Rasa-rasanya Prilly masih belum siap kehilangan Ali, ini terlalu cepat sekali. Bahkan ia tidak tahu pria itu dibawa pergi kemana. Prilly tidak tahu bahwa pelukan erat hari itu akan jadi pelukan terakhir Ali.
Flashback
Prilly meletakkan Aurora ke dalam box bayi dengan hati-hati, kemudian ia tinggal ke dapur untuk mengambil air minum. Ia berjalan ke arah lemari es lalu mengambil buah-buahan.
Tak lama terdengar suara pintu berderit menandakan seseorang baru saja memasuki rumah. Prilly menoleh ke asal suara meski tak memperlihatkan langsung sosok itu, "Loh, tumben jam segini udah pulang." kata Prilly yang ia percayai adalah Ali sebab hanya dia yang memegang kunci cadangan.
Saat ingin bergegas menghampirinya, satu tamparan keras mendarat di pipi Prilly. Karena terkejut juga terasa perih, teko aluminium dan beberapa buah yang ia bawa sampai jatuh ke lantai.
"Puas Ali lebih milih lo dari gue, hah?" tanya si perempuan sialan itu dengan nada yang terdengar santai namun penuh penekanan.
"Dasar gila!" ujar Prilly.
"Yang gila di sini itu lo karena lo udah merenggut kebahagian orang lain." seru Rere.
"Sorry ya, di sini posisinya lo yang udah merusak ketentraman keluarga orang lain. Ali udah punya istri dan anak, Re, Ali udah punya gue dan Aurora, jadi gue mohon lo biarin dia bahagia." ucap Prilly.
"Nggak. Kali ini gue nggak akan ngalah lagi, cukup dulu gue diam lihat Ali selingkuh sama lo. Lo tuh cuma yang kedua, Pril, dulu lo tuh cuma simpenan Ali hahahaha." ucapan perempuan itu berhasil menusuk hati Prilly, matanya jadi memanas.
"Dulu, kan? Tapi sekarang dia pilih gue, gue jadi satu-satunya perempuan yang dampingin dia. Lo cuma masa lalunya. Gue kasihan lihat lo belum bisa nerima kenyataan. Wake up, Re! Bangun. Lebih baik lo fokus urus anak lo."
Rere semakin geram mendengar ucapan Prilly itu, lalu ia bergegas naik ke lantai atas dengan tangan yang tekepal erat.
"Rere mau kemana, hah? Berhenti!!" teriak Prilly sambil menyusulnya.
"Gue mau habisin bayi lo, karena Ali lebih milih dia daripada bayi gue!" katanya.
"Rere berhenti. Kalo berani nyentuh bayi gue, gue nggak akan segan-segan nyakitin Lo!"
"Gue nggak peduli! Bayi lo harus mati." Rere semakin mempercepat langkahnya, Prilly pun sama. Dia juga menyempatkan mengambil ponselnya di kantung celana untuk menghubungi seseorang.
Terakhir kali Prilly membuka WhatsApp, maka dari itu dia langsung menghubungi seseorang yang tertera di panggilan masuk terakhir. Yaitu ibunya.
"Rere! Berhenti, sialan!" teriak Prilly.
Rere sudah masuk ke dalam kamarnya, untuk itu Prilly semakin mempercepat langkahnya dan saat sampai di kamar ia meletakkan ponselnya di sembarang tempat tanpa sadar teleponnya sudah tersambung dengan ibunya.
"Rere!" Prilly menarik rambut Rere sehingga perempuan itu mundur ke belakang kemudian Prilly mendorongnya.
"Oh, berani ya Lo.." Rere tersenyum jahat.
Plak! Plak!
Plak!
Prilly ditampar lagi, kali ini lebih keras dan berulang kali hingga tepi bibirnya berdarah. Namun ia tak mau kalah, ia juga menampar Rere kemudian kembali menjambak rambutnya sampai rontok beberapa helai. Rere merasa sangat kesakitan dan perih, ia berontak lalu mendorong Prilly hingga kepalanya terbentur tembok dan pada akhirnya tidak sadarkan diri.
Rere senyum penuh kemenangan, kakinya mulai terangkat menghampiri Aurora. Beruntung sebelum hal buruk terjadi, ia mendengar suara teriakan seseorang memanggil nama Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll (Never) Love Again
FanfictionSetelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk terus mengingat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi. ~ a fanfiction by Erika [24 Juli 2019]