11 - Pandangan Hogwarts' Army

2.5K 359 36
                                    

Harry berjalan bersama Ron dan Hermione di sampingnya. Mereka bertiga memasuki Aula Besar.

"Kalian bertiga! Ke sini!"

Pansy melambai-lambai dari meja Hufflepuff. Seluruh Hogwarts' Army terlihat bersama di sana. Bahkan Draco terlihat mendiskusikan sesuatu dengan Ernie Macmillan. Para Hufflepuff sendiri tidak terganggu, bahkan mereka tertawa melihat tingkah jahil si Kembar Weasley kepada Blaise yang jadi kelinci mereka hari ini.

Wajah para profesor yang melihat adegan langka itu hanya mampu tersenyum. Profesor Sprout sendiri bahkan menahan tangis haru. Bahkan Profesor McGonagall menyeka ujung matanya dengan saputangan.

"Kalian tidak biasanya datang sepagi ini," ujar Harry. Ia duduk di hadapan Neville yang sibuk memakan sup jagung di hadapannya. Lord Gryffindor itu mendongak setelah satu suapan.

"Aku tidak bisa tidur semalam, Harry. Ini semua gara-gara cincin sialan itu," balas Neville.

Harry langsung merapalkan mantra mufliato pada Hogwarts' Army. "Lalu, bagaimana dengan tiara itu?" Semua perhatian akhirnya teralih pada Harry dan Neville.

Neville mengeluarkan sebuah kotak. Ia menyodorkan kotak itu ke arah Harry yang langsung membukanya. Sebuah tiara perak dengan hiasan batu safir langka tampak, walaupun beberapa bagian terlihat rusak. 

"Aku sudah menghancurkan hocrux di dalamnya. Sayangnya, pedang Gryffindor juga merusak tiara itu. Aku berusaha memperbaikinya dengan mantra reparo, tapi tak berguna."

Harry tersenyum. Ia menutup kembali kotak itu dan menyimpannya di kantung yang sudah dimantrai oleh mantra perluasan tak terhingga.

"Aku akan membawanya ke Granma Rowena, dia pasti bisa memperbaikinya."

Harry melambaikan tangan, menghilangkan mantra mufliato dan mulai mengambil sarapan. Baru saja lima suapan, suara teriakan mengagetkan seluruh Aula Besar.

"Ular!"

Murid-murid yang ada di sana berjingkat dan berlari, menghindari ular hitam sepanjang enam kaki yang bergerak ke arah meja Hufflepuff. Profesor Flitwick dan Profesor McGonagall sudah berdiri dan mengacungkan tongkat ke arah ular itu.

"Duduk, Hufflepuff! Ular itu tidak berbahaya!" teriakan Susan membuat semua Hufflepuff kembali duduk walau beberapa masih terlihat ketakutan.

Ular hitam itu berhenti di samping kaki Harry, kemudian merayap dari kaki hingga mencapai leher Harry hingga sepenuhnya melilit leher pemuda bermata hijau itu tanpa menyakitinya. Harry sendiri mengembuskan napas pasrah.

"Lihat, apa yang kau perbuat. Kau menakuti semua orang yang ada di sini, Mavros."

Semua orang yang ada di sana membeku mendengar Harry mendesis. Mata para profesor terlihat tak percaya, bahkan Profesor Prince melebarkan matanya syok. Para Slytherin sendiri menganga, tidak menyangka selain Lady mereka, ada orang lain yang bisa berbicara Parseltongue.

Mavros menggesekkan pipinya ke pipi Harry. Ular hitam itu menjentikkan lidah bercabangnya ke pipi Harry. Mata merah ular itu terlihat berbahaya. "Maafkan aku, Lil Harry. Kau jarang membiarkanku keluar. Jangan salahkan aku."

Rys yang mendengar itu tertawa, membuat semua orang di sana keheranan.

"Apa yang Mavros katakan, Rys?" tanya Hannah penasaran.

Rys tersenyum mengejek. "Oh, dia merajuk karena Harry jarang membiarkannya keluar." Lady Slytherin kembali tertawa, diikuti seluruh anggota Hogwarts' Army.

Fred nyaris terjungkal dari duduknya. "A-aduh! Ternyata Mavros bisa merajuk juga, ya. Tak kusangka." Fred masih tertawa hingga ia menyadari sesuatu yang salah. "Tunggu! Apa ini? Huaaa! Rys!" serunya panik, mendapati kepala bersurai merahnya dijadikan sarang ular putih yang tertidur nyaman.

The Heir and Heiress of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang