"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, kami tidak bisa menyelamatkan nyawa, korban."
Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam kepalaku. Tidak mungkin bukan?
Aku hampir saja terjatuh. Namun Mama menahan tubuhku. "Sayang, kamu baik-baik aja, kan?" ucap Mama.
"Gak mungkin..... Kak Satya gak ninggalin aku, kan Ma?" ucapku dengan mata yang sudah berembun. Mama tidak menjawab, ia hanya memeluk tubuhku.
Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini akhirnya.
"Sera, pasti kuat. Jangan pingsan," ucap Marcell menyemangati ku.
Aku menghapus air mataku. Lalu berjalan masuk kedalam ruangan Kak Satya.
"Suster, ini gak beneran, kan?" tanyaku kepada Suster yang ada di ruangan ini.
"Kak Satya.... Kak Satya bangun.... sayang kamu bangun.... " ucapku berbisik ke telinga Kak Satya. Kak Satya hanya diam. Tidak menggubris ucapan ku.
Aku menangis sejadi-jadinya. Ini semua salahku, harusnya dia tidak perlu berbuat seperti ini. Kepalaku pusing, pandangan mataku mulai meredup. Dan akhirnya, gelap.
****
Aku membuka mata. Menatap langit-langit ruangan. Sepertinya aku sangat mengenali ruangan ini. Ini adalah kamarku. Tapi kenapa aku bisa ada di sini? Bukannya aku di rumah sakit. Sedang menunggu Kak Satya?
Mengingat soal Kak Satya aku segera bangkit dari ranjangku. Aku menangis lagi, masih belum bisa menerima kematian Kak Satya. Aku benar-benar gagal menyelamatkan Kak Satya.
Clek....
Pintu kamarku terbuka, Mama masuk kedalam kamar bersama dua orang wanita membawa gaun dan alat make up.
"Ma, aku mau datang ke pemakaman Kak Satya," ucapku menatap Mama.
"Sera, duduk dulu Nak!" ucap Mama.
"Ma, gak ada waktu."
"Malam ini pesta ulang tahun kamu, sayang. Mama sudah bawa dua orang yang akan mendandani kamu," ucap Mama.
"Apa? Ma, Kak Satya baru meninggal dan kita malam mengadakan pesta? Aku gak mau!" ucapku membantah ucapan Mama. Mungkin ini adalah kali pertama aku membantah ucapan Mama.
"Mama tau kamu masih sedih. Bahkan ini menjadi kado terburuk di ulang tahun kamu. Tapi Sera, kamu harus bangkit. Satya pasti pengen kamu bahagia."
"Tapi kan, Ma...... "
"Mbak tolong dandani anak saya secantik mungkin," ucap Mama memotong ucapanku.
"Mama! Aku gak mau!" teriakku.
Namun Mama malah beranjak pergi dari kamarku. Ia juga mengunci kamarku agar aku tidak bisa kabur. Aku menangis di lantai. Kenapa Mama seperti ini? Kenapa Mama jadi tidak punya hati begini?
"Mbak, mari kita mulai," ucap dua orang di depanku. Aku hanya pasrah denga semua ini.
****
Jam 7 malam, aku sudah siap di dandani. Aku melihat keluar jendela. Melihat sudah banyak tamu undangan yang datang. Ternyata semua ini bukan mimpi. Padahal, aku sangat berharap jika semua ini mimpi.
"Sera.... "
Aku mendongak ke sumber suara. Ketika seseorang memanggil namaku. "Susan?"
"Aku mau ucapin terima kasih sama kamu," ucap Susan. "Sekalian aku mau pamit."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Mystery / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...