Suasana di Malfoy Manor begitu meriah malam ini. Puluhan keluarga Darah Murni berkumpul dan berbincang, entah mengenai politik, sosial, maupun hanya untuk bergosip. Lord Malfoy sendiri terlihat berbincang dengan Lord Greengrass dan Lord Nott di samping meja penuh minuman. Lady Malfoy tengah bersenda gurau dengan lady-lady Darah Murni yang lain.
Draco menghela napas. Ia malas sekali. Terus memasang senyum palsu sepanjang malam ini membuatnya muak. Anggota Hogwarts' Army yang lain belum datang, kecuali Theo, Pansy, dan Blaise yang datang bersama keluarga mereka.
Tak lama, pintu masuk utama terbuka. Seringai Draco mengembang melihat siapa yang datang. Di sana, Harry dan Neville berjalan terlebih dahulu di depan para gadis. Kedatangan enam bocah berusia sebelas tahun itu sontak menjadi pusat perhatian, terutama kedatangan Harry yang cukup mengejutkan, mengingat betapa banyaknya Pelahap Maut yang datang ke pesta ini.
"Salam, Lord Malfoy." Harry menundukkan kepalanya takzim di depan Lucius. Senyuman tipis mengembang di wajah rupawan miliknya. "Terima kasih karena telah mengundang kami di pesta Anda."
Lucius memasang senyuman formal. "Selamat datang, Heir Potter. Suatu kehormatan bagiku karena kau datang ke pesta yang sederhana ini. Berterimakasihlah pada Draco, dia yang mengusulkan untuk mengundang kalian di sini. Nikmati pestanya."
"Terima kasih, My Lord."
Harry dan kelima temannya menghampiri Draco, serentak semua anak Slytherin yang sebelumnya terlibat percakapan bosan langsung menghampiri keenamnya. Pansy mendorong Theo dan Blaise untuk menyingkir, dia duduk di samping Rys sembari melemparkan senyuman menyebalkan ke arah dua temannya itu.
"Curang!" seru Theo dan Blaise bersamaan.
Pansy mendongak sombong. "Siapa cepat, dia dapat."
"Jangan berteriak di sini! Kenapa kalian berdua selalu berisik?" ujar Draco geram. Theo dan Blaise menoleh ke arah Draco sembari menelan ludah.
Rys yang melihat keempat sahabatnya begitu rusuh menghela napas lelah. Mata hijaunya memandang tajam mereka. "Theo, Blaise, jangan berteriak! Ini bukan hutan! Draco, hentikan wajah menyebalkanmu itu!" Ketiga bocah laki-laki itu mengangguk cepat. "Pansy, kau cantik sekali hari ini? Perasaanku saja atau memang warna baju kita seragam?"
Pansy berdiri dari duduknya. Benar yang Rys katakan, Pansy terlihat menawan dengan kemeja putih dengan renda di bagian dada, dilengkapi oleh rok hijau sepaha yang bersulam feniks dengan benang perak. Pansy berputar di tempat, membuat roknya mekar.
"Terima kasih, Rys. Kau juga cantik sekali."
Rys menggeleng. Dia saat ini memakai gaun hijau selutut bermodel simpel berkerah dengan lengan panjang. Di bagian pinggang terdapat kain yang membentuk pita besar di bagian sisi kiri pinggang. Rambut cokelat sepunggungnya dibiarkan tergerai bebas, dihiasi kepangan kecil di sisi kiri kepala.
Salahkan Granma Rowena dan Granma Helga yang mendandaninya habis-habisan selama tiga jam!
"Mau bagaimanapun, kalian akan tetap cantik." Marcus berjalan mendekat ke arah Rys dan meraih tangan kanannya. Dengan takzim, Heir Flint itu mengecup singkat punggung tangan Rys yang tersenyum. "Salam untukmu, My Lady," ujarnya yang hanya bisa didengar oleh sekelompok Slytherin itu.
Sebelum libur Natal dimulai, Rys sudah meminta kepada semua Slytherin untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Lady Slytherin selain di Hogwarts. Semua orang di Hogwarts sendiri tahu, bagaimana para anak ular itu menjunjung tinggi kesopanan dan sikap mereka di hadapan Rys. Yah, walaupun Rys berani bertaruh kalau semua orang di sini tahu tentang dirinya. Namun, bukankah kartu As itu harus dikeluarkan di akhir?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir and Heiress of Hogwarts
Fanfiction[Harry Potter Series 1] Ravenclaw!Harry, Bashing!Light, Grey!Harry. Harry Potter menghilang dari dunia sihir. Pada tahun 1991, sang Pahlawan kembali dengan seorang gadis cantik yang tak lain adalah adik kembarnya sendiri, Samarys Potter. Lebih meng...