bab 38

320 31 6
                                    

Saat keesokan harinya, di kediaman Shimura sudah kedengaran suara orang memasak pada pukul 06.00 pagi. Hinata sudah menyiapkan makanan di bantu oleh maid kepercayaan nya Ayame nama nya. Memang masih seorang gadis tapi pekerjaan yang di lakukan nya selalu terlihat sudah berpengalaman. Kalau Hinata bertanya kepada Ayame "memang nya kamu tidak sekolah?" .

Ayame akan menjawab nya dengan "aku sudah cukup sekolahnya" dengan senyuman manis yang membuat Hinata bangga padanya.

Setelah selesai menata meja makan, segera Hinata menuju kamar Sai lalu mengetuk tiga kali.

Tok...tok...tok...
Pasti Sai akan keluar dengan setelan baju yang sudah siap berangkat. Berbeda dengan mantan kekasih nya yang sekarang sudah jadi milik sahabat pink nya. "Sarapan nya sudah siap" ucap Hinata ketika pikiran nya benar akan pria yang sudah berdiri di depan nya dengan baju formal.

Tanpa perlu ada konfirmasi dari Sai, Hinata langsung berjalan turun duluan. Seperti biasa meja makan akan selalu hening. Tapi bukan alasan karena tata krama, melainkan karena memang mereka berdua saling segan, untuk memulai pembicaraan.

30 menit sudah berlalu untuk menyantap sarapan pagi. Hianta dan Sai sudah siap berangkat bekerja.

Hinata keluar menuju garasi namun langkah nya serasa tidak enak karena Sai juga mengikuti nya.

(Jelas saja sih di ikuti, mobil Sai kan satu garasi sama si Hianta 😅) okelah kembali ke cerita.

Tapi memang perasaan Hinata benar.
Tep..
Tangan Hinata di pegang oleh Sai. Tidak kasar. "aku akan mengantar mu" ujar suara datar Sai menatap Hinata sekilas lalu menarik Hinata masuk kedalam mobil abu-abu milik Sai.

"tapi.." Hinata ingin bertapi-tapi. Namun sayangnya Sai tidak memperdulikan tapi-tapi Hinata.

Mereka pergi dengan kecepatan normal. Mungkin karena waktu masih panjang bagi pemimpin pekerjaan seperti Hinata dan Sai.perjalanan mereka hanya diisi oleh keheningan yang terasa menusuk. Memang seperti nya diantara mereka berdua tidak ada yang berniat mengalah membuka topik. Entah topik percakapan apa pun itu.

Saat akan melewati persimpangan jalan Sai membuka percakapan "apa kamu suka hadiah nya?" sekedar pertanyaan pengalih kecanggungan diantara mereka.

"sukii" ucap Hinata dengan tatapan berbinar-binar, walau nada suara nya sedikit lebih pelan. Siapa sangka Sai juga akan menunjukkan segaris senyum tipis yang sangat tida terlihat.

"kenapa bertanya seperti itu?" Hianata yang bertanya kali ini. Menatap kearah suami nya yang serius mengemudikan mobil. Walau sebenarnya mereka punya supir pribadi tapi Sai mengambil alih pekerjaan itu.

"...." Sai hanya diam. Entah malas menjawab atau tidak tau jawaban apa yang pantas di ucapkan nya.

Hinata bertanya memang Hinata bertanya tanpa ada unsur paksaan. "Sai-san...." panggil Hinata tapi wajah nya justru mengarah keluar jendela mobil. Mata soft violet nya seperti menatap motor kopling yang dikendarai oleh seorang pria.
Sai menoleh mengikuti pandangan Hinata.

"nani?" tanya Sai sambil kembali fokus pada jalanan.

"apa kamu bisa naik motor seperti itu? Seperti Ino?" Hinata menatap Sai yang pandangan nya tidak mengarah pada Hinata.

"hn" gumaman singkat keluar begitu saja tanpa harus berpikir apakah Hinata akan bingung.

"sayang sekali kalau kamu tidak bisa" Hinata ingin mencoba menarik emosi Sai. Ya.. Setidaknya Hinata ingin melihat wajah suami nya itu berekspresi. Seolah sudah bertahun-tahun Hinata melihat wajah datar Sai.
walau sempat ada hal yang membuat Hinata ikut tersenyum melihat Sai tersenyum tipis.

My MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang