5. Jujur dan Kenyataan Pahit.

2.1K 238 29
                                    

Di part ini Ali mulai jujur soal dia dan Rere...

Setelah pulang dari rumah Ali, Erisca langsung menemui Prilly malam ini juga. Namun, ia justru diajak pergi lagi oleh Prilly, karena hal yang ingin Erisca bicarakan adalah tentang Ali, Prilly tak ingin keluarganya tahu dan ikut campur. Apalagi kalau sampai Tante Salma tahu.

Mereka pergi ke kafetaria yang biasa mereka habiskan berdua tiap malam minggu, tempat favorit Prilly dan Erisca sejak setahun lalu. Tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah Prilly, hanya butuh waktu lima belas menit. Beruntung, kafe tidak terlalu ramai seperti pada malam minggu, jadi Erisca bisa lebih leluasa bercerita banyak.

"Tadi gue ke rumah Ali dan minta dia supaya biarin lo bebas, jadi lo nggak perlu resign." ucap Erisca.

"Hah?"

"Kok hah, sih? Gue ulangin nih ya.. tadi--"

"Nggak usah nggak usah, maksud gue tuh.. lo nekat tau nggak?!" ujar Prilly.

"Nekat gimana? Daripada lo resign mending gue coba bicarain ini baik-baik dong ke Ali-nya. Dia setuju kok."

Setelah itu Prilly justru malah diam, menyeruput jus alpukat seraya memainkannya dengan memutar-mutar sedotannya.

"Hello? Kok sekarang diem?" tanya Erisca.

"Sama aja, Ca gue tetep ketemu dia. Kan ruangan fisioterapi cuma satu.." jawab Prilly.

"Pril, ayolah.. lo bisa kan anggap dia seolah nggak ada? Atau seolah-olah kalian itu orang asing yang baru ketemu? Gue jamin sama lo Ali akan ngelakuin hal yang sama, dia udah janji kok sama gue."

"Ck, yaudah deh gue coba."

"Gitu dong!" Erisca tersenyum bahagia.

***

Selama bertahun-tahun bekerja di sini, baru hari ini Prilly malas sekali datang ke rumah sakit. Rasanya ia ingin duduk saja di rumah, menghabiskan waktu sia-sia daripada harus berhadapan langsung dengan masa lalunya. Tapi, masalah harus dihadapi, kan?

Seperti biasa, Prilly pergi ke ruangannya terlebih dahulu. Sekadar untuk meletakkan tas dan juga rapi-rapi, tak lupa membawa file penting pasien untuk mencatat perkembangan mereka.

Tak lama, Erisca datang dan melakukan hal yang sama. Namun gadis itu bilang, lebih baik Prilly pergi ke ruang fisioterapi lebih dulu saja karena pasien Erisca yang harusnya dijadwalkan pagi ini tidak bisa datang, untuk itu Erisca memilih duduk di ruangannya saja sambil menunggu pasien berikutnya.

Prilly manggut-manggut.

Sebelum Prilly beranjak, Dokter Dion datang untuk memberi kabar bahwa Suster Kinan hari ini tak bisa hadir dikarenakan sakit. Ia meminta supaya Erisca menghandle pasien fisioterapi yang harusnya ditangani oleh Suster Kinan.

"Pasien Kinan hari ini siapa?" tanya Erisca selepas Dokter Dion pergi.

Prilly menaikkan bahunya. "Nggak tau deh."
"Jadi mau bareng nggak, nih?" lanjutnya, bertanya.

"Duluan aja, gue mau pipis dulu."

"Oke."

Bukannya seorang perempuan yang ia temui saat tiba di ruang fisioterapi, justru malah laki-laki itu. Argh, Prilly jadi frustrasi pagi-pagi begini sudah dihadapi oleh seseorang yang paling ia hindari.

I'll (Never) Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang