Chapter 10

21.1K 1.6K 194
                                    

Aku kembali, bonus buat kalian. Hehe  hari ini penulisnya meotonan 😂😂😂

Semoga suka dengan part ini.

Votmen and Commen ya 😎😎

Awas nggak komen 👊👊👊

Kalau Respon kalian Bagus aku update hari Minggu lagi ya

Chapter 10

Cucu Kembar?

"Belum beberapa jam aku tinggal disini Aku bahagia"

Bagas

Bagas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini tumben Den Bagas belum pulang juga?" Bik Nis terus menatap jam, dia bolak balik mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi anak majikannya belum pulang juga. Bila di bandingkan dia atau Ardela. Bik Nis lah yang paling dekat dengan Bagas, Gibran tidak terlalu dengat dengan putranya.

"Ya Gusti tolong jaga, Den Bagas." Dia berdoa dengan tulus, mungkin anak itu sedang ada les tambahan.

...

"Siapa yang menyuruhmu masuk!" suara Gibran membuat aura di dalam rungannya mencekam.

"Ya, untuk membicarakan pernikahan kita sayang. Bagas udah setuju aku nikah sama kamu." Gibran menaikan sebelah alisnya, tidak mungkin dengan senang hati Bagas mau menerima Mera.

"Kamu!" tunjuk Gibran. "Kamu racuni apa otak Bagas?! Jawab!" Teriak Gibran.

Mera berjalan santai, dia duduk di meja kerja Gibran, dengan posisi menantang. "Aku nggak maksa sayang, dia berkata. Tante boleh nikah sama papa," Mera menirukan cara bicara Bagas, jemarinya mengusap rahang Gibran.

Rahang pria itu mengerah, gigi saling bergesekan menimbulkan suara yang menakutkan. "Kamu apakan Bagas?!" "Jawab!" Gibran menghempaskan tangan Mera.

Wanita hanya tersenyum. "Aku hanya mengikuti syaratnya. Itu sangat mudah," jawab Mera tanpa rasa bersalah.

"Apa!" teriak Gibran, dadanya bergemuruh.

"Dasar wanita sialan! Kau apakan anak ku!" Teriak Gibran, dia tau apa syarat Bagas. Anaknya itu ingin tinggal bersama Dira.

"Kau!" Gibran menunjuk wajah Mera.

"Ke-lu-ar!" Mata Mera membulat sempurna, apa Gibran mengusirnya? Oh tidak bisa lagi.

"Aku nggak mau!" teriaknya membuat Gibran naik pitam.

"Keluar atau aku akan telpon polisi." Wajah Mera berubah menjadi merah.

"Kau tidak bisa memperlakukan ku seperti ini!" Air mata Mera merembak keluar, Gibran hanya berdecih.

"Memangnya kau siapa?! Hah! Anak dari penjabat yang Korupsi? Mengaku anak Jendral! Keluar sekarang juga!" Terial Gibran, dengan mencengkarm lengan Mera, membawa wanita itu keluar dari ruangannya.

Florist ABC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang