Mampir 👉🏻 Erikastories_bolly
Happy reading🍃Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu terlihat terburu-buru menuju ruang pertemuan, ia sudah telat lima menit. Untung ketika sampai sana ia tidak disambut oleh cacian.
Kali ini pasiennya seorang gadis berusia dua puluh tahunan, ditemani oleh seorang laki-laki yang sepertinya adalah kekasihnya. Ia tersenyum lebar ke arah Prilly dan Prilly mengucapkan kata maaf karena sedikit datang terlambat.
"Selamat siang. Mohon maaf ya saya sedikit telat." ucap Prilly sembari duduk di kursinya.
"Gapapa, sus, hehehe." kata gadis itu.
"Terima kasih.." ucap Prilly, lagi. "Kemarin dokter Dion udah memberitahu saya kalau ada pasien baru, dan dengan mbak siapa?"
"Nia!"
"Oke, mbak Nia. Sebelumnya kalau boleh tahu penyebab mbak tidak bisa berjalan itu karena apa ya? Saya hanya ingin tahu supaya pengobatan fisioterapinya tidak ada kesalahan."
"Karena kecelakaan mobil. Dokter bilang calon istri saya mengalami lumpuh permanen, tapi saya yakin kalau calon istri saya bisa sembuh seperti semula." kini yang jawab bukanlah Nia, tetapi calon suaminya.
Prilly mencoba mencerna kalimat yang calon suami Nia itu sampaikan. Bagaimana ini? Prilly ingin sekali mengatakan bahwa seseorang yang mengalami lumpuh permanen sangat sulit untuk sembuh, bahkan Prilly yakin Nia tidak akan sembuh. Namun Prilly melihat keyakinan yang besar di mata calon suami pasiennya, laki-laki itu berharap gadisnya akan sembuh seperti sedia kala, jadi Prilly tidak bisa menghancurkan harapannya.
"Ohh, oke. Eum.. nanti terapi mbak Nia akan dibimbing oleh saya. Sekarang kita bicarain perihal jadwal ya." Prilly membuka bussines file tempat dimana ia menyimpan jadwal-jadwal fisioterapi pasiennya.
Kebetulan, karena Aalisha si gadis kecil yang cantik itu satu-satunya pasien Prilly yang sudah selesai menjalani fisioterapi, jadi Nia mendapat jadwal yang sama dengan jadwal Aalisha dulu.
"Wah, jadwalnya bagus nih. Dalam seminggu lima kali terapi, dari hari Senin sampai Jumat jam sembilan pagi sampai jam sebelas. Gimana?" jelas Prilly menawari.
"Boleh. Biar lebih cepet juga, ya kan, babe?" ujar Nia.
"Iya. Tapi aku nggak bisa anter.."
"Iya-iya, gapapa kok. Kan kamu kerja, nanti aku di anter jemput sama Pak Kosin aja." sahut Nia dan tersenyum lembut, lalu calon suaminya mengelus rambut Nia.
Ah, Prilly jadi merasa envy melihat mereka berdua.
"Yaudah kami permisi ya, sus. Terima kasih atas waktunya." ucap laki-laki itu kemudian mendorong kursi roda Nia.
"Iya, silakan. Terima kasih juga, ya!"
***
Saat gadis itu keluar dari ruangannya, tepat di depan pintu, ia mendapatkan dokter Dion berdiri di depan pintu bersama dengan...
Ali.
Untuk apa laki-laki itu ada di sini? Ya Tuhan, Prilly mati kutu lagi.
"Nah, kebetulan kita bertemu di sini." kata dokter Dion. "Begini, suster Prilly. Ini Pak Ali, dia calon pasien terapi. Cuma yang jadi masalah, Pak Ali meminta agar fisioterapi dia dibimbing oleh suster Prilly. Jadi--"
"M-maaf, dok, saya baru.. baru saja bertemu pasien yang kemarin dokter tugaskan ke saya. Jadwal saya sudah penuh." jawabnya terbata. Ali yang melihat hal itu hanya tersenyum kecil sambil menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll (Never) Love Again
FanfictionSetelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk terus mengingat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi. ~ a fanfiction by Erika [24 Juli 2019]