11. He cries.

1.2K 187 24
                                    

Mohon kalau ada typo tolong bantu koreksi yaa:) HAPPY READING!

Siang ini rumah Prilly kedatangan tamu yang sosoknya sudah tak asing lagi. Erisca, ia berkunjung ke sini karena merasa sangat bosan di rumahnya sebab Kean; suaminya sedang bertugas. Mereka mengobrol banyak, sampai-sampai topik pembicaraan mereka sekarang adalah Ali.

Ya, Ali.

Prilly bercerita bagaimana selama sebulan ini Ali jadi lebih sering pulang tengah malam, bahkan kemarin lusa pria itu pulang pukul dua pagi. Untungnya, tak ada yang berubah dari sikapnya. Ia tetap romantis dan perhatian. Sejauh ini Prilly tidak pernah bertanya lagi kenapa, karena yang sudah-sudah Ali hanya akan menjawab ada pekerjaan penting dan ia tidak bisa meninggalkannya.

"Jadi pendapat lo gimana, Ca?" tanya Prilly meminta saran setelah mencurahkan isi hatinya.

"Ya... gimana ya. Lo tetap positif thinking aja, soalnya kalau lo nethink nanti malah kepikiran terus dan nggak baik juga buat kandungan lo." hanya itu yang bisa Erisca sarankan, sebab perempuan itu juga tidak mau terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga Ali dan Prilly. Jujur Erisca trauma, dulu saat ia berhasil membongkar hubungan Ali dan Rere, semuanya jadi sangat rumit bahkan Ali sampai kecelakaan. Tapi alasan penting mengapa Erisca memilih untuk tidak tahu adalah karena ia tidak ingin melihat Prilly terpuruk lagi.

"Oh iya, Pril. Dua bulan lagi gue pindah ke Bogor, Kean dipindahtugasin ke sana dan bakal tinggal selamanya juga sih karena dia dapet rumah dinas di sana." kata Erisca. Sebenarnya, untuk mengalihkan pembicaraan mereka dari topik yang sudah berhasil membuat suasana berubah tak enak itu.

"Serius lo, Ca?" tanya Prilly terkejut.

"Emang muka gue keliatan lagi nggak serius ya?" jawabnya dengan berbalik tanya.

"Yahh jarang ketemu dong nanti.." Prilly terlihat manyun, tapi dengan keusilannya Erisca mencubit kedua pipi chubby Prilly.

"Ihhh kan aku pindah ke Bogor doang, sayang, bukan ke Arab. Lagi Jakarta-Bogor nggak sejauh Jakarta-Bandung kan."

"Aww sakit bego ya!" kata Prilly sambil melepas cubitan Erisca di pipinya. "Ya tapikan tetep aja. Sekarang yang masih satu kota aja jarang ketemu gimana nanti.." lanjutnya.

"Ya gimana, gue kan udah nikah, udah kewajiban gue ikut suami."

"Kenapa rumah dinasnya harus di Bogor sih.."

Erisca menaikkan kedua bahunya seolah berkata, "Mana gue tau."

"Nah, gimana kalau lo pindah juga? Kalau nggak salah di deket komplek rumah gue nanti ada perumahan juga katanya. Ya emang diluar komplek TNI, tapikan deket lah." ujar Erisca.

"Ngomong enak..!" tukas Prilly sambil mendorong pelan lengan Erisca seraya sahabatnya itu terkekeh.

Tidak terasa hari mulai gelap. Setelah menghabiskan waktu seharian Erisca memutuskan untuk pulang sehabis makan bersama hasil masakannya dengan Prilly.

Setelah Erisca pulang Prilly lansung membereskan rumah, memang tidak banyak, hanya mencuci piring bekas masak tadi. Lalu ia pergi ke kamar untuk segera membersihkan diri.

Ketika ia keluar dari kamar mandi, ia mendapatkan Ali sudah merebahkan dirinya di ranjang. Wajahnya ia tutupi pergelangan tangan. Dia.. terlihat begitu lelah. Bahkan ia belum melepas baju kerja dan sepatunya.

Prilly yang masih dibalut handuk langsung menghampiri suaminya itu, duduk di tepi ranjang kemudian menyingkirkan tangan Ali yang menutupi wajah tampannya kemudian meninggalkan kecupan singkat di pipinya.

I'll (Never) Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang