Ini adalah pagi pertama dimana Ali dan Prilly tinggal serumah setelah waktu yang cukup lama. Jawaban atas obrolan empat mata mereka kemarin yaitu mereka memutuskan untuk memberi kesempatan satu sama lain. Ali kembali ke rumah ini, meninggalkan Diana. Namun tak semudah itu, Diana dan Rere tak lagi tinggal di apartemen, Ali membawa mereka ke rumah ayah dan bunda agar kedua orangtuanya itu bisa memantau Diana.
Prilly melihat kesungguhan Ali untuk memperbaiki hubungan ini, pria itu benar-benar meninggalkan Diana meski Prilly tahu Ali masih mengkhawatirkan Diana setiap saat. Prilly terima, itu hal yang wajar. Tapi, Prilly jadi merasa bersalah, merasa kalau ia telah memisahkan ayah dengan puterinya.
Dalam beberapa hari ini, keluarga mereka terbilang lengkap. Kelengkapan yang hampir sempurna. Semenjak Ali ada, Prilly tak lagi sampai malam berada di restoran. Ia pulang lebih awal agar bisa memasak makam malam untuk Ali yang pulang dari kantor.
"Kok kamu nggak ikut makan, Pril?" tanya Ali di sela makam malamnya.
"Nanti aku mau kondangan, jadi makannya di sana aja." jawab Prilly.
"Mau dianter?"
"Ng-nggak usah aku—"
"Kenapa?" Ali bertanya lagi, memotong ucapan Prilly yang terdengar berbatah.
"Aku bareng Bian, soalnya yang nikahan itu temen SMP kita gitu jadi sekalian.. Lagian aku udah janji sama Bian, nggak enak kalau mendadak batalin." jawab Prilly, tak enak hati.
"Ohh, yaudah."
"Aurora mau ikut?" untuk menghilangkan ketidakenakan di hatinya, Prilly berbasa-basi mengajak Aurora.
"Nggak deh, aku mau di rumah aja sama papa. Papa udah janji mau nemenin aku nonton film."
"Yaudah, nanti pulang mau dibeliin apa?"
"Ice cream!"
"Ok, yaudah mama berangkat dulu ya. Om Bian udah di depan tuh." Prilly segera memasukkan ponselnya ke dalam tas, berdiri dari kursinya lalu segera melangkah. Dan mendadak ia teringat kalau ia belum berpamitan dengan Ali.
"Aku kondangan dulu ya, Li. Titip Aurora."
"Aurora kan anak aku juga kok bilangnya titip.." kata Ali sambil terkekeh kecil.
"Maksudnya jagain dulu ya.."
"Iya pasti. Hati-hati ya." pesan Ali, Prilly tersenyum kemudian beranjak dari sana.
***
Sepulangnya dari kondangan, Prilly mampir dulu ke McDonald's karena teringat janjinya membelikan Aurora es krim. Berhubung antrian Drive Thru begitu panjang, Prilly memutuskan turun dari mobil dan memesan langsung.
"Kamu bisa sendiri, kan?" tanya Bian, perhatian.
"Bisa. Kamu tunggu aja, sebentar doang kok." jawabnya.
"Oke."
Nyatanya, Bian menyusul Prilly karena ia juga ingin membeli sepaket nasi dan ayam untuk ayah dan ibunya. Ia memarkirkan mobilnya di pinggir jalan yang dijaga oleh seorang bapak paruh baya.
"Loh, nyusul?" tanya Prilly ketika mendadak lengannya dipegang seseorang yang ternyata adalah Bian.
"Iya, sekalian aja deh beliin buat mama biar nggak keluar lagi nanti."
"Kenapa nggak WhatsApp atau telepon aku aja?"
"Aku WhatsApp kamu nggak di bales, coba cek.."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll (Never) Love Again
FanfictionSetelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk terus mengingat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi. ~ a fanfiction by Erika [24 Juli 2019]