30. She's an angle.

2K 207 46
                                    

Semalaman Ali tidak bisa tidur di rumah orangtuanya, ia terus kepikiran tentang Prilly. Apa tadi pagi ia sudah keterlaluan? Akhir-akhir ini ia jadi mudah tersulut emosi. Keesokkan sorenya ia memutuskan kembali ke rumah serta membawa Diana bersamanya. Gadis itu trauma besar, ia terus dilanda ketakutan setelah ibu kandungnya sendiri memukulinya, menjambak rambutnya, dan membenturkan kepalanya ke dinding. Kepalanya kini masih harus diperban.

Saat Ali dan Diana tiba, rumah terlihat sepi. Prilly dan Aurora sedang tidur di kamar masing-masing. Ali menyuruh Diana untuk menunggu di ruang keluarga, ia pergi ke kamar dan mendapatkan Prilly sedang tidur menyamping.

Ali menghampiri Prilly, perempuan itu tertidur sambil merintih menahan sakit. Ali spontan langsung membuka selimut yang menutupi tubuh Prilly seraya mengusap rambutnya. Prilly terlihat memegangi perutnya.

"Pril.. Prilly? Kenapa?"

Tidak ada jawaban sama sekali, wajah Prilly terlihat pucat pasi. Ali panik, ia memutuskan memanggil dokter yang biasa ia panggil untuk memeriksa Abraham. Ali bergegas menghubungi dokter tersebut dan mengirim alamat rumah ini melalui WhatsApp.

Sekitar empat puluh lima menit, Dokter Sarah-dokter keluarga Ali akhirnya datang. Ali mempersilahkannya masuk dan mengantarnya ke kamar. Dokter Sarah segera mengecek kondisi Prilly, hingga akhirnya Prilly terbangun karena merasa terganggu ada benda dingin yang menyentuh dadanya.

"A-Ali? Ini..?" Prilly merubah posisinya menjadi duduk dan Ali membantunya.

"Kok ada dokter?"

"Abis periksa kamu."

"Aku gapapa juga."

"Tadi kamu kesaktian megang perut kenapa?"

Prilly diam. Kemudian Dokter Sarah mulai menjelaskan, lebih tepatnya bertanya terlebih dahulu.

"Ibu lagi hamil ya?" tanyanya.

Deg.

"Hh?" Ali sedikit terkejut, ia langsung menatap Prilly dengan tatap seolah meminta penjelasan. Prilly juga menatap Ali, ia tahu Ali pasti akan terkejut bahkan marah karena ia mengetahui kabar ini dari orang lain.

"Setelah saya periksa tadi, saya mendengar samar suara detak jantung di bagian perut istri Pak Ali, tapi detak jantungnya sangat lambat. Ada kemungkinan janinnya lemah."

"Em-ngg.. i-iya. Saya juga baru tau kemarin pas ke rumah sakit, dan dokter di rumah sakit itu bilang kandungan saya lemah ditambah saya ada anemia."

"Duh, anemia. Itu beresiko sekali loh untuk ibu hamil. Sangat baha-"

"Iya, dok saya tau.." Prilly memotong ucapan Dokter Sarah, berharap ia tidak menjelaskan lebih jauh mengenai resiko yang akan dialaminya karena ia tahu Ali pasti akan khawatir dan bertindak gegabah. Prilly ingin janinya tetap ada apapun resikonya.

"Baik kalau begitu saya pamit ya, Pak, Bu. Kurang-kurangi pekerjaan berat dan hindari stres." pesannya persis seperti pesan dokter paruh baya di rumah sakit kemarin lusa.

"Mari saya antar."

Prilly mengembuskan nafasnya lega, ia berjalan ke arah meja rias dan mengambil plastik berisi obat-obatannya. Ia kembali duduk di tepi ranjang lalu membuka satu-persatu kapsul obat dan meminumnya.

Tak lama Ali kembali, ia langsung berjongkok di depan Prilly dan menatap kedua mata Prilly tanpa berkata apapun.

"Kamu pasti mau marah lagi, kan? Atau bahkan mau nanya ini anak siapa?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Prilly dan ia sendiri merasa sesak.

Ali menggeleng, lalu ia mengecup punggung tangan Prilly kemudian menyandarkan kepalanya di atas pangkuan Prilly dan melingkarkan tangannya di pinggang perempuannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'll (Never) Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang