bab 19

452 40 4
                                    

Di tengah ruang makan keluarga Hyuga terjadi keheningan yang memekakan telinga. Walau memang pada kenyataan seharusnya jangan berbicara saat sedang makan.

Tapi kali ini hal itu menjadi alasan dari balik kecanggungan yang terjadi diantara ke empat orang itu.

Hanabi meraih gelas yang berisi susu dan meminum nya dengan cepat membiarkan susu itu turun membasahi kerongkongan nya.

"wuah..  Aku selesai" Hanabi berucap sambil meletakkan gelas susu nya ke atas meja. Berjalan menjauh meninggalkan ke tiga irang yang masih setia dalam pikiran masing-masing.

Semua sudah selesai makan dan sedang duduk di ruang tamu. Hal itu terjadi atas dasar kemauan Hiaishi mengajak mereka berbincang-bincang.

"Hinata jika sudah menikah apa kamu tetap meneruskan Hyuga group?" Hiaishi memulai dengan wajah yang tetap datar. Sai hanya melihat Hinata mengeluarkan keputusan nya.

"yup" Hinata berucap sambil tersenyum simpul.

"tapi kamu akan menikah dengan Sai. Itu berarti perusahaan Hyuga jatuh kepada Sai ataupun Hanabi" Sekarang Hiasishi menaikkan sedikit wajah nya dan menatap Hinata memberi sebuah alasan yang tepat.

"ayolah... Touchan" Hinata merengek meminta izin pada Hiaishi agar perusahaan itu jatuh pada nya. Sai belum berkomentar masih setia mendengar apa yang akan terjadi.

"ta-" perkataan Hiaishi terhenti karena Hinata menyela "kalau tidak mau. Aku juga tidak mau menikah. Bukan nya itu perjanjian kita waktu di kafe Konoha?" Hinata mendapat celah untuk keberhasilan bagi nya.

"touchan tidak ingat pernah berjanji demikian" Hiaishi memasang wajah mengingat dan ada penyangkalan dari kalimat nya.

"waktu itu touchan bilang 'kalau Hinata tidak mau menikah perusahaan Hyuga akan touchan ambil'. Jadi secara otomatis touchan berjanji pada ku" Hinata berucap cepat seolah-olah jika lambat mungkin akan lupa apa yang ingin di katakan nya. Namun ucapan Hinata yang terakhir di ikuti dengan senyum lima jari. Memperlihatkan gigi putih Hinata.

Hiaishi ingin menyangkal tapi apa yang di katakan Hinata benar. "jadi apakah Sai mau menerima nya?" Hiaishi bertanya pada Sai sekarang.

"tentu. Itu bukan masalah. Saya juga masih ada misi di beberapa waktu" Sai berucap dengan sopan dan memberi senyum simpul.

"tuh kan....touchan Sai-kun saja tidak keberatan-" Hinata berhenti berucap oleh karena mendapat tatapan dari dua pria dingin yang kini tengah melihat Hinata dengan aneh.

"ekhem... Udah akrab ya. Pakai sufix kun" bukan Sai atau Hiaishi tapi Hanabi yang baru datang di samping Hinata.

Hinata makin kesal namun kekesalan nya itu teredam karena malu yang dia ciptakan sendiri. Hinata malah menunduk menghindari tatapan dari keluarga nya.

Hiaishi tersenyum "mereka kan sudah mau menikah kenapa harus tidak akrab?" sekarang Hiaishi ingin membenarkan bahwa mereka memang sudah akrab bukan karna terpaksa menikah.

Bagi Hiaishi demikian bagi Hinata dan Sai itu sebuah kesalahan besar. Sebenarnya mungkin mereka hanya berpura-pura. Atau menahan emosi mereka akan perjodohan bodoh itu.

"itu benar" Sai berucap datar namun mengulum senyum tipis yang terpatri di wajah tampan nya.

Hinata menatap Sai bingung. Walau Hinata tetap pada pemikiran nya bahwa itu hanya kepura-puraan agar terlihat lebih menghargai kuputusan orang tua. Bahwa orang tua mereka memang sudah memberikan yang terbaik bagi anak-anak nya. Walau semua nya itu terasa sangat menyebalkan. Tapi apa boleh buat.

"makanya. Hanabi cari kekasih mu" Hinata berucap dengan gigi yang di satukan dan mencubit pipi Hanabi geram.

"aw... Sakit neechan" Hanabi menepis tangan Hinata yang sebenarnya sudah di tarik Hinata. "aku sudah punya kekasih" Hanabi menambahi perkataan nya yang sukses membuat mereka bertiga menatap bertanya Hanbi.

My MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang