Barusan Erisca menghubungi Prilly untuk mempertanyakan tentang ia dan Ali. Prilly tidak ingin berbohong kepada sahabat yang sudah seperti saudarinya itu, ia memberitahukan bahwa ia dan Ali memutuskan untuk berpisah. Erisca syok. Jelas, ia tidak mau sahabatnya semakin terluka. Usai mengubungi Prilly, Erisca langsung menghubungi Ali juga. Tapi Ali tak ingin berkomentar apapun mengenai keputusan Prilly yang ia setujui. Saat itu juga, Erisca langsung pergi ke Jakarta.
"Gue mau ngomong sama lo, kita ketemuan sekarang. Gue otw Jakarta." kata Erisca sebelum mengakhiri panggilannya.
Mereka bertemu di sebuah kafetaria. Hanya berdua, Erisca tidak membawa anaknya dan lagi-lagi ia mengendarai mobil sendiri.
"Sorry ya lama, tumben tol macet tadi." katanya.
"Ngapain harus ketemuan segala sih, Ca, lo kan lagi hamil bawa mobil sendiri dari Bogor ke Jakarta." ujar Ali.
"Udah diem, gue ke sini bukan mau bahas itu.." kata Erisca. "Btw thanks jusnya." ucapnya sambil menyeruput segelas jus alpukat yang sudah Ali pesan.
"Langsung aja deh ya.. gue nggak abis pikir deh sama lo. Si Prilly minta cerai terus lo ngeiyain gitu aja? Jangan gila, Li!" kata Erisca, sudah termakan emosi.
"Gua bingung, Ca, abisnya itu permintaan Prilly, dia bilang dia pengen bahagia."
"Terus lo percaya Prilly bakal bahagia lepasin lo? Lo percaya Prilly nggak bakal hancur? Wah bener-bener ya, nggak peka lo!" seru Erisca.
"Ya terus gimana, gua bingung sama keadaan sekarang, Prilly mendesak gua untuk ngasih dia jawaban pilih dia sama Aurora atau Diana."
"Ya Tuhan.. Li. Gue nggak abis pikir sama Lo sumpah. Gue nih kalau ada di posisi lo, gue nggak akan mikir panjang lagi, gue pasti akan milih keluarga gue. Oke memang Diana udah kayak anak gue sendiri, tapi gue nggak akan ninggalin keluarga gue demi orang lain." seru Erisca.
Ali diam, membuang pandangannya ke arah lain. Wajahnya terlihat sangat kebingungan.
"Pesan gue cuma satu, jangan sampe lo nyesel karena udah ngebiarin Prilly dan Aurora pergi. Sebenarnya mereka bisa hidup tanpa lo, Prilly udah ngebuktiin itu selama lo nggak ada. Dia berhasil rawat Aurora tanpa kekurangan sedikitpun. Dia berhasil jadi entrepreneur sukses tanpa bantuan siapapun, bahkan dia mampu handle perusahaan lo selama tujuh tahun ini. Harusnya lo berterimakasih Li sama dia, harusnya lo bisa bahagiain dia sebagai hadiahnya." kata Erisca.
"Sekali Prilly bener-bener mundur, lo nggak akan pernah dapetin dia lagi." perempuan yang tengah berbadan dua itu beranjak pergi dari hadapan Ali, ia memutuskan untuk pulang. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membantu mempertahankan rumah tangga sahabatnya.
***
Prilly tampil cantik malam ini, dan seseorang yang menjadi alasannya melakukan itu tersenyum lebar sambil menatapnya dari kursi tepat di hadapan mini panggung yang terpadat di dalam restoran Prilly. Aurora juga ada di sana, duduk bersama Bian. Menunggu Prilly yang mendadak naik ke atas mini panggung dan menjadi pusat perhatian banyak orang.
"Halo, semuanya. Perkenalkan, saya Prilly, saya CEO dari Princie Restaurant. Eum, to be honest, this is my first time berdiri di atas panggung untuk bernyanyi, saya nggak pernah lakuin ini sebelumnya hehehe. But, karena hari ini Princie Restaurant anniversary yang ke lima, saya mau persembahkan sesuatu untuk pelanggan setia Princie." ucap Prilly dan disambut oleh tepuk tangan pengunjung.
"Alhamdulillah, selama lima tahun saya membangun usaha ini, tidak ada kendala apapun bahkan saya berencana akan membuka cabang ke lima Princie Restaurant di Bali." suara tepuk tangan semakin meramaikan seisi restoran. "Oke langsung aja ya, malam ini saya mau persembahkan lagu milik Lady Gaga yaitu I'll Never Love Again."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll (Never) Love Again
Fiksi PenggemarSetelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk terus mengingat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi. ~ a fanfiction by Erika [24 Juli 2019]