12 - Darah Murni Baru

2.4K 327 9
                                    

Draco menatap dirinya di cermin. Tangan kanannya mengatur rambut pirang platinanya yang belum tersisir. Tangan kirinya hendak meraih minyak rambut sebelum perkataan Rys beberapa hari yang lalu membuatnya mengurungkan niat.

"Berhentilah memakai minyak rambut berlebihan, Dray. Aku tidak suka! Kau terlihat seperti orang tua. Lebih baik menyisirnya biasa saja." Rys berucap dengan wajah menekuk.

Mengingat itu membuat Draco tersenyum tipis. Ia menyisir rambutnya dengan jari dan merapikannya dengan sentuhan sihir lembut. Menjadi bagian dari Hogwarts' Army membuatnya begitu bersyukur. Ia sekarang bisa menggunakan sihir tanpa tongkat hanya dalam waktu beberapa bulan setelah ritual sumpah itu dilakukan.

Draco menatap tangan kanannya. Sihir berwarna keperakan menguar dari sana. Ia tak menyesal mengikuti cara pandang kedua kembar Potter yang berbeda dari yang selama ini ditanamkan ayahnya. Sadar atau tidak ... ia menjadi lebih kuat.

Draco kembali menatap cermin. Wajahnya berubah datar.

"Aku akan melindungi Rys apapun yang terjadi, sekalipun itu membuatku harus menantangmu, Father," sumpahnya.

Draco berjalan, meraih jubah hitam di kursi kamarnya sebelum keluar untuk sarapan. Ia sudah berada di Malfoy Manor karena sudah memasuki libur Natal. Beberapa hari lagi, Malfoy Manor akan mengadakan Yule Ball, tapi Draco jujur saja lebih suka di Hogwarts dan berduel dengan Harry atau Fred.

Begitu sampai di ruang makan, Draco bisa melihat kedua orang tuanya sudah ada di sana. Begitu ia datang, sarapan pun dimulai. Draco makan dengan tenang tapi kesadarannya tidak berada di sana. Pikirannya terfokus pada ajaran sihir hitam dari Harry yang begitu menarik.

Narcissa yang melihat itu sedikit khawatir. "Son, ada apa? Apa makanan yang dibuat Dobby tidak enak?" tanyanya khawatir. Lucius yang berada di kepala meja akhirnya menatap Draco juga.

Draco terkesiap. Ia tersenyum. "Tidak, Mother. Hanya teringat hal-hal di Hogwarts."

Lucius dan Narcissa saling berpandangan.

Draco menatap Lucius setelah mengunyah kentang tumbuk dan menelannya. "Oh, ya, Father. Mengenai Yule Ball, bisakah aku mengundang beberapa temanku?" tanyanya.

Lucius mengerutkan keningnya. Kedua tangannya sibuk memotong kalkun panggang. "Bukankah para Slytherin sudah pasti datang? Siapa lagi memangnya?"

Narcissa tertegun begitu melihat Draco tersenyum tipis. Sejak kembali dari Hogwarts, putranya itu memang sedikit berubah; lebih tenang, lebih sering tersenyum, dan sikap manjanya juga berkurang.

"Kembar Potter, Susan Bones, Hannah Abbott, Neville Longbottom, dan juga seorang Kelahiran Muggle, Hermione Granger," jawab Draco tenang.

Garpu Lucius terjatuh. Ekspresi wajah Lord Malfoy itu mengeras, rahangnya mengetat menahan amarah. "Apa kau bilang, Draco?! Kelahiran Muggle?! Apa kau sudah gila?!" raungnya tak percaya.

Draco meletakkan garpunya dengan tenang. Mata abu-abunya begitu dingin ketika menatap mata yang serupa dengannya. Lucius sendiri tersentak begitu melihat anaknya tak main-main.

"Aku serius, Father." Suara Draco semakin memberat bersamaan suhu di ruang makan itu turun. "Aku tidak pernah meminta sesuatu hal yang besar selama ini. Hanya kali ini saja, tolong penuhi keinginanku. Jika Granger tidak bisa memuaskanmu, di Yule Ball tahun berikutnya, aku tidak akan membawanya lagi ke sini."

Melihat tekad Draco yang begitu kuat membuat Lucius tak memiliki pilihan lain selain menyerah. Putranya itu sangat keras kepala, sepertinya. Berdebat lebih lanjut akan membuat hubungannya dengan Draco yang sejak dulu renggang semakin memburuk. Dan sebagai seorang ayah, Lucius tidak ingin hal itu terjadi.

The Heir and Heiress of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang