22

16 3 0
                                    

~~

Cecil sudah pulang ke rumah satu jam yang lalu, saat ini cecil sedang berbaring di atas tempat tidur menatap langit langit kamar.

Sekelebat kejadiaan beberapa waktu lalu tersiar ulang di benaknya.

Flashback on

Cecil memperhatikan ridho dari jarak yang lumanyan jauh, ridho tampak tenang dan sekali kali tersenyum menangapi ucapan para orang tua di sana.

Tak lupa wanita cantik yang cecil kenal bernama febbie tak pernah melunturkan senyum manisnya menambah drajat ke cantikan dirinya.

"Bagaimana makanannya enak tidak? Ridho loh yang memilihkan restouran ini!" Tanya nyonya besar alaska basa basi.

"Serius,, wah pandai sekali kamu nak ridho memilih restoran, disini makanannya enak dan tempat nya juga sangat nyaman!" Timpal nenek febbie.

Ridho hanya tersenyum menanggapi ucapan nenek febbie.
Sebenarnya bukan lah ridho yang memilih tempat ini, melainkan neneknya sendiri.

"Ehkm,,, nanti setelah menikah bagaimana kalau febbie belajar masak sama chef di restoran ini? ridho setuju nggak?" Tanya febbie pada ridho dengan wajah yang berbinar.

"Bagus dong,,, nenek dukung sekali!" Bukanya ridho yang menjawab malahan neneknya.

Sedangkan cecil yang bisa menangis dalam diam mendengar percakapan mereka, terlebih mengetahui kenyataan bahwa ridho akan menikah dengan febbie.

Flashback off.

Cecil menghela nafas kasar, dia benar benar kecewa pada ridho.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang, apa mungkin gue tunggu ridho untuk jujur dulu ya!" Cecil bermonolog, menimbang nimbang apa yang harus ia lakukan.

"Oke fiks gue tungguin ridho jujur ke gue, jika dalam waktu 1 minggu dia nggak jujur juga, gue yang akan nyerah, dan mengakhiri semua ini."

Sedaritadi cecil tak berhenti bermonolog dan menangis, kebayang nggak sih rasanya ngelihat orang yang udah buat kita jatuh cinta sedalam itu, bersama cewek lain yang diketahui sebagai calon istrinya.

*****

Sinar matahari pagi menyingsing, menerpa wajah ayu yang sedang tertidur pulas.

Cecil masih nyaman dengan selimut yang membalut tubuh nya, setelah kejadian semalam cecil benar benar tidak berniat untuk bangun terlalu pagi seperti biasa.

Tok,,, tok,,,, tok,,,,

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar cecil.

"Non cecil,,, tuan dan nyonya memanggil non cecil untuk sarapan!" Teriak mbak susi membangun kan cecil.

Cecil dengan malas berjalan menuju pintu untuk memperjelas pendengaranya.

"Ada apa sih mbak, masih pagi teriak teriak aja!" Gerutu cecil, pada mbak susi.

"Maaf non, tuan dan nyonya sudah menunggu non dari tadi untuk sarapan!" Seru mbak susi lagi.

CeciliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang