"Dengan ini, kesepakatan kita selesai, Profesor."
Seringai Neville terlihat membutakan para kepala asrama yang ada di sana. Di meja kediaman Profesor Prince, terlihat dua buah koper hitam besar dan lima vial air mata phoenix yang berkilau terkena cahaya lampu. Sang profesor sendiri menyunggingkan sebuah senyuman miring sebelum menjabat tangan Lord Gryffindor.
"Senang berbisnis denganmu, Tuan Longbottom."
Keduanya saling melemparkan senyum penuh arti, mengabaikan berbagai macam ekspresi para profesor. Profesor McGonagall mengurut pelipisnya yang tiba-tiba pening, sementara Profesor Flitwick dan Profesor Sprout tampak tak bisa berkata-kata.
"Jadi, katakan bahwa sekarang bisnis Hogwarts' Army dengan basilisk ini sudah selesai, Tuan Longbottom." Kepala asrama Gryffindor menatap salah satu singa kebanggaannya—yang sukses membuatnya pasrah dengan segala tingkah gilanya—dengan pandangan lelah. "Aku tidak mau kalian berurusan dengan bahaya lagi!" serunya tegas.
Neville tersenyum. "Anda tidak perlu khawatir. Semuanya sudah selesai, Profesor, tapi untuk permintaan terakhit Anda, saya tidak bisa menjanjikannya," jawabnya serius.
"Eh?"
Profesor Sprout menatap Neville gusar. Mata cokelatnya diliputi kekhawatiran. Sekalipun ia tahu bahwa Hogwarts' Army mampu melakukan apa yang menurut mereka perlu, ia tetap saja khawatir. Karena bagi Pomona, Hogwarts' Army masihlah anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecil mereka dengan penuh kebahagiaan, bukan melakukan hal-hal menakutkan dan berbahaya seperti ini. Hal ini menunjukkan bagaimana para tenaga pendidik gagal memenuhi visi dan misi mereka.
"Lord Gryffindor, apa maksud Anda?" Profesor Flitwick bertanya serius. Sosot mata dibalik kacamata itu bagaikan baja. Sebagai mantan duelis, firasatnya mengatakan bahwa ucapan Neville mengimplikasikan sesuatu. Pertama Quirrell, kedua basilisk. "Apa ada hal lain yang tidak kalian beritahukan kepada kami?"
Neville terdiam, tidak segera menjawab. Sebagai seorang lord asrama, ia bisa saja menolak. Itu adalah haknya. Namun, para kepala asrama selama ini telah berusaha menjaga anak-anak mereka sebaik mungkin selama Hogwarts' Army membersihkan Hogwarts dari segala bentuk kekejian sihir.
Mata cokelat Neville berkilat ketika ia mendongak untuk menatap para profesor. Ekspresi seriusnya membuat tulang punggung keempat pendidik di sana menggigil. Sihir di sekitar mereka memberat karena tekanan yang datang dari Lord Gryffindor.
"Apakah Anda sekalian pernah mendengar tentang Hocrux?"
Reaksinya terlihat seketika. Profesor Prince dan Profesor Flitwick menegang. Sementara kepala asrama Gryffindor dan Hufflepuff saling berpandangan, kurang familier dengan istilah tersebut.
"Bagaimana ... bagaimana kau tahu soal itu?" Mata gelap Profesor Prince menyipit, menatap Neville dengan tajam. Rahangnya terlihat mengencang dan tangannya mengepal. "Katakan saja, Lord Gryffindor!"
Melihat ekspresi terjepit rekannya, Profesor McGonagall menatap Profesor Prince penuh rasa ingin tahu. "Sepertinya kau tahu apa itu, Severus. Hocrux, apa itu?" tanyanya.
Kini, Profesor Flitwick-lah yang angkat bicara.
"Hocrux adalah sihir yang sangat gelap. Benda yang dijadikan Hocrux menyimpan robekan jiwa dari inangnya." Kedua profesor wanita tersentak ngeri. "Pengetahuan tentang Hocrux berada di buku-buku sihir hitam tergelap karya Herpo The Foul. Buku-buku itu terlarang di seluruh Dunia Sihir. Pertanyaanku adalah, bagaimana kau mendapatkan pengetahuan ini, Tuan Longbottom?"
Pertanyaan Profesor Flitwick begitu tajam.
Mengembuskan napas, Neville menautkan kedua tangannya di pangkuan. "Kami tahu apa itu, Profesor. Dari mana kami tahu, itu bukan masalah untuk saat ini," jawab Neville tenang. Mata cokelatnya menatap mata baja sang duelis. "Tahukah Anda sekalian kalau Voldemort memiliki hocrux?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir and Heiress of Hogwarts
Fanfic[Harry Potter Series 1] Ravenclaw!Harry, Bashing!Light, Grey!Harry. Harry Potter menghilang dari dunia sihir. Pada tahun 1991, sang Pahlawan kembali dengan seorang gadis cantik yang tak lain adalah adik kembarnya sendiri, Samarys Potter. Lebih meng...