14

15 3 0
                                    

~~

"Iya cecil ngerti kok bunda,,," sahut cecil lembut dengan mata tertutup.

Setelah beberapa menit cecil mengistirahatkan tubuh nya di pangkuan bik isah, akhirnya cecil di bantu naik ke kamarnya oleh bik isah, mbak susi dan pak yadjo.

"Makasih ya pak,bik mbak udah bantuin cecil!" Ucap cecil setelah sampai di dalam kamar.

"Iya sama sama non, sekarang non bersih bersih biar di bantu mbak susi! Bibik ambilkan makan dulu!" Titah bik isah.

"Oke bun,,," jawab cecil.

Setelah itu bik isah dan pak yadjo keluar.

"Ayo non biar mbak bantu ke kamar mandi!" Seru mbak susi lembut.

Cecil mengangguk, dengan sigap mbak susi membatu cecil berjalan ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi cecil terdapat kaca berukuran lumanyan besara, dapat memperlihatkan seluruh badan cecil.

Cecil memperhatikan tubuhnya yang penuh lembam bekas ikat pinggang, cecil tak kuasa melihat kondisi tubuhnya yang begitu memprihatinkan.

tetes demi tetesan air mata cecil jatuh, sakit secara fisik dan mantal, ditambah hati ya juga tak kalah sakit,
Siapa yang tidak sakit di perlakukan tak manusiawi seperti itu.

Marah, memukul sewajarnya itu memang di bolehkan jika seseorang berbuat salah, tapi memukul tanpa ampun seperti yang mereka lakukan itu keterlaluan, menurut cecil.

"Hiks,,, hiks,,," cecil terisak kecil menahan sakit.

"Hiks,,gue salah apa? Kenapa keadilan tidak pernah berpihak pada orang yang lemah, gue yakin keputusan sepihak dan pembelaan yang di lakukan ibuk lista terhadap riska dan teman temannya, itu ada hubungannya dengan keluarga riska yang berpengaruh di sekolah itu, gue yakin itu!" Cecil berkata di sela isak tangisnya.

Dengan cepat cecil menyelesaikan mandinya, karena tidak enak pada mbak susi yang menunggu di luar.

Cecil keluar langsung di sambut oleh mbak susi dan dituntun menuju walk in closet.

Mbak susi mengambilkan salap untuk mengobati luka cecil,
Setelah selesai cecil kembali ke tempat tidur sambil menunggu bik isah datang, sedangkan mbak susi sudah keluar beberapa saat lalu.

Tak berapa lama bik isah datang tidak lupa sebelum masuk ke kamar cecil bik isah mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Assalamualaikum non,," panggil bik isah dari luar.

"Waalaikumsalam,,, masuk aja bun!" Teriak cecil dari dalam.

"Ini non udah bibik buatkan bubur, makan dulu,," ucap bibik tersenyum tulus.

"Makasih bun,, bunda mau ngak suapin cecil?" Pinta cecil pada bik isah.

"Boleh sini biar bibik suapin ya!" Dengan senang hati bik isah mengiyakan permintaan majikannya itu.

Cecil memakan sesendok demi sesendok dari suapan bik isah.

"Andai yang melakukan ini ibuk gue pasti bahagia banget," batin cecil.

Setelah acara makan selesai saat bik isah hendak keluar kamar, cecil memang tangan bik isah mencegah agar bik isah tak keluar kamar.

"Bun cecil mau cerita boleh ngak?" Tenya cecil meminta persetujuan bik isah.

"Boleh,, memangnya non cecil teh mau cerita apa? Mau cerita tentang den ganteng?" Goda bik isah.

"Hehehe,, cerita tentang dia lain kali aja bik, tapi bibik duduk di sini dulu!" Cecil terkekah kecil dan menepuk sisi tempat tidur di sebelahnya menyuruh bik isah duduk di sana, bik isah langsung menurut saja.

CeciliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang