Harry Potter by JK Rowling
The Heir and Heiress of Hogwarts by Dragonreins***
Semua hal tentang fanfiksi ini murni hanya untuk hiburan semata. Saya sebagai penulis tidak mengambil keutungan sepeser pun dari fanfiksi ini.
***
Rys menatap Harry yang kini tertidur pulas di atas tempat tidur berseprai hijau. Mata zamrud miliknya menatap sesosok laki-laki berjubah hijau dengan liris perak yang kini duduk santai di salah satu sofa dekat perapian. Janggut putih pria itu menambah kesan kakek-kakek baik hati, jika kau mengabaikan tatapan tajam mata abu-abu miliknya.
"Haruskah kau melakukan itu, Granpa?"
Rys menghampiri pria tua itu dan tanpa canggung duduk di sofa satunya. Mata zamrudnya beradu tatapan dengan mata abu-abu tajam. Pria tua itu melambaikan tangan kanannya, seketika perapian menyala, menghangatkan seluruh ruangan.
"Tidak ada pilihan lain, Rys. Harry dalam keadaan syok," jawab pria tua itu singkat.
Rys menghela napas. Ia berdiri dari duduknya dan mengamati beberapa lukisan kosong di kamar itu yang mulai terisi. Tepat di atas perapian, dua sosok familier muncul. Itu adalah Lord Potter sebelumnya, James Charlus Potter dan Lady Potter, Lily Potter nee Evans.
"Rys, bagaimana keadaan Harry, Sayang?" Lily bertanya khawatir. Raut wajahnya begitu sendu. Rys hanya mampu memandang sosok Lily dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan aku karena terlambat membawanya ke Potter Manor, Mum." Rys menunduk, bahu gadis cilik itu bergetar. "Dia terluka, dan itu semua salahku." Suaranya bergetar.
James memandang lembut putrinya. "Kau sudah melakukan yang terbaik, Rys. Dad bangga padamu."
Salazar Slytherin yang sejak tadi duduk berdiri. Ia menghampiri Rys dan menepuk kepala gadis itu. Mata abu-abunya memandang lukisan James dan Lily.
"Kalian tenang saja. Kami akan menjaga mereka." Suara datar miliknya menggema di kamar itu.
"Tepati janjimu, Salazar."
Sosok Charlus Potter menyandarkan punggung ke sofa yang ia duduki. Mata cokelat yang serupa milik James itu memandang tajam pada Salazar. Walau hanya tinggal potret, aura intimidasi mantan Lord Potter itu memenuhi seluruh ruangan.
Salazar menghela napas. Ia hanya mempu menggelengkan kepala melihat kelakuan keturunan sahabat baiknya itu.
"Kau terlalu meragukan Salazar, Charlus. Dia salah satu pendiri Hogwarts jika kau lupa. Kau bisa mempercayainya." Dorea Potter nee Black menyahut dingin dan arogan. Wajah aristokrat khas Keluarga Black pas sekali dengan keangkuhannya sebagai darah murni.
Charlus melirik sang istri tajam. "Aku hanya ingin cucu-cucuku aman, Dorea."
Dorea memutar bola matanya malas. "Kau berlebihan seperti Cygnus dan Orion. Tipe orangtua dan kakek protektif. Samarys dan Harry adalah keturunan empat darah bangsawan! Kau bisa melihat betapa berbakatnya Samarys. Kita belum melihat bagaimana Harry nantinya. Demi Merlin Charlus! Dia calon Lord Potter!"
Charlus Potter terdiam. Ia menghela napas dan sosoknya perlahan menghilang dari lukisan. Dorea berdecak dan menatap Salazar. "Dia merajuk. Aku akan pergi. Jaga cucuku dengan baik, Salazar." Sosok Dorea menghilang tak lama kemudian.
Salazar menatap datar pada James dan Lily yang masih menatapnya. "Kalian juga ingin mengancamku?"
Lily tersenyum. "Tidak. Kami percaya padamu." Mata zamrudnya meredup. "Andai kami bisa menggunakan teknik itu agar bisa selalu berada di samping Samarys juga Harry." James menatap Lily sendu.
Salazar menghela napas. Ia menarik tubuh kecil Samarys dan menggendongnya. Pewaris darah Potter itu melingkarkan kedua lengannya di leher pendiri asrama Slytherin.
"Teknik itu awalnya ide gila dari Godric. Rowena yang kurang kerjaan membuatnya dengan bantuan Helga-"
"Dan kau menjadi korban percobaan pertama mereka, eh?" James tertawa.
Salazar menatap pria itu tajam. "Ingatkan aku untuk membakar potretmu nanti, James." desisnya dalam Parseltongue.
James bergidik sebelum kabur -menghilang- dari lukisan. Lily tersenyum tipis. "Kami akan pergi. Tolong jaga anak-anak kami."
"Ya."
Salazar menatap Rys yang ternyata telah tertidur. Menghela napas untuk yang kesekian kalinya, sang penguasa Slytherin kembali ke rutinitasnya, mengawasi penerus Potter yang kini bertambah seorang lagi.
***
Harry membuka matanya. Mata zamrud itu mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang cukup menyilaukan. Harry tersentak ketika menyadari di mana ia berada sekarang. Ingatannya berputar ke peristiwa yang telah ia alami sebelumnya.
Melarikan diri dari Dursley, hutan, peri rumah, penyihir, dan ....
Harry terperanjat ketika sesosok wanita paruh baya menatapnya lembut. Jubah penyihir berwarna kuning dengan garis-garis hitam melekat di tubuh berisinya. Rambut berwarna cokelat dikepang satu dan disampirkan di bahu kanan. Mata cokelat itu memandang Harry dengan hangat, membuat sepercik rasa percaya memenuhi benak Harry.
"Sayang, akhirnya kau bangun juga. Sekarang, lebih baik kau mandi terlebih dulu, Harry," ujarnya penuh kelembutan. Ia membantu Harry bangun dan menyerahkan selembar handuk pada pemuda kecil itu.
Tanpa perintah dua kali, Harry berjalan ke kamar mandi dan membersihkan dirinya di sana. Tak lebih dari lima belas menit, ia keluar dengan keadaan segar.
Wanita tadi tersenyum. Dengan satu kali lambaian tongkat, tubuh Harry terbalut kemeja sutra berwarna hitam dengan celana senada. Rambut sarang burungnya tertata rapi, membuat bekas luka fenomenalnya terpampang jelas. Harry kembali tersentak. Ia menatap wanita itu ketakutan, jelas belum terbiasa dengan sihir di sekitarnya.
Wanita itu hanya tersenyum lembut dan memasangkan kacamata bulat miliknya. "Terima kasih," lirih Harry.
"Sama-sama, Sayang."
Harry mendongak, menatap wajah wanita itu. Sebuah kehangatan menyusup ke dalam hatinya. Untuk pertama kalinya, ia diperlakukan dengan begini baiknya. Setetes air mata mengalir turun dari mata kanannya.
Wanita itu memasang wajah panik. "Ada apa, Harry?"
"Aku senang. Senang sekali." Harry menghapus air matanya kasar. "Siapa namamu?"
Wanita itu tersenyum. "Namaku Helga. Kau bisa memanggilku, Granma."
Harry tersenyum lebar. "Senang bisa bertemu denganmu, Granma Helga."
.
.
.
Bersambung...
.
.Fanfic ini tidak memiliki jadwal update. Jadi, jika ada waktu luang, maka akan dipublish waktu itu juga. Terima kasih untuk perhatiannya.
20 Oktober 2020
Reins

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir and Heiress of Hogwarts
Fanfic[Harry Potter Series 1] Ravenclaw!Harry, Bashing!Light, Grey!Harry. Harry Potter menghilang dari dunia sihir. Pada tahun 1991, sang Pahlawan kembali dengan seorang gadis cantik yang tak lain adalah adik kembarnya sendiri, Samarys Potter. Lebih meng...