bab 29

384 26 4
                                    

Hinata yang tergopoh-gopoh turun dari tangga dan lamgsung bergegas mendekati Sai. Sebelumnya Sai belum menyadari hal itu tepi mendengar napas yang memburu Sai menoleh ke belakang dan mendapati istri cantik nya seperti habis di kejar setan.

Sai memperhatikan pakaian Hinata, dan melihat bagaimana Hinata mengatur napas yang terengah terlihat sangat imut dan cantik. Tapi Sai melihat tatapan Hinata yang mengarah pada kotak berwarna violet yang tengah di pegang Sai.

Hinata menatap sekilas Sai yang seperti nya sudah menyadari hal yang membuat Hinata terburu-buru. Langsung saja Hinata merampas kotak yang di pegang Sai.

Saat itu Sai tau kalau itu hadiah dari Ino jadi dirinya dengan cepat menghindar dari tangan Hinata yang merebut kotak itu.

"kenapa? Memang apa isinya ini?" tanya Sai sambil menunjuk kearah kotak itu. Sekarang Hinata sudah duduk di samping Sai.

"bukan urusan mu. Berikan saja" ujar Hinata ketus dengan wajah sedikit marah dan kesal pada Sai.

"kenapa kamu merahasiakan sesuatu dari suami mu?" tanya Sai dengan nada dingin yang kembali keluar. Namun sedikit seolah pemaksaan kalau dirinya berhak tau semua tentang Hinata.

"memang nya kenapa kalau ada rahasia antara kita?" tanya Hinata tetap pada nada ketus tetapi tangan nya perlahan berusaha mengambil kotak itu.

Sai selalu tau akan tindakan Hinata. Jadi membuat Hinata sedikit kesusahan untuk mengambil kotak itu. "kamu tahu, sejujurnya apapun rencana kalian aku tidak peduli tapi kamu harusnya tetap hormat pada suami mu" ujar Sai tetap pada pemikiran nya.

"walau kita di jodoh kan... Aku tetap menganggap seharunya ada perasaan dalam ikatan ini. Tapi aku tetap saja tidak menerima hal ini. Memangnya kamu menerima itu?" Hinata sedikit memelankan suaranya dan mengalihkan tatapan nya sampai pada pertanyaan yang terakhir baru dirinya mengangkat wajah nya menatap Sai dengan tatapan bertanya namun dirinya tidak menatap manik kelam milik Sai.

"mau ku terima atau tidak itu urusan ku" ujara Sai terkesan. Sangat kejam.

Hinata yang mendengar itu merasa terluka. Apa seburuk itukah pertanyaan yang dilontarkan nya. Padahal tadi dirinya dan Sai bisa berhubungan mesra. Tapi sekarang justru memburuk. 'lupakan' batin Hinata benar-benar marah.

"kalau begitu kenapa dirimu tidak berusaha mencari cara agar kita berpisah hah?" Hinata berucap dengan nada tinggi namun belum semua di tumpahkan. Masih berusaha menahan emosi yang menggebu di dada.

"aku memang ingin berpisah tapi mungkin aku menunggu waktu yang tepat" ujar Sai dingin dan wajah datar. Namun pernyataan nya itu terkesan sangat menyakitkan pasal nya Hinata di sana seperti barang yang jika sudah tidak berguna di buang saja.

Hinata tertegun menyadari pernyataan Sai yang menyayat hatinya. Hinata berusaha keras menahan amarah nya. Sekarang tatapan nya berubah menjadi sebuah kegelapan dari mata soft violet nya.

Sai memang tidak menyadari bahwa perkataan nya itu membuat seorang Hinata terluka. "begitu ya" ujar Hinata dengan nada sedikit rendah dan tatapan sedih. Tapi dirinya berusaha tetap tegar.

Sai yang mendengar suara Hinata yang rendah tau kalau dirinya terlalu kasar dalam berbicar. "maaf. Ini..." Sai mengalah, menyerahkan kotak kado kepada Hinata yang pertama menjadikan pertengkaran antara mereka.

Hinata yang menerima kado itu hanya menatap lurus kearah kotak. Sai hanya menatap Hinata lalu terbesit di kepala nya sebuah ide yang mungkin bisa menghibur sang Hinata.

"Hinata aku punya hadiah untuk mu" ujar Sai datar. Jadi terkesan seperti tidak memiliki niat untuk memberi hadiah atau sekedar hal yang menghibur.

Hinata yang tadi menunduk mendongak perlahan. Walau wajah nya sedikit penasaran akan hadiah yang akan di berikan Sai. "hm?" Hinata hanya bergumam tidak berharap banyak akan sesuatu yang hendak diberikan Sai.

"ini" Sai berucap dengan wajah tanpa senyum. Sambil menyerahkan kotak kado yang kira-kira memiliki ukuran tiga puluh kali tiga puluh. Berbungkus warna violet bercampur silver dan ada pita di atas nya. Sangat rapih dan cantik.

"apa ini?" Hinata hanya bertanya karena agak heran. 'kenapa Sai memberikan hadiah pada ku?' sebuah kata hati dari seorang Hinata. Hinata membuka kotak itu perlahan dan sampai terlihat semua. Sebuah hadiah yang membuat kepala indigo nya bingung. Tapi karena menghargai pemberian Hinata memberikan senyuman termanis milik nya. "arigatou gozaimasu" ujar Hinata sambil membungkuk.

Sai hanya melihat Hinata sekilas. Tapi saat melihat senyum Hinata dirinya melihat sosok Hinata yang manis, lembut dan perhatian seperti saat mereka kecil. Sebelum kembali kepada kenyataan.

"itu bukan tablet biasa. Tablet itu bisa menjadi sebuah robot kecil dan kamu bisa bercerita tentang keresahan mu atau kebahagiaan kamu. Karena aku sudah menanamkan sebuah chip memori yang besar dan memgatur untuk menerima sebuah cerita dengan memberi respon. Tapi jika dia tidak tau dia tidak akan merespon apapun. Tapi kalau tidak suka kamu bisa buang" Sai berucap panjang lebar dengan mimik wajah yang tetap seperti tembok. Lalu pergi meninggalkan Hinata.

Hinata yang mendengar penjelasan Sai yang terlihat berwibawa membuat nya sedikit kagum. Tapi saat mendengar kata buang dirinya mendelik tidak setuju. Sebenarnya hadiah Sai bagi nya sangat bagus. Sedangkan dirinya belum pernah terpikir untuk membuat yang seperti itu. Saat melihatnya pergi Hinata mengejar Sai lalu.

Grep.
Dirinya memeluk Sai. Tapi tetap saja Hinata sedikit hanya ingin melupakan kejadian tadi.

Sai sempat kaget mendapati perlakuan Hinata. "ada apa?" tanya Sai yang ikut berhenti untuk naik tangga.

"arigatou" ujar Hinata lagi. Tapi wajah nya dia benamkan di punggung Sai. Jadi terdengar kurang jelas.

Sai berbalik lalu menatap Hinata "kamu suka?" Sai bertanya sambil menatap manik soft violet itu dalam.

"sangat suka" ujar Hinata ceria sangat ceria lebih tepatnya.

"mana hadiahku?" tanya Sai sambil menjulurkan tangan nya kearah Hinata.

Seketika tubuh Hinata membatu. Ternyata dirinya lupa akan hadiah untuk suami nya itu. Sai hanya tersenyum tipis melihat kepanikan wajah istri nya itu.

"i-itu. Ak-aku-" ujar Hinata gugup lalu menghentikan kalimatnya. "memangnya kamu suka apa?" tanya Hinata mengalihkan perhatian. Walau sebenarnya itu bukan keahlian nya.

"aku belum tahu. Kalau aku sudah tahu maukah kamu mengabulkan nya?" tanya Sai sekarang dengan senyuman hangat yang sangat menghanyutkan.

"i-iya" ujar Hinata gugup dan seperti terserang penyakit jantung karena melihat senyum tulus dari seorang pria yang kaku itu.

"bagus. Kalau kamu sudah mauberitahuku apa isi kotak itu kamu bisa cerita padaku" ujar Sai santai sambil mengacak rambut Hinata pelan.

"apa kamu tidak suka denganku?" tanya Hinata spontan dan langsung menutup mulutnya yang dirasa terlalu berani bertanya demikian.

Sai tersenyum namun tidak setulus tadi. "bukan tidak suka tapi-" ujar Sai menjeda panjang di sana membuat lawan bicara nya mengerut penasaran. "mungkin nanti kamu tau sendiri" ujar Sai lalu masuk kekamar nya.

Hinata berpikir sejenak. Lalu menunjukkan wajah tidak peduli.

Ternyata Sai masih berdiri di dekat pintu. 'bukan tidak menyukai mu tapi takut tidak akan melepas mu kelak. Maaf aku terlalu kasar' batin Sai sedikit menyesa akan kelakuan nya.

-----------------------------------------------
Minna maaf lama up nya. Karena banyak urusan dan sekarang masih ujian jadi
Author lagi puyeng akan masalah pelajaran.

Udahlah ya minna masa jadi curhat 😅

Kalau selesai ujian dan thn baru author kasih up terus deh author janji.

Tapi jgn lupa vote dan comen ya guys

My MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang