Chapter 24

20.4K 1.5K 148
                                    

Sore 😘😘😘

Kenapa updatenya lama😠😠😠

Aku pengen banget nonton avengers infinity war
Aku nggak pernah nonton film terdahulu avengers infinity war
Jadi aku harus nonton 18 film sebelum Avengers infinity war biar ngerti jalan ceritanya. Jadi maafkan Ade ya sampai lupa nulis cerita 😂😂😂✌✌✌

Selain itu, waktu ini ade ikut kemah juga 😎😎

Biarkan autornya menyenangkan pikiran sebelum, menyengkan kalian dengan tulisnnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biarkan autornya menyenangkan pikiran sebelum, menyengkan kalian dengan tulisnnya.

Makasi 😘😘😘
Jangan lupa votmen dan coment

....

Aita tersenyum menyapa para pelayan kafe Rara, aura bahagia sangat terpancar di rau wajahnya.
Langkahnya terhenti saat melihat wanita paruh baya yang duduk di sudut ruangan.

Aita menyeringai senang, dia meregangakan kedua tangannya. "Krek"

"Hai Oma!" Ardela membalikan tubuhnya, dia tertegun sejenak.

Gadis bersuari merah itu tersenyum lebar kearahnya. "Mau apa kamu?" tanya Ardela tanpa menatap Aita.

"Mau minta ganti rugi," ucap Aita yang sudah berdiri di hadapan Ardela.
"Ganti rugi apa? Saya nggak punya masalah dengan kamu." Aita merengut kesal.
"Oma... Oma-kan yang nabrak Ai di toko buah itu, semangka Ai jatuh karena Oma. Sekarang Ai minta ganti rugi," jelas Aita. Ardela memutar bola mata.
Aita mengerucutkan bibirnya, dia menghentak-hentakan kakinya.

"Kamu anaknya siapa sih? Saya kan udah bilang nggak punya masalah sama kamu." Ardela berkata pelan, dia sedang malas meladeni siapa pun.

"Ya anaknya mama sama papa lah, masa anaknya oma." Aita menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum lebar.

"Ayolah Oma, uang segitu nggak berarti sama oma." Ardela menghela napas panjang.

"Emang kamu siapa saya? Saya nggak kenal kamu. Dan masalah semangka itu, kamu yang nabrak saya duluan."

"Kalau Ai bilang, Ai cucu oma gimana? Oma mau ganti?" Ardela hampir saja tersedak kopi yang baru saja dia minum.
Gadis remaja dia hadapannya pandai berbohong.
"Saya tidak memiliki cucu seperti mu. Gadis aneh dengan surai merah." Aita meregut kesal.

"Hahaha, Oma mengikari kenyataan. Ai cucunya oma. Kakaknya Bagas," ucap Aita dengan cengiran khasnya.
Ardela terdiam menatap Aita, tatapan matanya kosong.

"Oma Mau ganti rugi kan?" Ardela masih diam, Aita melambaikan tangannya.

"Ai pergi dulu ya oma, dahda..." Langkah Aita terhenti, tangannya di cekal Ardela.

"Ada apa oma?"
"Kamu dan Ibu mu itu pembawa sial!" Aita menggeram marah.

"Pergi!" Aita menghempaskan begitu saja tangan Ardela.
"Oma kalau ngomang bisa di saring dulu? Ai masih kecil." Ardela tertawa pelan.
"Kamu... Saudara kamu dan ibu mu. Pembawa sial di keluarga ku..." Aita menatap nyalang Ardela, neneknya itu mungkin depresi. Dan kenapa tiba-tiba perutnya sakit.

Florist ABC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang