Bagaimana bisa perasaan nyaman itu timbul dalam situasi yang tidak memungkinkan? Saat ini Prilly tengah kebingungan, ia terus bertanya-tanya pada hatinya, apa ia salah merasa nyaman kepada seseorang sedangkan ia masih berstatus istri Ali? Dan yang mengkhawatirkan, perasaan itu ditujukan untuk Bian-sahabat kecilnya. Prilly berusaha menepis, ia terus menyangkal dengan berpikir bahwa perasaan nyaman yang mendadak hidup ini hanya sekedar perasaan nyaman seorang sahabat kepada sahabat karibnya. Namun perasaan tidak bisa dibohongi, kan? Akhir-akhir ini Prilly jadi tak bisa jauh dari Bian, pria itu selalu ada untuknya. Sejak kecil, Bian selalu siap memberikan bahunya untuk memikul kesedihan Prilly.
Jujur, kedekatannya dengan Bian bukan semata-mata untuk membuat Ali cemburu. Tidak sama sekali. Prilly juga tidak tahu sejak kapan perasaan nyaman itu mulai mekar. Padahal dulu ketika Bian menyatakan perasaannya, Prilly menolak. Kini, justru Prilly yang menghidupkan kisah dari masa lalu itu. Dan Bian pernah berkata, "Kalau ada orang yang nyakitin kamu, bilang ke aku. Kalau orang yang nyakitin kamu itu pasangan kamu, dia harus siap-siap kehilangan kamu karena aku akan bawa kamu pergi!" Prilly masih ingat ucapan Bian beberapa bulan lalu, ketika pria itu baru saja kembali dan mengetahui bahwa Prilly sedang tidak baik-baik saja.
Semua yang terjadi bukan kehendak mereka. Bukankah takdir berjalan sesuai skenario yang ada? Dengar-dengar, beberapa takdir masih bisa dirubah selagi berusaha, terkecuali takdir mubram—contoh; kelahiran dan kematian seseorang. Ali masih bisa memperbaiki hubungannya jika mau berusaha keras sekali lagi. Tapi semua tergantung dirinya, ingin mempertahankan Prilly atau justru melepasnya pergi.
Jika ditanya ingin mempertahankan atau sebaliknya, jelas, Prilly ingin semuanya baik-baik saja. Tapi Prilly sudah terlalu jengah. Prilly tahu keputusannya terlalu cepat dan tentu saja salah, namun ia sudah memikirkannya dengan matang. Semalam ia juga telah memberitahu Rima—ibunya. Prilly minta pendapat. Dan, Rima tidak mencegatnya, ia justru mempertanyakan perihal kematangan Prilly dalam memilih keputusannya itu. Setelah mendengar jawaban Prilly yang ia yakin sudah benar-benar bulat, Rima tak bisa berbuat apapun.
"Semua keputusan ada di tangan Prilly, mama nggak bisa larang atau maksa kamu. Kalau ditanya, jelas mama pengennya rumah tangga kalian baik-baik aja. Tapi, kalau kamu udah merasa nggak nyaman ya gimana, takutnya malah berpengaruh buruk untuk kedepannya dan juga Aurora." ujar wanita paruh baya di seberang sana.
"Bukannya kata orang mempertahankan pernikahan justru akan lebih bagus untuk anak? Prilly sebenarnya juga berat, ma, Prilly nggak mau Aurora akan bernasib sama dengan anak broken home lainya di luar sana. Tapi di sisi lain, Prilly capek."
"Menurut mama, kalau berumah tangga udah nggak ada kecocokan, nggak nyaman, udah nggak sejalan, permasalahannya betul-betul udah nggak ada jalan keluarnya lagi, dan setelah dibicarakan baik-baik tapi tetap merasa nggak ada yang bisa dipertahankan, mungkin memang itu udah jalannya untuk mengakhiri, nak. Kalau memikirkan bagaimana nasib anak ke depannya memang nggak ada habisnya, justru kalau mempertahankan hubungan yang udah nggak sehat, itu akan berpengaruh buruk juga buat anak. Misalnya, kalian maksa pertahanin dan akhirnya jadi sering ribut, nggak harmonis, bahkan bisa menimbulkan KDRT, kan jadi contoh yang buruk juga buat anak. Batinnya bisa tertekan.."
Prilly diam dan termenung, ia mencoba mencerna setiap apa yang dikatakan oleh Rima. Dan Prilly rasa, ibunya benar. Prilly tahu Rima tak bermaksud mendorongnya untuk mengambil keputusan yang salah, Rima hanya memberikan pendapat namun masih tetap memberi kebebasan Prilly dalam memutuskan bagaimana kelanjutan pernikahannya dengan Ali.
"Mama berpendapat seperti itu bukan bermaksud mendukung perpisahan kamu sama Ali ya, Pril. Mama akan jauh lebih senang kalau kalian bisa perbaiki dan bisa cari jalan keluarnya."
"Prilly rasa jalan keluarnya cuma satu, cuma perpisahan. Itu keputusan terakhir Prilly.."
Maafin mama ya, Ra.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll (Never) Love Again
FanfictionSetelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk terus mengingat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi. ~ a fanfiction by Erika [24 Juli 2019]