Chapter 47

685 117 5
                                    

Pagi! Terima kasih atas antusias kalian semua :)

...

"Aldo," ucap Dira, semenjak pagi tadi ia belum menerima kabar dari Aldo, kata Gibran lokasi anak-anak sudah di ketahui, hanya itu yang di informasi, tentu saja Dira tidak bisa tenang.

Aldo segera menghampiri adik sepupunya itu, "Lo tenang aja, mereka lagi happy - happy di sana." Aldo menunjukan video yang baru saja Bagas kirim, keponakannya itu malah makan-makan dan asik bermain kartu Remi.

"Ya Tuhan, kenapa mereka bisa sesantai itu," Pupil mata Dira terbuka, lihatlah anak-anaknya malah santai dan bergembira, padahal mereka sedang diculik.

"Ya itulah anak-anakmu, mereka bisa beradaptasi dengan cepat, untungnya Bagas membawa kartu kredit dari Gibran dan juga kartu ATM miliknya, anak itu bisa mengantisipasi kejadian yang tidak terduga." Mendengar perkataan Aldo, setidaknya membuat Dira sedikit lega, meskipun anak-anak nampak terlihat santai, Zio belum tertangkap, keselamatan triplet masih di pertaruhkan.

"Jadi kapan mereka bisa bebas?" Tanya Dira dengan tidak sabar, ya meskipun mereka kadang membuatnya kesal, ia lebih senang anak-anaknya berada di hadapannya, dari pada seperti ini.

"Coba tanya sama Dion dan Lary, mereka yang menyiapkan rencana, dan sebaiknyaa balas pesan dari Zio," ucap Aldo, Dira menggelengkan kepala,  "Nih, Lo aja yang bales," Dira menyerahkan ponselnya ke Aldo, ia tidak ingin berhubungan dengan Zio.

"Lo udah dapetin ponselnya Dira?" Tanya Gibran setelah melihat Dira yang masuk ke dalam kamar, "Yoi,gue mau bales pesannya Zio sesuai rencana kita." Gibran menganggukan kepalanya.

"Lo tenang aja, besok aja anak-anak bakalan pulang, tinggal tunggu Bagas menyakinkan si ketua preman, habis itu kita lancarkan rencana Lary," ucap Aldo, tanganya masih asik mengetik pesan ke Zio, membuat musuh merasa di atas angin, sebelum di bumikan.

"Soal polisi gimana?" Gibran bertanya lagi, pasalnya Lary tidak menyuruh untuk menghubungi pihak keamanan.

"Ini soal bisnis ilegal dan juga ada seseorang yang lebih ingin menyiksa Zio,  kita nggak mungkin menghubungi polisi, tenang tangan kita akan tetap bersih." Gibran menganggukan kepala singkat, "Sofi udah bisa pulang, mungkin setelah anak-anak bebas Lo bisa bawa Dira ketemu sama ibunya dan Sofi," ujar Aldo dengan tenang.

"Sasaran masuk ke dalam perangkap!" Teriak Aldo, membuat Lary dan Dion menghampirinya. "Cepet banget? Obsesinya terhadap Dira nggak berubah." Lary tertawa pelan, menyakut tentang Dira, Zio tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Dira mana? Gue nggak bisa ajak Rara ke sini, bisa-bisa dia panik jika tahu keponakan diculik."

"Lagi tidur mungkin, dia agak tenang setelah melihat video triplet yang sedang santai dan bergembira." Lary tentu sangat memperhitungkan strateginya, meskipun belasan tahun yang lalu ia gegabah, namun waktu mengubahnya, ia belajar dari kesalahan disaat ia remaja.

"Semuanya selesai jika ada uang, toh saham yang di rampas Zio udah kembali ke gue dan Dira, otomatis lelaki bajingan itu nggak punya duit sama sekali, dan juga El Ramo sudah tidak sabar ingin menyiksa Zio," ucap Lary dengan bangga.

El Ramo, pengusaha yang berasal dari Columbia, bisa di bilang ia penguasa di bisnis ilegal. Zio menjanjikan banyak hal kepada El Ramo, salah satunya ia bahkan menjual Mitha ke lelaki itu, tentu saja El Ramo tidak terima, lelaki itu hanya ingin gadis-gadis muda, bukan seperti Mitha, yang sudah berusia 30an.

Belum lagi fakta jika Mitha itu istri Tio saudaranya, hal itu membuat El Ramo memendam amarah, belum lagi berpuluh ton ganja milik El Ramo yang dijual Zio tanpa memberikan uang kepada penguasa dunia hitam itu, tentu saja semua informasi yang di dapatkan Lary berasal dari Dion, Dion merupakan rekan bisnis El Ramo, tentu saja bisnis yang legal.

Panggilan masuk ke ponsel Aldo, hal itu membuat Lary waspada, "Bagas,' gumam Aldo, ia langsung menggeser tombol hijau, "Halo, gimana Gas?"

...

"Paman Lo nggak kira-kira, masa kita di suruh gali lobong disini." Yanto menggerutu, pasalnya tidur nyenyak terganggu, "Lo cepet nikah nggak? Zio bajingan itu udah kere, mending ikutin apa yang bos-bos kecil itu minta." Septo menunjuk trio ABC yang sedang asik memakan mie kuah, bisa-bisa mereka makan lagi, "Ntar habis ini gue buatin mie juga kok om, cepet kerjain, upah kalian udah dibayar 50%." Yanto terdiam, uang yang diberikan oleh orang bernama Lary itu lebih banyak dari yang Zio janjikan, belum lagi ia janjikan hadiah bulan madu ke Korea Selatan, negara impian calon istrinya, selain itu ia bisa jadi pegawai tetap di pabrik milik Lary yang lokasi berada tidak jauh rumahnya.

Toto yang terkenal cerewet kali ini bekerja dengan baik, tidak ada protes dan ia tekun mengerjakan pekerjaannya, hutang sebesar 1 Milliar telah Lary lunasi , dan tanah Milik keluarga bisa kembali lagi, belum lagi pekerjaan untuk adik-adiknya yang telah lulus kuliah, setidaknya Toto bisa membahagiakan ibunya, Lary bahkan sudah mendaftarkan ibu untuk bisa pergi umroh beserta, orang tua Septo dan Yanto.

"Om kalian mau dibuatin kopi nggak?" Teriak Aita, "Boleh," sahut mereka. Aita bergegas masuk ke dalam gubuk, "Uang ternyata bikin mereka berkhianat ya," gumam Candra pelan.

"50% iya, tapi kebohongan Zio buat mereka memutuskan berkhianat, apalagi mobil Porsche ini ternyata mobil curian anak buah Zio yang lain, mungkin rencana awalnya, kita berhasil dibunuh atau seenggaknya mama tertangkap oleh Zio, mereka bertiga ini bakalan dicari polisi gara-gara tindakan pencurian, dan Zio akhirnya nggak jadi bayar upah mereka," ucap Bagas dengan tenang, setidaknya tadi Om Septo berbicara jujur, sehingga Bagas bisa menghubungi Paman Aldo dan menceritakan cerita tersebut, dan pemilik asli mobil Porsche ini tidak akan mengkasuskan tindakan pencurian ini dan Paman Aldo juga membayar kompensasi kepada pemilik Porsche.

Empat jam berlalu, Bagas menghapiri ketiga preman itu, setidak lubang ini cukup membuat Zio patah tulang, bahkan Toto dengan sengaja mengisinya dengan beberapa batu, "Bantu kumpulin daun-daun kering, nanti pagi  biar gue yang atur sisanya." Ucap Toto, setidak doa ibunya menjauhkannya dari perbuatan Dosa.

"Lagi Om?" Tanya Bagas, meskipun salah satu tikarnya dibuat untuk menutupi lubang tersebut, Bagas iklhas, toh uangnya bakalan di ganti oleh papanya. "Yanto, ambilin beberapa ranting yang di samping rumah," suruh Toto, Yanto bergegas, Septo malah asik menyeruput kopinya, ini gelas keduanya."Sip udah selesai, mari cuci tangan dan makan, kalian tidur aja," ucap Toto kepada Bagas dan Candra, Aita sudah memutuskan untuk tidur duluan.

"Kita tinggal ya om," ucap Candra sambil menguap, bergegas ia pergi untuk tidur, " Lo juga, nanti tidur Lo kurang, gue yang dimarah sama Paman kalian." Bagas menganggukan kepalanya, lalu  menyusul Candra, setidak pagi nanti bakalan ada drama baru.

TBC...



Florist ABC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang