Chapter 40

5.9K 745 57
                                    

Apasih yang tidak bisa Aita dapakan di dunia ini? apapun yang dia inginkan harus menjadi kenyataan. Setelah sejam mengeluarkan bujuk rayuan kepada sama mama untuk membawanya ke mini market. akhirnya Aita tidak  memikirkan nasib-nasib snack yang dia pilih di super market tadi, dia mendapatkan banyak penggantinya.

"Apa itu nggak terlalu berlebihan?" bisik Bagas pada Candra, lalu dia kembali menyendokan es krimnya. Candra melirik Bagas sejenak, lalu memutar matanya. "Tanya sama bokap lo sana." balas Candra datar. mulutnya tidak henti memakan eskrim. Bagas mengedikan bahu, "Gue kan nggak tau papa ada disini juga." Bagas tidak ingin disalahkan, "gitu-gitu dia juga bokap lo."  lanjut Bagas matanya memandang lurus ke objek kakaknya dengan kedua orang tuanya.

"Gue belom maafin dia," ujar Candra, Bagas mendumel sejenak. "Iya lo belom maafin, tapi di kasi eskrim mau juga-- aduh! sakit bego." Candra menatap Bagas datar raut wajah sama sekali tidak menunjukan rasa bersalah. Candra tidak seru! batin Bagas protes.

"Namanya makanan nggak boleh di tolak." Bagas tertawa, lucu sekali Candra. "Kalau di isi racun lo juga mau makan?" Candra menggeleng.

"Gue nggak bodoh, yang makan eskrim ini duluan kan elo, nah sampai sekarang lo nggak ada tanda-tanda keracunan, gue merasa makanan ini aman untuk di makan." mata Bagas melotot menatap Candra.

"Maksud lo, gue jadi kelinci percobaan?" Candra mengangguk singkat.
"Jangan ngomong lagi, kasihan eskrim gue keburu hancur." Candra menggoyangakan sendoknya, melarang Bagas untuk memprotes dirinya.

Candra kembali menikmati es krimnya, sesekali mengawasi Aita yang nampak manja dengan lelaki tua itu, Candra masih tidak ingin mengubah panggilannya, ia masih belum puas memberikan hadiah kepala lelaki itu.

Aita nampak tidak memperdulikannya, bahkan dengan sombongnya kakaknya itu nenunjukan apapun yang dia ingin ia bisa dapatkan. Jelas, Gibran bahkan membeli seluruh isi minimarket ini, dan langsung di tutup hanya ada mereka berlima di ruangan ini.

Pemilik mini market beserta pegawainya, sedang mengurus pembayaran dengan asisten lelaki itu, namanya Halim kalau tidak salah saat Candra menguping tadi ralat maksudnya tidak sengaja mendengarnya.

Ternyata lelaki itu kaya raya juga ya, pantas Bagas terlihat seperti sultan waktu dia bertemu pertama kali dengan kakaknya itu.

Hanya Bagas yang memilik ponsel canggih, dia dan Aita tidak bisa memiliki ponsel seperti itu, karena mamanya melarang.

"Es Krim gue udah habis, elo mau nambah nggak Can?" Candra melirik Bagas sekilas,lalu menundukan kepapanya menatap kotak es krimnya yang ternyata sudah kosong, terus dari tadi ia makan apa dong? Angin?

"Mau deh, itu gara-gara yang nawarin ya."  Bagas memutar bola matanya, dasar si gengsian. Bilang aja doyan, Candra tidak mengetahui kalau Bagas memperhatikan tingkah adiknya yang hanya menyendo angin, karena es krim udah habis semenjak tadi, Candra kebanyakan ngelamun sambil menatap Papanya, sekali lagi Candra gengsian.

Bagas berjalan santai menuju tempat es krim, ia memilih es krim yang sempat viral beberapa waktu yang lalu, es krim sultan,biar Candra tidak makan angin lagi, kasihan nanti perut adiknya itu kembung.

===

Pertemuan tidak terduga, awalnya Gibran hendak pindah ke tempat Dira, ia memilih mampir ke mini market, di mini market dia malah bertemu dengan Dira beserta ketiga anaknya.

Aita langsung mengahambur memeluknya, menceritakan tragedi ia meninggalkan setroli makan ringan di super market, mamanya tidak mau membayar katanya, Gibran terkekeh, lelaki itu nengetahui secara lengkap apa yang terjadi di dalam super market, Aita dan Candra tidak mengetahui bagian menyeramkan itu, Hanya Bagas yang tau selain Dira.

Zio, lelaki itu nampak kehilangan arah semua bisnisnya diambang kebangkrutan, selaian beberapa barang  yang dia import dari luar negeri mengalami kecelakaan di laut, bisnisnya di pasar gelap juga mengalami hal serupa, sebagian anak buahnya tertangkap polisi, dan sebagian lagi di culik oleh Mafia kelas kakap.

Gibran menduga Zio akan menculik Dira, lelaki itu pasti akan mendapatkan banyak uang dari Aldo dan Larry, sudah pasti kedua saudara Dira itu akan mengorbakan segala hal agar Dira bebas.

Anak buah Aldo begerak cepat, Gibran sudah mendapatkan info jika Zio sudah diamankan, dan Aldo sedang memberikan hadiah pembuka terlebih dahulu.

"Papa ini terlalu berlebihan." Protes Aita saat papanya ingin membeli seluruh isi mini market ini, Aita harus jaga image depan papanya.

Gibran tersenyum lebar lalu mengacak surai merah putrinya. "Ini belum seberapa," jawab santai Gibran, Hamil sedang melakukan negosiasi dengan pemilil mini market, kebetulan sepi sekalain Gibran memborong isi mini market ini, nanti mungkin sebagian akan ia sumbangkan ke orang-orang sekitar.

"Mas, jangan manjain Aita." Gibran menolehkan kepalanya, lalu tersenyum lebar kepada Dira. "Ini bukan hanya untuk Aita. Aku melakukannya untuk ketiga anakku, Aita, Bagas, dan Candra." Dira menghela napas panjanga, wanita itu menatap kedua puteranya yang nampak adem ayem,bahkan Candra masih menatap Gibran sinis.

"Candra." Dira menegur puternya, anaknya itu malah memutar matanya, lalu pergi kebagian es krim.

"Bagas nyusulin Candra ya ma, pa." Dira menganggukan lalu tersenyum lembut. "Jangan pergi keluar." Perintah Gibran, Bagas mengacungkan ibu jarinya.

Mini marketnya sudah di tutup, hanya ada mereka di sana. "Kamu mau buat mie nggak Ra? Aku laper." Gibran mengusap perutnya pelan, Dira berdecak. "Aku buatin." Gibran tersenyum lebar. "Makasi."

"Ai juga ma, sekalian." Aita memesan tanpa di minta. "Air kayak habis deh," kata Dira setelah selesai membuka tiga pop mie. Gibran dan Aita berteriak kecewa, padahal mereka kelaparan.

"Tapi boong." Dira tertawa, sukses juga mengerjai kedua orang itu.

"Mama! Nggak lucu." Aita berteriak, bibirnya mengerucut. "Nggak boleh bersuara keras sama mama." Gibran mengusap pelan rambut Aita.

"Papa." Aita merajuk.

"Kamu nggak mau makan eskrim dulu? Tuh lihat adik-adik kamu asik makan es krim tanpa kamu." Aita mengikuti arah yang di tunjuk papanya, kedua adiknya malah asik menikamati es krim sultan, itu bukan lagi satu eskrim berdua, tapi satu eskrim satu orang, dasar adik kurang ajar.

Tadi aja diem-diem, sekarang juga diem-diem langsung makan es krim. Aita yang harus berdrama untuk menolak, malah kedua adiknya yang mendapatkan hasil terlebih dahulu,adik-adik harus di kasih pelajaran dulu.

Dengan semangat empat lima Aita mendekati kedua adiknya. "Gini ya balesan kalian sama gue." Aita bersedekap menatap kedua adiknya,raut wajah di buat segarang-garangnya.

"Lo terlalu pede, kalau mau eskrim tinggal ambil," seru Candra sambil menyuap es krimnya lagi. Aita mendengkus, "Can--" saat mau kembali berbicara tiba-tiba Candra menyuapinya eskrim, membuat tidak bisa bersuara. "Lo ngerusak suasan banget sih, jangan drama queen deh. Jujur aja lo mau gue suapin eskrimkan." Aita ingin kembali protes namun kali ini Bagas menyuapi Aita eskrim.

"Men lo duduk, gue sama Bagas bakalin nyuapim lo eskrim, jangan protes." Aita diam seperti kucing manis, ia hanya membuka mulut saat es krimnya habis Candra dan Bagas begitu telaten, menyuapinya. Sekali-sekali Aita harus di jinakan.

TBC..
Selamat Nyepi
Selamat Tahun Baru Saka 1943

Semoga di keadaan kembali normal...

Jaga kesehatan semua

Maaf terlalu lama update, semoga lancar sampai end.

Tanggal merahnya pas hari minggu ya :)


Florist ABC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang