Wastafel berornamen ular pada kerannya itu bergeser, memperlihatkan saluran menuju dasar yang gelap. Mata hijau memandang ke bawah dengan tatapan dingin. Dengan rambut hitam yang dijepit kebelakang dengan jepit rambut perak berhiaskan zamrud, Rys berjalan maju.
"My Lady, apakah kita akan masuk sekarang?" Suara lembut Draco menembus telinga Lady Slytherin. Menoleh, mata hijau bertemu dengan manik kelabu tunangannya. Rys mengangguk.
"Ya, kita pergi, Dray." Menatap dasar lubang yang tak terlihat, Rys merapikan jubah hijaunya yang berkilau di bawah cahaya api. "Kita masuk sekarang sebelum Kepala Sekolah Gila itu tahu."
Setelahnya, Lady Slytherin meluncur ke dalam dengan sihir yang melapisi seluruh badannya. Di belakangnya, empat sosok berjubah perak melompat turun. Jubah perak keempatnya berkilau di gelapnya pipa air yang menuju langsung ke Kamar Rahasia.
Sebenarnya, ada jalan masuk lain menuju Kamar Rahasia yang diceritakan oleh Salazar, tetapi jalur itu berada tepat di samping pintu masuk aula besar. Tentu saja Rys tidak ingin hal itu diketahui oleh siswa lainnya, terutama para pengajar, apalagi Kepala Sekolah. Itu akan menjadi sakit kepala lainnya. Sudah cukup kegilaan yang dibawa saudara kembarnya. Harry dengan semua pemikiran menyusahkannya!
Ujung dari pipa terlihat. Rys meluncur dan mendarat dengan anggun. Keempat Hogwarts' Army di belakangnya mengikuti dengan tak kalah sigapnya. Lapisan sihir di pakaian mereka mencegah kotoran menempel. Mata hijau memandang sekeliling yang gelap dengan teliti.
"Nyalakan apinya," desis Rys dalam Parseltongue.
Seketika itu pula, api sihir putih menyala di beberapa sudut ruang bawah tanah yang gelap. Kesiap kaget terdengar dari keempat sahabatnya.
Pansy berjalan mendekat ke arah Rys. Mata hitamnya memandang sekeliling antara penasaran dan juga takjub. "Tempat ini lebih luas dari yang kukira," gumamnya. Perhatiannya beralih pada Rys. "My Lady, ini bukan utama dari Kamar Rahasia, kan?"
Rys menggeleng. Kakinya melangkah menuju bagian dalam ruangan.
"Bukan, Pansy. Bagian utama berada di depan sana," jawabnya dengan nada ringan. Mata hijau beralih pada Theo dan Blaise yang berjalan di sampingnya. "Bisakah kalian memeriksa kulit luar basilisk yang ditemukan Mavros sebelumnya? Itu berada di bagian lorong barat ruangan ini."
Theo mengangguk mantap. "Tentu saja, Milady. Ayo, Blaise!" Dengan tidak berdosanya, Theo mencengkeram kerah jubah Blaise, membuat si empunya tercekik dan meronta-ronta.
"Hei, Theo! Berhenti mencekikku! Lepaskan! Kau membuatku sesak napas!"
Raungan Blaise menggema dan menghilang begitu keduanya berbelok ke lorong lain. Melihat itu, Draco menampar wajahnya sendiri, sementara Pansy terkikik. Rys sendiri hanya tersenyum geli.
"Dasar bodoh," bisik Draco melihat kedua sahabatnya yang suka bertindak gila.
Dua tahun telah berlalu sejak terbentuknya Hogwarts' Army dan perubahan hierarki di keempat asrama Hogwarts. Ketiga asrama berinteraksi tanpa rasa canggung dan malu, kecuali Gryffindor. Asrama singa untuk saat ini terpecah menjadi dua pihak. Pihak pertama di bawah kepemimpinan Lord Gryffindor. Mereka memiliki hubungan yang baik dengan asrama lainnya, bahkan Slytherin. Sementara pihak lain masih berada di bawah kendali Kepala Sekolah. Hanya tinggal waktu hingga Neville mampu mengambil kembali para singanya dari bajingan manipulatif yang memproklamirkan dirinya sebagai Pemimpin Cahaya.
Lord Gryffindor bisa menjadi sangat berbahaya jika ia mau.
Langkah kaki ketiga Hogwarts' Army yang tersisa berhenti di depan sebuah pintu besar yang dikunci dengan pahatan ular-ular yang saling membelit. Mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh permukaan pintu itu tanpa ragu, Rys mengalirkan sihirnya. Sinar kehijauan menyala di sepanjang ukiran ular sebelum membuka pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir and Heiress of Hogwarts
أدب الهواة[Harry Potter Series 1] Ravenclaw!Harry, Bashing!Light, Grey!Harry. Harry Potter menghilang dari dunia sihir. Pada tahun 1991, sang Pahlawan kembali dengan seorang gadis cantik yang tak lain adalah adik kembarnya sendiri, Samarys Potter. Lebih meng...