28. Salah Paham.

918 166 22
                                    

Usai kejadian barusan, malam itu juga Ali pergi ke rumah orangtuanya. Ali marah, sangat marah. Ia kecewa pada ibunya, Iriana. Ali seperti kesetanan, ketika sampai di sana ia berteriak keras bahkan sampai membuat Diana takut.

Abraham hanya diam, ia merasa kecewa juga setelah mendengar semua yang diceritakan putranya. Jujur, pria paruh baya yang sekarang sudah sakit-sakitan itu sebenarnya merasa tidak suka semenjak istrinya justru berhubungan baik dengan Rere.

"Jujur Ali kecewa sama bunda, nggak seharusnya bunda nyuruh Prilly jauhin Ali!" serunya.

"Bunda cuma mau yang terbaik buat kamu, Li. Bunda lihat sendiri Prilly selingkuh! Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh tanya Diana, anak kecil nggak akan bohong."

Ali diam sejenak.

"Ali nggak keberatan, Bun, Ali kenal cowok itu. Bunda tahu? Cowok itu yang selama ini jagain Prilly, dia yang selalu ada buat anak Ali disaat Ali justru malah sibuk mengurus anak orang lain, dia sahabat lama Prilly dan Ali nggak mau permasalahin itu lagi. Cukup, bun, Ali nggak mau bunda terlalu ikut campur lagi karena bunda yang sekarang bukan bunda yang Ali dan Prilly kenal dulu. Bunda udah dipengaruhin sama orang lain.." kata Ali.

"Sekarang kamu udah berani sama bunda, kamu tega bicara dengan nada tinggi ke bunda cuma buat bela Prilly."

"Dia berhak bela istrinya, Na. Kamu jangan terlalu ikut campur sama rumah tangga anakmu, biar masalah mereka jadi masalah mereka, anak dan menantumu itu kan sudah pada dewasa, biar Ali dan Prilly yang perbaiki dan cari jalan keluarnya.." sambar Abraham.

"Ingat, Na, Ali dan Prilly renggang juga karena ulah masa lalu kita. Seharusnya kamu bersyukur, selama kita nggak ada, perusahaan keluarga kita Prilly yang andil. Ingat juga, kalau bukan karena Prilly, mungkin hari ini anak kita sudah nggak ada. Prilly orang baik, cuma karena satu kesalahan kamu jadi mencaci-maki dia semaumu. Jangan egois jadi orangtua!" lanjutnya.

"Di sini cuma papa doang yang masih waras!" tukas Ali kemudian pergi dari sana.

Diana yang berteriak memanggilnya tidak Ali pedulikan, bahkan gadis kecil itu menangis sambil mengejar mobilnya.

***

Mood-nya belum membaik sejak kejadian pertengkarannya dengan Iriana, ditambah hari ini ada masalah di kantor dan ia mendapat telepon kalau Aurora belum dijemput dan sudah menunggu Prilly sejak sejam yang lalu. Akhirnya Ali menjemput puterinya dan langsung pulang ke rumah, ia membatalkan pertemuan dengan klien karena merasa sedang tidak baik, kepalanya juga terasa pening sejak semalam.

Tidak ada kabar dari Prilly sampai sekarang, Ali cuma khawatir terjadi sesuatu kepada istrinya. Ponselnya tidak aktif, maka dari itu ia memutuskan untuk mencari Prilly ke Princie Restaurant.

Namun ternyata Prilly juga tidak ada di sana. Kata salah satu karyawannya, tadi pagi Prilly ada di sini namun sekitar pukul sebelas siang ia berangkat ke Bandung karena ada meeting mendadak.

"Prilly ke Bandung sendirian?" tanya Ali.

"Nggak kok, pak. Bu Prilly ditemani Pak Bian, kebetulan tadi siang Pak Bian juga lagi ada di sini.."

"Ohh, yaudah makasih ya."

"Sama-sama, pak. Saya balik kerja dulu ya nanti kalau Pak Ali butuh sesuatu panggil saya atau yang lain aja."

"Iya-iya makasih loh, tapi saya mau langsung aja takut kemaleman."

"Baik. Hati-hati, Pak!"

I'll (Never) Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang