Chapter 5

21.2K 1.4K 65
                                    


Minggu Aku up lagi

Jangan lupa votemen dan Komen, awas nggak komen!

"Pagi Ai." Sapa seseorang membuat Aita terkejut.

"Astaga, aku kira kau penunggu sekolah." Candra hanya terkikik geli.

"Pagi Candra." bukannya membalas dugaan Aita, orang itu malah menyapa Candra.

"Pagi Gas, tumben kamu sudah ada di sekolah." Bagas hanya tersenyum kecil.

"Aku bosan di apartemen," jawabnya dengan sedikit kebohongan. Sejujurnya Bagas enggan melihat wajah ayahnya itu.

"Aohh kalian bawa makanan? Aku belum sarapan." Aita dan Candra saling menukar pandangan. Ini kebetulan atau apa. Pas sekali tadi Dira menyiapkan tiga bekal.

"Bawa, kamu mau?" Bagas mengangguk antusias. Dia memang sangat rindu dengan sang ibu. Dengan memakan makan yang di bawa Aita membuat rasa Rindu itu terobati.

Aita menyerahakan kotak bekal berwarna navi itu, dan Bagas dengan senang hati menerimanya.

"Bagas mending kamu makan dulu ya," suruh Aita. Dia senang adiknya mau berdekatan dengannya.
Mereka duduk di atas lantai tangga.

"Kamu itu lapar atau apasih? Makan itu harus pelan-pelan Gas." Aita mengomentari cara makan adiknya yang seperti orang yang tidak makan setahun.

Bagas tak mengacuhkan omangan Aita yang terpenting makanan ini, rasanya seperti Mama Dira yang masak.

"Ini Air, pelan-pelan makan Gas," ucap Candra dia memberikan Bagas air minum.

Bagas menghabiskan makan itu tanpa sisa, lalu meminum airnya dengan pelan. "Terima kasih," ucapnya dengan tulus.

"Sama-sama." Ucap kedua kakak beradik itu.

"Kamu kalau sarapan nggak makan nasi?" tanya Aita iseng, Bagas menggelengkan kepalanya.

"Nggak, papa nggak suka makan nasi. Dia hanya makan Roti saja." Aita dapat melihat kesedihan di irisan mata hitam itu.

"Kalau kamu mau, aku akan suruh mama buatin kamu bekal setiap hari? Kamu mau?" Tanya Candra, membuat binar kebahagian di mata Bagas.

"Mau banget, masakan mama kalian enak banget. Kapan-kapan aku ingin ketemu sama mama kalian." Aita dan Candra tersenyum. Jalan mereka untuk berkumpul bersama mulai terbuka.

"Tentu, mama pasti senang ketemu kamu," ucap Aita.

"Ehh bule kampungan ketemu temannya juga ya." suara tawa membuat ketiga bersaudara itu mendongakan kepala.

Aita mengeram marah, apa bule kampungan. Sialan!

"Lo ngiri ya? Dasar kampungan. Jangan sirik jadi orang." Gadis di hadapan Aita itu mengepalkan kedua tangannya.

"Mau apa Lo? Mau lawan gue? Ayo sini!" Spontan Candra dan Bagas menahan Aita.

"Jangan Ai, dia itu gadis manja." Candra mencoba menahan kakaknya.

"Tapi Ai nggak terima di bilang bule kampunga, Cancan." Candra mengela napas panjang.

"Eli, pergilah jangan ganggu Aita lagi." Bagas menyuruh teman sekelasnya untuk pergi, tapi gadis itu malah menatap Aita tajam.

"Lo itu orang aneh. Jangan ganggu Bagasnya gue." Aita tertawa, ini maksud gadis di hadapannya.
Gila dia pikir gue suka sama Bagas, OMG dia adik gue kali. Kata Aita dalam hatinya.

"Bagas itu milik Gue." Aita menjulurkan lidahnya, membuat Candra terbahak dan gadis itu menghentakan kakinya kesal lalu pergi begitu saja.

"Aita kamu apa-apa sih, nanti kamu di bully." Bagas mencoba memperingatkan Aita, tapi Aita ikut tertawa bersama Candra.

Florist ABC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang