bab 48

403 33 11
                                    

Titttt... Titttt... Titttt...

Suara pendeteksi jantung terdengar di seluruh penjuru kamar pasien.
Terlihat seorang wanita berambut indigo sedang tertidur dengan detak jantung yang normal.

Tak ada orang lain di dalam kamar rawat itu. "Engh..." Sampai pada akhirnya wanita itu terbangun dan memandangi ruang rawat nya yang terkesan remang-remang. Ia berusaha memposisikan dirinya untuk duduk bersandar pada kepala tempat tidur, mengingat Ia baru melakukan pengoperasian pada perutnya, pasti rasanya sangat sakit.

Saat Hinata berhasil duduk ia langsung menjangkau tablet nya yang berada pada nakas dekat tempat tidur nya itu. "Ternyata masih jam Lima pagi" Hinata berucap sendiri lalu meletakkan tabletnya pada pangkuan nya.

"Nona, bagaimana keadaan mu?" Tablet nya bersuara dengan cahaya biru dan menampilkan wajah seperti emoji.

"Aku tidak baik-baik saja" ia menjawab dengan sendu menatap pada tabletnya lalu beralih ke seluruh penjuru ruangan yang kosong itu. "Tak ada yang datang, tak ada yang perduli, dan tidak ada yang tau bagaimana keadaan dan perasaan ku..." Satu tetes air mata jatuh membasahi tablet di pangkuan nya, dan semakin lama semakin banyak, "hiks... Hwua..." Ia terisak terus seperti seorang anak yang kehilangan kedua orang tua nya.

"Nona, aku tidak tahu caranya menghibur mu. Maafkan aku" ucapan tablet nya itu menarik perhatian Hinata, yang sekarang terlihat mengubah gambar emoji nya menjadi sedih untuk nona nya itu.

"Ini bukan salah mu" ucap Hinata sambil menghapus air mata nya, lalu ia meletakkan kembali tablet nya ke nakas, "aku ingin mencari udara segar. Kamu jangan kemana-mana okay" Hinata tersenyum lalu berjalan dengan memegang perut nya, walaupun tertatih-tatih ia tidak lah menghentikan langkahnya sama sekali.

Langkah nya tertuju pada ruang rawat di samping nya. Entah kenapa ia merasa penasaran akan kamar itu, terutama pintu nya tidak seutuhnya tertutup. Kaki nya berjalan ke pintu itu lalu melirik kedalam ruangan itu.

"Maafkan aku membuat mu melakukan hal ini" Hinata mendengar dengan jelas itu suara Sai, dan iapun dengan jelas juga melihat Sai menggenggam tangan Shizuka.

"Tak apa, Ini bukan hal besar. Terima kasih telah menjenguk ku" Shizuka berucap sambil tersenyum cerah.

Hinata memundurkan langkahnya dan memegang dadanya. 'oh... Ayolah apakah aku harus merasakan hal ini? Hiks... Hiks...' hati nya terisak penuh pilu dan dadanya bergemuruh, pikiran nya menyuruh nya menjauh dari tempat itu.

Lari...!

Hinata benar-benar mengikuti isi pikirannya. Ia berlari keluar rumah sakit itu. Untung saja ini bukan rumah sakit pusat kota, sehingga tidak banyak yang akan memperhatikan nya.

Kenapa semua nya menghilang dari ku?

Hatinya berkecamuk dengan perasaan aneh yang terasa menyayat dan menyakitkan.

Anakku, suami ku, dan perasaan ku... Tak menginginkan diri ku sendiri...

Perkataan nya yang berbicara dalam pikiran nya, dan hati nya yang kian semakin terasa menutup untuk merasakan hal yang menyenangkan untuk kedua kalinya.

Ia berlari, tidak perduli dengan perutnya yang sakit dan kaki nya yang tak memakai alas kaki. Ia sudah sampai di daerah Kyoto dan memasuki wilayah pantai yang merupakan pulau pribadi miliknya dan teman nya. Sayangnya Ia belum bisa menghentikan tangisnya, pikiran nya yang terus mendorong nya untuk melupakan segalanya walaupun sangat mustahil bagi nya. Ia bahkan tidak merasakan lagi bahwa perutnya terasa nyeri yang hebat, sepertinya sakit hati nya lebih besar dari apapun. Hinata merasakan cairan hangat dari perutnya yang berwarna merah, merembes di baju pasien yang Ia kenakan.

My MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang