Chapter 42

4.3K 595 29
                                    

Setelah meletakan eskrim terakhir di freezer, Bagas bergegas masuk ke dalam kamarnya, tubuhnya sudah terasa lengket, apalagi setelah pertarungan menegangkan di supermarket tadi, namun bayangan Bagas tentang mandi di bawah guyuran air shower ternyata terhempaskan dengan kenyataan adik dan kakak kembarnya yang masih berdebat di depan pintu kamar mandi yang berada di kamar mereka.

Mau tak mau Bagas harus mandi di kamar mandi yang lain, tentunya tidak ada shower seperti bayangan, hanya ada gayung di sana, Bagas menghela napas lelah, ini sudah malam namun Aita dan Candra tidak berhenti berdebat semenjak tadi.

"Gue duluan Can, harusnya lo ngalah." Teriakan Aita malah membuat Candra gentar, bahkan kedua saling menghalangi masuk ke dalam kamar mandi.

"Ogah ngalah sama lo," sahut Candra, "balikin handuk gue," tagih Candra, Aita menggeleng. "Sampo gue balikin dulu dan kasi gue masuk, lo mandi diluar aja." Candra menggeleng kuat, matanya menatap Aita kesal, "lo aja, ngapain suruh gue." Aita menggeram.

"Gue mau mandi pake shower, lo nggak lihat rambut gue lepek, mau keramas enakan pake shower." Aita mengibaskan rambutnya bak ikalan sampo.

"Gue juga mau pake shower, gue duluan ya." Aita menggeleng bisa fatal akibatnya jika Candra duluan mandi, Candra kalau mandi sambil pup, agak lama jadinya.

"Gue aja, gue mandi cepet kok." Candra menggeleng kuat, "Cepetnya sejam," jawab Candra, kedua masih saling adu argumen, membuat Bagas memiliki ide.

Perlahan Bagas mengambil handuknya, lalu berjalan pelan-pelan dibalik punggung Aita. Candra dan Aita masih beradu argumen, sehingga tidak menyadari dia sudah berada di dalam kamar mandi.

"Bangke! Bagas! Buka pintunya!" Teriak Aita dan Candra berbarengan, kedua dengan spontan menggedor pintu kamar mandi, dan hasilnya suara shower terdengar.

"Gara-gara lho sih, kalau ngalah dari tadi kan udah mandi," tuduh Aita pada Candra, Mata Candra melotot menatap Aita. "Kok gue, lo yang mulai duluan, tau gini gue mandi di luar aja." Candra menarik paksa handuknya yang masih di dekapa Aita. "Nih sampo, sekalian lo minum bisa kok." Candra melemparkan sampo milik Aita.

"Aduh, sakit bego!" Teriak Aita saat Sampo itu mendarat di keningnya." Aita semakin sebal saat Candra pergi begitu saja, 'gue nggak terima di gini.' Murka Aita dalam hatinnya.

Mengambil sampo yang tergolek di lantai, lalu perlahan Aita mengayun-ayunkan botol sampo itu dan dia mulai melemparkan kearah Candra, seperdekian detik teriakan kesal Candra terdengar.

"Aduh, sakit Ai." Punggung Candra menjadi sasaran sampo Aita, "gue nggak denger, sana mandi."

"Bagas cepet, gue udah gerah!" Teriak Aita sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.

"Bisa diem nggak, bentar lagi selesai." Spontan Aita menurunkan tangannya, terdiam. Sudalah, tidak untung sebenarnya dia berdebat, tapi dia suka berdebat dengan Candra.

Sambil menunggu Bagas mandi, Aita memilih untuk keluar kamar, mungkin dia bisa menemukan cemilan di dapur atau bisa makan. Perutnya sudah bergemuruh, bersorak sorai meminta untuk diisi.

Namun langkah kaki Aita terhenti beberapa langkah dari dapur, indra pendengaranya menangkap suara minyak mendidih, membuat Aita putar balik, dari pada dipaksa ikut bergabung dengan mamanya di dapur, sudah di terangkan sejak lama, Aita tidak begitu berdasabat dengan dapur.

Aita memilih untuk keluar rumah, mencari udara segara, pertarunganya dengan Candra begitu banyak mengeluarkan keringat.

Baru saja Aita sampai di teras belakang rumahnya, gadis itu tiba-tiba berhenti, sekali lagi Aita, menajamkan indra pendengarannya, suara orang berbicara membuat jiwa kepo muncul ke permukaan, hal itu membuat Aita berjalan jongkok, mencari sumber suara yang membuatnya penasaran.

Florist ABC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang