bab 43

322 33 1
                                    

Saat hari sudah menjelang petang, terlihat seorang wanita bersurai indigo tengah mempersiapkan diri untuk pulang.

Hinata nama wanita itu. Sekaranh dirinya terlihat sedang senang. Terlihat dari wajah nya yang ber seri dan ada senandung ringan dari mulut nya.

Hinata pergi keparkiran menaiki mobil nya dan berkendara menembus jalanan Jepang. Hinata senang karena bisa mencurahkan isi hati nya pada client nya. Tapi itu tidak memberi seluruh kebahagian nya. Serasa ada yang kurang. Terutama saat mengingat akan bertemu Sai lagi, sudah membuat nya pusing.

Memang sedaritadi bekerja dirinua merasa tidak enak badan, tapi dirinya juga menyangkal nya. Tetap mengatakan kalau itu adalah hal sepele.

Beberapa waktu telah di lewati Hinata di perjalanan. Sampai di depan gerbang rumah nya langsung terlihat beberapa bodyguard nya yanh siap memberi pelayanan. Untuk kali ini Hinata tidak menolak nya lantaran sedang merasa malas melakukan hal itu.

Hinata berjalan perlahan, memasuki rumah megah itu. "Tadaima" Hinata berujar dengan lesu.

"Okaeri" balas seorang pria dengan datar yang di ketahui adalah Sai. "Darimana saja?" Sai langsung bertanya pada Hinata.

"Jangan mengganggu ku-" Hinata belari ke kamar mandi yang ada gampang di tuju nya.

Hoek... Hoek...

Sai mendengar itu sudah mengerti akan keadaan Hinata. Jadi di menunggu di samping pintu kamar mandi itu.

Cklek...
Pintu terbuka memperlihatlan penampilan Hinata yang kacau. "Seharus nya kamu menjaga diri agar anak kita aman" jelas Sai ketus pada Hinata.

Hinata menatap tajam Sai. Seolah dirinya lagi yang bersalah. 'Oh ayolah tidak bisakah aku tenang' Hinata membatin kesal dan marah pada Sai. "Sai ini bukan anak mu. Tapi anakku. Dan lagi aku bukan sengaja tidak MENJAGA DIRI" Hinata memberikan penekanan pada kata menjaga diri.

"Memang nya apa perduli mu" ucap Hinata dengan kilat marah di wajah nya yang terlihat pucat.
Hinata bergerak hendak pergi meninggalkan Sai dan berlalu kekamar nya.

Tapi tiba-tiba semua menggelap, kepalanya serasa di pukul dengan palu raksasa, kemudian semua gelap. Itu yang di rasakan Hinata.

Brukh...

Greph...

Bersamaan saat Hinata jatuh Sai menangkap nya. Menggendong nya menaiki tangga dan membawa kekamar nya. Bukan berniat macam-macam, Sai tau kamar Hinata di kunci oleh orang yang tengah pingsan itu, dan lebih jelas lagi Sai tidak tau dimana kunci kamar Hinata.

Sai turun kebawah untuk melakukan sesuatu.

Hinata sudah di baringkan di atas ranjang Sai dan menyelimuti Hinata sebatas leher wanita itu.

Sampai setengah jam kemidian kelopak putih Hinata terbuka dan yang pertama Hinata lihat adalah dirinya tidak di kamar nya. Dirinya menangkap aroma yang sudah sering di cium nya aroma mint yang memang tidak terlalu kentara di cium nya.

Saat matanya menatapi seluruh ruangan yang terlihat ada beberapa lukisan terpajang dan termasuk lukisan....
Dirinya? Hinata ragu dengan itu. Jadi Hinata berusaha duduk dan meyakinkan mata nya kalau itu benar atau hanya khayalan.
Tapi saat dirinya bari duduk,  pintu kamar itu terbuka memperlihatkan pria tinggi dengan kulit putih membawa nampan berisi makanan dan satu gelas air putih dan di samping nya ada beberapa obat.

Hinata mengkerutkan alis nya. Dirinya merasa kalau tidak sedang sakit, kenapa Sai membawakan obat untuk nya.

"Kamu sudah bangun" ucap Sai agar tidak terlalu camggung apalagi Hinata terus memperhatikan nya. "Ini makanan untuk mu dan vitamin. Makanlah" ucap Sai sembari meletakkan nampan berisi nasi dan sup kepiting. Sai mengucapkan kalimat itu dengan lembut membuat Hinata merasa curiga. Karena jarang dirinya mendapatkan perlakuan begitu.

My MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang