17 - Akhir Tahun Pertama

2.1K 273 38
                                    

Semuanya terlihat normal. Malah terlalu normal. Mungkin, hanya beberapa orang saja yang menyadari kalau interaksi Hogwarts' Army saat ini ada yang berbeda. Jika biasanya mereka terlibat percakapan hangat, kini mereka hanya makan dengan tenang di meja Slytherin.

Semua orang yang ada di sana hanya mampu terdiam. Suasana Aula Besar memang begitu tenang. Hal yang aneh. Bahkan para siswa tiga asrama selain Gryffindor tidak bersuara sama sekali. Mereka makan dan tenang, hanya terdengar suara peralatan makan yang beradu.

Profesor Prince menyipitkan mata. Mata sewarna arang miliknya beradu tatap dengan mata hijau Rys. Putri baptisnya hanya balas berkedip sebelum tersenyum polos. Oh, itu tidak akan menipunya.

Selepas makan malam yang aneh itu, Severus meminta keempat lady dan lord asrama datang ke kediamannya. Matanya lagi-lagi menyelidik tiap wajah dari remaja sebelas tahun yang tingkahnya sama sekali tidak cocok dengan usianya itu. Mereka hanya terdiam sembari menyesap tenang cokelat panas yang ia siapkan.

Merasa jengah terutama dengan sikap tegang Neville di sampingnya, Harry akhirnya bersuara. Mata hijaunya memandang Severus kesal. "Father, bisakah kau hentikan tatapanmu itu? Itu menyebalkan."

Severus memandang Harry datar. Mengangkat gelas kopi, ia menjawab, "Tidak sebelum kalian mengatakan apa rencana kalian."

Rys tersenyum. "Kami tidak merencanakan apapun."

Mata Severus menyipit. "Itu tidak akan mempan padaku, Rys."

Rys memalingkan kepala sembari cemberut.

Pandangan Severus beralih ke Neville dan Susan. "Karena kedua anak asuhku tidak mau mengatakannya, kuharap kalian bisa bekerja sama, Neville, Susan," ujarnya datar.

Dengan tubuh yang gemetar hebat, Neville menggelengkan kepala cepat sebelum tersentak dan mengangguk. Demi Salazar, Severus bingung mau mengartikan yang mana. Apa ia memang semenakutkan itu?

Harry dan Rys berusaha menahan tawa. Severus mendelik ke arah kedua anak asuhnya. Oh, ia lupa kalau mereka seorang Potter, terlebih anak James! 

Menghela napas kesal, Severus beralih ke Susan. "Miss Bones?"

"Kami akan mencuri batu bertuah, Profesor," jawab Susan singkat.

"Susan!" pekik Harry, Rys, dan Neville bersamaan.

Severus sendiri tersentak. Matanya begitu tajam menatap keempat anak itu. Susan sendiri hanya tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Paman Sev. Selama Hogwarts bersama kami, semuanya aman. Bahkan mungkin, kepala sekolah tidak akan tahu kalau harta berharganya sudah hilang dari tempat."

"Kalian benar-benar—"

"Tenang, Father! Semuanya sudah terencana dengan baik. Susan dan Hannah akan pergi bersama Virgo dan Libra. Mereka paling tua dari kami dan memiliki pertahanan paling bagus," sela Harry.

Severus mengernyitkan dahi. "Tapi itu berbahaya!" desisnya.

Tanpa disangka, Neville tersenyum lebar. "Hanya Quirrell dan Voldemort, Paman."

"Kau bilang hanya, Neville?"

Rys sendiri mengendikkan bahunya tak acuh. "Toh, ia hanya jiwa tanpa raga. Pangeran Kegelapan katanya? Menggelikan."

Severus tanpa ragu menepuk dahinya sendiri. Ia mengembuskan napas berat. Pasrah.

"Terserah kalian saja, Kids."

Master Ramuan benar-benar migrain merasakan tingkah anak asuhnya serta sahabat-sahabat mereka. Ia berharap masih cukup kuat melihat tingkah gila mereka ke depannya. Jangan lupakan kedua kembar Black. Ingatkan Severus kalau ia harus menyeduh ramuan sakit kepala untuk dirinya sendiri.

The Heir and Heiress of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang