bab 49

585 35 18
                                    


Seorang berambut oranye berjalan dengan tergesa, dikarenakan adanya orang yang penting yang tengah berjalan di belakangnya. Di tambah lagi, tatapan tajam, yang seolah-olah menusuk punggung pria berambut oranye itu.

Tok... Tok... Tok...
Pintu yang di ketuk, menginterupsi seseorang di balik pintu itu.

"Masuk!" Satu suara yang terdengar tenang, walau sebenarnya memiliki perasaan yang tidak karuan, yang tengah melanda hati dan pikiran nya.
Menjadi jawaban bagi orang yang sudah menginterupsi tadi.

"Uchiha-sama, Itachi-sama ingin bertemu dengan-" ucapan Juugo terpotong.

"Sasuke" oleh suara orang yang di sebut Itachi, oleh Juugo.

"Hn. Kamu boleh pergi"

Setelah pintu kembali tertutup, dan Itachi yang sudah berada di hadapan Sasuke, dengan gaya sambil menyender di kursi itu. Tidak terlalu bersikap kaku dan malah terlihat mengganggu bagi Sasuke.

"Jadi mau apa aniki kemari?" Sasuke menatap Itachi dengan pandangan menunggu dan sedikit mendesak kakak nya itu agar cepat pergi dari hadapannya.

"Tidak ada" seolah mengetahui isi pikiran Itachi- yang ujung-ujungnya hanya memancing emosi si bungsu uchiha itu.

Sasuke menatap jengah kakak nya dan kembali ke laptop yang menyala. Kalau di tanya mana lebih menarik laptop nya atau kakak nya? Ia akan menjawab laptop nya.

Itachi menaikkan sebelah alisnya dan menatap adik nya itu aneh. Entah Sasuke yang bingung mendeskripsikan, atau tidak mau tahu bagaimana mendeskripsikan nya.

"Ekhem..." Itachi berdeham pelan menarik atensi Sasuke. "Sasuke. Akhir-akhir ini aku tidak melihat Ino. Apa kalian ada masalah?" Itachi tau kalau Ino pasti memiliki masalah dengan adik nya itu. Sampai-sampai menyembunyikan keberadaan nya.

Sasuke tersentak akan hal itu. Ia menatap Itachi tidak suka. "Kalau aniki kemari hanya untuk mengurusi rumah tangga ku, lebih baik aniki pulang" uacapan- ralat, pengusiran Sasuke yang di tujukan pada Itachi dengan wajah tak senang dan nada yang dingin.

"Tidak juga" Itachi menyandarkan sekali lagi punggung nya pada kursi yang diduduki nya. " Aku hanya ingin mempering-"

Brak!!!

"Sumimasen Uchiha-sama. Tolong di lihat berita ini sebentar" Juugo adalah pelaku dari pendobrakan pintu dan pengiterupsi ucapan- maksudnya percakapan duo uchiha.

Sasuke menatap tajam Juugo yang tidak tahu tata krama. Tapi tetap menuruti keinginan Juugo.

Sasuke dan Itachi sama-sama menatap kearah tablet milik Juugo. Sebuah berita terbaru, berita tabrakan? Atau kecelakaan?

Kedua uchiha itu sudah tertegun bahkan seolah sesosok roh telah merasuki mereka. Berita itu... Berita itu berisi...

"Apa masih sempat?"
"Sudah terlambat kah?"
"Pasti belum"

.
.
.
.
.

Naruto memilih meninggalkan Sakura bersama Gaara. Ya, bukan kah cinta harus rela berkorban? Setidaknya arti cinta rela berkorban adalah cinta yang tulus bukan?

Naruto memilih berjalan-jalan ke pulau milik mereka- beserta sahabat nya. Disana ada sebuah villa yang cukup untuk di huni oleh dua belas orang. Naruto hanya ingin merilekskan pikiran nya yang panas dan pusing, yang jika di biarkan malah  menjadi-jadi. Ia memutuskan untuk tinggal sementara dan menyerahkan pekerjaan nya pada tangan kanan nya.

"Ternyata pemandangan dari sini sangat indah" pria pirang itu berbicara sendiri sambil menatap permadani biru yang terbentang luas seolah tak ada ujung. Beserta gradasi jingga matahari yang sudah hampir sempurna turun ke kediaman nya. Hanya semilir angin yang menjadi teman kala hati dan pikirannya penuh dengan berbagai macam tantangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang