"Kau benar-benar mendidik mereka dengan baik hingga pola pikirmu tertanam erat pada mereka, Salazar."
Mata abu-abu itu bergulir ke arah orang yang mengajaknya bicara. Bibir Salazar menipis, enggan membalas ucapan Rowena yang berada di depannya. Tangan kanannya menutup buku yang ia baca sebelum menaruhnya kembali di atas meja kayu berpelitur. Menyandarkan punggung pada sandaran sofa, Salazar balas menatap Rowena datar.
"Hanya aku yang punya banyak waktu bersama mereka, Rowena." Mata abu-abu berpandangan dengan mata biru tua tajam. Salazar tersenyum tipis. "Lagipula kau seharusnya tidak usah khawatir tentang hal itu, kan? Harry dan Rys mewarisi darah dari keluarga kita. Slytherin dan Gryffindor dari James, serta Ravenclaw dan Hufflepuff dari Lily."
Rowena mengembuskan napas pelan. Ia meraih potongan apel dari meja dan menggigitnya anggun.
"Walaupun begitu, berkah magis dari darah Hufflepuff dan Gryffindor tidak lagi bersama mereka. Sekalipun mereka mewarisi darah empat pendiri, tapi hanya dua garis magis yang masih melapisi mereka, Salazar."
Salah satu alis Salazar terangkat, walau raut wajahnya senantiasa datar. "Lalu, apa yang kau khawatirkan? Helga dan Godric memiliki keturunan lain yang mampu membangkitkan sihir kuno itu. Neville dan Susan tak seburuk yang kau kira."
Rowena menatap Salazar lekat. "Bukankah kau terlalu tenang? Apa kau tidak ingat kalau salah satu murid asramamu membuat kekacauan di dunia sihir? Dia juga salah satu keturunan langsungmu melalui Peverell."
Salazar tak menjawab. Ia mengangkat cangkir berisi teh hitam dan meletakkannya di depan bibir. Sang pendiri Slytherin tersenyum dingin dengan mata yang berkilat tajam.
"Dia hanyalah sebuah kesalahan. Seorang Slytherin sejati tidak akan melakukan hal menjijikkan seperti dirinya."
"Dia bukan pewarismu?" tanya Rowena. Wanita itu memasang wajah penasaran, begitu tipikal dengan sifat Ravenclaw yang mengalir deras pada Harry dan Hermione.
Salazar tersenyum tipis. "Slytherin tidak akan pernah memiliki pewaris selain yang berasal dari darah murni. Tom Riddle bukanlah pewaris Slytherin, sekalipun ia menguasai Parseltongue."
"Jangan bilang kalau seorang Parselmouth belum tentu Slytherin, Salazar." Rowena menatap Salazar tajam.
"Iya. James adalah buktinya."
Dahi Rowena mengernyit. "Lalu, siapa? Siapa pewarismu saat ini, Salazar?"
"Dia adalah tunangan Rys saat ini. Draco Lucius Malfoy."
***
Rys tertawa kecil melihat Neville yang tampak memasang wajah murung di sampingnya. Sang Lord Gryffindor terlihat begitu menggemaskan dengan pipi gembil yang menggembung dan bibir yang mengerucut. Sepertinya suasana hatinya benar-benar buruk.
"Ayolah, Neville. Itu hanya kesalahan kecil, oke? Kau bisa mendapatkan nilai yang lebih baik dengan mengerjakan esai yang diberikan Profesor Prince. Lagipula ramuan kita tidak seburuk itu."
Neville menatap Rys dengan wajah memelas. "Maafkan aku, Rys. Seharusnya aku tidak memasukkan cacahan jantung ular sebelum kau suruh. Argh! Gara-gara aku ramuan kita gagal!!!" pekik Neville sembari mengusak-usak rambutnya geram.
Rys sweatdrop. Ia tertawa canggung sebelum menarik tangan Neville untuk menuju Aula Besar. Masih bisa dilihat kalau Neville tetap menggerutu dengan wajah menggemaskan tadi. Rys hanya tersenyum geli. Kelas ramuan memang menjadi momok bagi sang Lord Singa. Walaupun kemampuan Neville tidaklah seburuk hari pertama yang sampai meledakkan kuali. Oh, ayolah, dia diajari langsung oleh Salazar ketika berada di Potter Manor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir and Heiress of Hogwarts
Fanfiction[Harry Potter Series 1] Ravenclaw!Harry, Bashing!Light, Grey!Harry. Harry Potter menghilang dari dunia sihir. Pada tahun 1991, sang Pahlawan kembali dengan seorang gadis cantik yang tak lain adalah adik kembarnya sendiri, Samarys Potter. Lebih meng...