguk. "Kamu istimewa, kamu penyelamat kita semua."
Tiba-tiba saja air mataku jatuh dari pelupuk mata. "Dari sekian banyak cucu kami, Eyang kakung memilih kamu. Karena Eyang kakung tahu kamu sanggup untuk melawan semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Misterio / SuspensoDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...