6. Pilihan bodoh; Euthanasia.

2K 250 33
                                    

Greget sama keputusan Ali:((

Di ambang pintu, Prilly tak sengaja bertabrakan dengan Suster Kinan yang juga kebetulan ingin masuk. Ia sempat meminta maaf karena telah menyenggol lengan Suster Kinan kemudian langsung pergi masih dengan air mata yang mengalir dan hal itu membuat Suster Kinan bertanya-tanya.

Suster Kinan tahu tentang hubungan Ali dan Prilly, bahkan dulu ia juga datang ke pertunangan mereka. Namun ia tidak menyangka jika waktu mengubah segalanya dalam sekejap. Suster Kinan tak paham permasalahan apa yang menyebabkan kandasnya hubungan mereka berdua, yang ia tahu, pasti ada satu kesalahan besar yang Ali perbuat sampai membuat Prilly sebegitu kecewanya dan memutuskan untuk menggagalkan rencana pernikahan mereka.

"Kenapa sama Suster Prilly, ya?" tanya Suster Kinan, tak bermaksud bertanya kepada Ali.

Ali masih saja diam.

Suster Kinan menarik kursi seraya menghampiri Ali, ia duduk berjarak satu meter dari letak kursi roda pria itu. Lalu saat Ali menatapnya, ia tersenyum simpul seraya mengalihkan pandangannya sebentar ke atas untuk memikirkan ia akan bercerita dari bagian mana.

Meskipun Suster Kinan tidak terlalu akrab dengan Prilly atau Erisca, tapi ia kenal mereka dengan baik karena sudah bertahun-tahun menjalani profesi yang sama dan selalu bertemu di ruangan yang sama. Kalau Rere,  ia tidak dekat dan tidak tahu semua hal tentangnya. Gadis itu terlalu menutup diri, bahkan saat berkumpul di ruangan mereka, Rere jarang nimbrung.

"Oke, sebelumnya saya mau minta maaf kalau saya lancang ikut campur dalam masalah kalian." kata Suster Kinan.

"Gapapa." sahut Ali sambil tersenyum simpul.

"Saya pengen cerita semua hal tentang Suster Prilly setelah saya dapat kabar kalian gagal menikah karena Suster Prilly batalin itu. Saya nggak tahu sebesar apa masalah di antara kalian sampai-sampai berhasil bikin Suster Prilly berubah kayak sekarang. Saya udah jarang lihat dia ketawa selepas dulu kalau kita lagi kumpul di ruangan, jarang lihat dia senyum lagi kalau bukan karena hal yang memang pantas buat disenyumin. Dan yang saya tahu, Suster Prilly itu jago nyembunyiin rasa sakitnya karena saya nggak pernah dengar dia ngeluh tentang hal-hal yang udah ngehancurin perasaannya. Dia cuma diam, nggak mau orang tahu kalau hatinya lagi berantakan walaupun orang pun akan tetap tahu kalau lihat mata dia." Suster Kinan menatap Ali sekilas.

"Dulu ruangan rasanya hidup karena Suster Prilly sering nyari bahan buat diketawain kalau pas jam istirahat, cerewetnya dia itu loh yang ngangenin. Jujur, saya lebih suka Suster Prilly yang dulu. Saya masih nggak nyangka kecewa bisa merubah seseorang sampai sebegitunya." lanjutnya.

Ada jeda sejenak.

"Selama saya koma, hal yang sering terulang dalam mimpi saya selalu kenangan pas saya masih sama Prilly. Suster Kinan tahu? Saya rasa saya sempat hampir mau nyerah waktu itu. Saya inget, sebelum saya bangun dari koma, saya mimpi, saya jalan di lorong gelap, saya ngikutin jalan itu dengan perasaan kalau jalan itu jalan yang bakal nuntun saya ke akhir cerita, saya berniat pergi aja ninggalin semuanya karena saya rasa saya udah kehilangan cinta saya. Tapi, mendadak saya inget kalau saya belum dapat maaf dari Prilly, tiba-tiba ada yang narik tangan saya pergi dari sana terus nggak lama saya bangun. Sayang, setelah bangun dari koma saya nggak bisa hidup normal lagi." Ali mengubah topik pembicaraan, menceritakan apa yang pernah ia alami selama koma.

"Seharusnya kamu bersyukur karena Tuhan masih ngasih kamu kesempatan buat minta maaf dan perbaikin semuanya. Memang, bakal sulit dapat maaf tulus dari orang tulus yang udah dikecewain." ujar Suster Kinan.

I'll (Never) Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang