13. Siapa sangka?

1.2K 180 20
                                    

Melihat Prilly pergi ke kamar, Ali segera menyusulnya. Ali yakin Prilly marah karena ia belum cerita perihal bayi yang dibawa Rere tadi. Rere memang nekat, ia benar-benar menemui Prilly setelah mengancam Ali kemarin. Padahal ia sudah menuruti kemauannya.

Jujur, bulan lalu Ali memang menemani Rere di rumah sakit. Itu atas perintah ayahnya Rere. Tapi dikasih hati minta jantung, Rere juga memerintahkan Ali agar sering datang ke rumah untuk menemaninya yang baru saja selesai operasi caesar. Karena laki-laki yang seharusnya ada di samping Rere pergi melepas tanggung jawab begitu saja.

Seperti orang pada umumnya, tentu Ali sangat terkejut saat tiba-tiba Rere datang ke kantornya dalam keadaan berbadan dua. Bukankah ia ada di luar negeri? Lalu.. apa Rere sudah menikah? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dibenak Ali hari itu. Sungguh Ali masih tidak percaya, apalagi ketika Rere mengatakan bahwa Ali harus bertanggung jawab.

Bertanggung jawab atas apa? Jadi dia hamil diluar nikah?

Dasar perempuan gila. Yang menghamili siapa, Ali yang disuruh tanggung jawab.

"Re aku nggak tau kenapa kamu bisa sampe kayak gini dan aku nggak tau siapa cowok yang nggak bertanggung jawab itu tapi,.. Kamu gila! Kamu sebujuk-bujuk datang terus minta aku tanggung jawab atas kesalahan yang nggak aku perbuat. Aku udah punya Prilly, bahkan sebentar lagi aku sama dia bakal punya bayi." kata Ali pada hari itu.

Tapi Rere keras kepala, ia bilang ia begini juga karena Ali. Ia terlalu hancur ketika Ali lebih memilih Prilly waktu itu sehingga ia melampiaskannya dengan cara seperti ini. Ia tidur dengan kekasihnya yang baru ia kenal tiga minggu, mereka tidur bersama. Sampai suatu hari ketika Rere mengatakan bahwa ia hamil, laki-laki itu pergi meninggalkannya. Rere kembali ke Indonesia saat kandungannya berusia delapan bulan. Ia bersikeras ingin menemui Ali, ia ingin Ali menjadi ayah untuk anaknya kelak, ia tidak mau anaknya lahir tanpa seorang ayah. Dan Rere tahu, Ali akan menolak mentah-mentah keinginannya. Untuk itu ia sengaja membujuk sang ayah agar membantunya. Sejak saat itu, Rere dan papanya berencana menyandera keluarga Ali untuk dijadikan jaminan jika Ali menolak. 

Selama dua bulan Ali terus menuruti kemauan Rere. Bahkan sebulan terakhir ini, waktu Ali dihabiskan bersamanya sepulang kerja. Waktu yang hilang tak beralasan dan terus menjadi pertanyaan dibenak Prilly kenapa Ali jadi lebih sering pulang tengah malam.

Sudah. Ali akhirnya menceritakan tentang bayinya Rere kepada Prilly. Hingga tidak terasa, air mata menetes begitu saja di pipinya. Prilly bingung, juga takut. Meski jujur hatinya begitu lega selepas Ali mengatakan bahwa bayi itu bukan anaknya. Rere dihamili oleh orang lain, oleh pria Amerika yang tidak bertanggung jawab itu.

Namun kesedihan tetap tidak bisa dipungkiri. Mendengar Rere yang ingin merampas Ali darinya, membuat ketakutan itu kembali muncul. Perasaan Prilly benar-benar hancur, bagaimana kalau Rere berhasil merebut Ali darinya?

Setelah menghapus air matanya, Prilly menatap Ali yang duduk di sampingnya. Ia tersenyum. Senyum yang digunakan untuk menutupi segala luka dan ketakutannya, senyum yang ia gunakan untuk menunjukkan pada dunia bahwa ia baik-baik saja. Meskipun kenyataannya Prilly sangat rapuh.

"Makasih ya, Li." ucapnya.

Ali mengernyit heran. "Makasih buat apa? Kamu nggak... marah?" tanya pria itu.

"Aku udah terlanjur janji kalau aku nggak akan marah. Dan ucapan terima kasih itu hadiah karena kamu udah berani jujur." jawab Prilly kemudian ia bangkit dan berjalan ke arah jendela. Ia menatap keluar, membelakangi Ali.

I'll (Never) Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang