Chapter 7

19.6K 1.7K 135
                                    

Votmen And Komen ya.

Awas nggak komen.

Happy malam kamis semua
Chapter 7

Paman Aldo

"Drama Pagi hari!" Tawa menggema membuat ketiga saudara itu melepaskan tautan tangan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Drama Pagi hari!" Tawa menggema membuat ketiga saudara itu melepaskan tautan tangan mereka.

"Duh, satu cewek di krubunin dua cowok. Ihh cewek apa tuh." Aita mengusap air mata lalu menatap orang itu.

"Kenapa?! Lo iri? Tuh ibu lo jugakan pelakor pasti banyak di rebutin suami orang!" Balas Aita dengan sengit. Gadis itu menatapnya marah, lalu menghampiri Aita.

"Mau apa lo? Mau nampar?" Aita mencengkram tangan gadis itu.

"Tangan lemah kek gini mau nampar gue? Mimpi lo!"  Candra terdiam melihat tingkah Aita. Apa boleh buat, Aita sudah mulai.

"Lo itu kayak laki, dasar bule kampungan!" Teriak Eli tepat di depan wajah Aita.

Rahang Aita mengeras, dia menghempaskan tangan Eli, membuat teman sekelas Bagas itu terhuyung

"Eli pergi! Jangan ganggu Aita. Kamu nggak tau apa-apa!" Teriak Bagas. Membuat Eli menahan air matanya.

"Eli, nggak suka Bagas. Eli benci. Eli akan laporin ke mama, awas saja kalian!" Eli berlari sambil menangis, teman segenknya baru saja datang.

Mereka mencercar Eli dengan berbagi pertanyaan, dan di jawab Eli terbalik 180 derajat berbeda dengan kenyataan.

"Ai, kamu pasti panggil kepsek lagi deh. Hah kasihan mama." Aita terkikik geli melihat wajah nelangsa Candra. Dia yang di panggil adiknya yang pusing sendiri.

"Tenang aja Cancan. Ai udah kebal kalau urusan sama kepsek." sekarang Candra hanya bisa menghela napas panjang.

"Aita, jangan sepelekan ancaman Eli. Asal kalian tau mamanya itu pemilik saham di yayasan sekolah," ucap Bagas, dia tidak ingin kedua teman barunya berurusan  dengan gadis manja seperti Eli.

"Ya kalau di keluarin, kan cari sekolah yang baru Gas. Jangan takut. Napa," ujar Aita santai, dia menepuk bahu Bagas dengam keras, membuat Bagas meringis pelan.

"Aku ke kelas dulu ya, aku baru ingat. Aku belum ngerjain PR matematika," Aita terkekeh sendiri, dia menatap tajam Candra. Dengan menghembuskan napas kesal, Candra memberikan buku PR kepada kakak tercintanya, catatan dengan amat terpaksa.

"Makasi..." Aita melangkahkan kaki pergi meninggalkan kedua adiknya yang tabjuk melihat responnya.

"Dia begitu santai..." Bagas pertama kali bersuara.

"Iya dia itu tipe kepribadian plegmatis. Jadi apapun masalahnya, dia tetap santai," ujar Candra.

"Ya, tapi ini masalah besar Can. Dia berurusan dengan Eli." Bagas sangat terlihat khawatir, dia tidak ingin Ai di keluarkan dan otomatis pun Candra ikut di depak dari sekolah ini.
Apa dia harus meminta tolong pada ayahnya? Tapi dia tidak ingin Gibran menikah dengan Mera.

Florist ABC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang