Princie Restauran terlihat berbeda hari ini. Restoran bintang lima milik Prilly didekor tak seperti biasanya karena Aurora sedang berulangtahun dan Prilly memilih merayakannya di sini. Semua tamu sudah datang, bukan hanya teman-teman Aurora di sekolah saja, Prilly juga mengundang anak dari teman-teman lamanya supaya acara ulang tahun ke tujuh Aurora ramai dan gadis kecilnya itu tidak bersedih lagi. Ya, semenjak kejadian itu Aurora sudah tak seceria biasanya.
Namun Prilly salah, keramaian ini justru tak membuat perubahan apapun untuk Aurora.
"Pril!"
"Eh kamu, Bi. Udah dari tadi?"
"Nggak, baru aja sampai. Acaranya udah dimulai?" tanya pria itu.
Prilly menggeleng, "Belum. Aurora-nya nggak mau tiup lilin." jawab Prilly kecewa sekaligus kebingungan.
Bian diam kemudian melirik ke sekeliling restoran mencari seseorang.
"Ali mana? Kok nggak kelihatan? Kamu undang dia dong pasti?"
Lagi-lagi Prilly menggeleng.
"Loh kok?"
"Aku nggak punya nomor dia. Kan setelah dia pergi nomor lama dia udah nggak aktif dan setelah itu kita lost contact." jawab Prilly.
"Nggak coba kasih tahu langsung? Dia di rumah orangtuanya mungkin?"
"Udahlah, Bi, kalau Ali inget ulangtahun anaknya dia pasti akan dateng, malah harusnya dari tadi pagi hahaha. Dia pasti akan cari kita ke sini kalau di rumah nggak ada orang, tapi sampai sore begini nggak ada, kan?" Prilly menatap ke bawah, berusaha menyembunyikan sesuatu sambil tersenyum kecil dan getir.
Bian meninggalkan Prilly dan menghampiri Aurora yang terlihat tidak semangat, pria itu duduk di hadapan Aurora seraya menoel pipi mumbul gadis itu.
"Hei, tuan putri kenapa cemberut? Lihat, temen-temennya udah kumpul semua nungguin kamu, kapan mau tiup lilin dan potong kuenya?"
Aurora menggelengkan kepalanya.
"Ra, kamu tau nggak? Mama kamu tuh capek banget loh siapin ini semua buat kamu. Masa kamu cemberut dan nggak semangat gini, sih. Coba deh kamu lihat mama kamu..." kata Bian. Ia dan Aurora serempak menoleh ke arah Prilly yang tengah menatap satu persatu tamu yang datang meski pandangan terlihat kosong.
"Nggak kasihan? Mama kamu pasti sedih banget." lanjut Bian.
"Aku lagi nunggu papa. Kira-kira papa dateng nggak, ya?"
Bian tahu, ya ia sudah tahu sejak awal jika Aurora sedang menunggu ayahnya. Tapi apa Ali akan datang? Ini sudah pukul lima sedangkan para tamu sudah menunggu dari satu setengah jam yang lalu.
"Aurora inget nggak Aurora pernah bilang kalau Om Bian udah kayak papanya Aurora? Nah sekarang kan om udah di sini, walaupun om bukan papanya Aurora tapi om bisa nemenin Aurora tiup lilin. Nanti kalau kelamaan, bukan cuma mama aja yang kecewa, nanti temen-temen kamu juga." Bian mencoba untuk menjelaskan dengan baik-baik. Bukan, ia bukan ingin menggantikan sosok Ali, ia cuma ingin sahabat beserta puterinya tidak merasa dikecewakan jika nanti Ali tidak datang.
"Iya deh aku mau tiup lilin, tapi om gendong aku yaa."
"Oh siap itu mah, apa sih yang enggak buat tuan putri Aurora. Ayo!"
Bian menggendong Aurora dengan senang hati kemudian membawa kepada Prilly yang terlihat sedang membuka ponsel. Prilly sedikit terkejut dan senang mengetahui Aurora sudah siap untuk acara ulangtahunnya.
Setelah meminta MC yang notabenenya adalah pelayanan restoran ini sendiri untuk memulai acara, Prilly segera menarik Bian yang sedang menggendong Aurora ke hadapan kue ulangtahun bertuliskan "Happy Birthday Aurora Hazella" tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll (Never) Love Again
FanfictionSetelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk terus mengingat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi. ~ a fanfiction by Erika [24 Juli 2019]