23. Percakapan Dua Pengajar

967 134 11
                                    

"Mrs. Norris! Kepala Sekolah, pasti ada siswa yang sengaja melakukan ini pada Mrs. Norris. Hukum dia seberat-beratnya!" pekik Argus Flich sembari memeluk kucingnya yang membeku dengan erat. "Mrs. Norris-ku."

Dumbledore mengangguk. Ekspresi wajahnya tenang tetapi sorot mata birunya sedikit beriak. "Tenang, Argus. Belum tentu siswa yang melakukan hal ini." Kepala Sekolah berbalik ke Madam Pomfrey yang berdiri di sebelahnya. "Aku ingat bahwa di rumah kaca ada Mandrake yang berusia tua. Madam Pomfrey bisa membuat ramuan Mandrake dengan bantuan Profesor Prince. Ramuan Mandrake bisa menyembuhkan tubuh beku Mrs. Norris."

Madam Pomfrey dan Profesor Prince mengangguk. Keduanya memasang wajah datar yang cukup identk. Yah, sepertinya waktu makan siang kali ini harus diawali dengan kehebohan karena membekunya Mrs. Norris akibat sesuatu yang misterius.

"Saya juga bisa membantu dalam membuat ramuan itu, Kepala Sekolah." Suara manis yang datang menginterupsi membuat Severus mengernyitkan kening. Dari sudut matanya bisa ia lihat Lockhart yang kembali membual. "Saya sangat pandai dalam membuat ramuan seperti itu." Kali ini senyuman menyilaukan itu hadir.

Oh, Severus berharap bajingan narsis ini lenyap tanpa bekas dari hadapannya. Andai membunuh orang itu legal, maka ia sudah melakukannya sejak dulu.

Severus meluruskan badannya. Mata hitamnya memandang dingin ke arah Lockhart yang terus saja tersenyum manis. "Tapi, bukankah Kepala Sekolah tidak memintamu untuk itu, Gilderoy?" tanyanya dengan nada dingin yang tajam.

"Tapi—"

"Semua tahu kalau aku adalah Master Ramuan di sini."

Lockhart membeku mendengar ucapan Severus yang semakin menajam di ujung kalimat. Tatapan mata kelam profesor ramuan itu membuat tulang punggungnya menggigil ketakutan. Severus sendiri menahan seringai puas melihat reaksi yang ia harapkan.

Tanpa mereka sadari, Profesor McGonagall menahan senyum di belakang mereka.

Dumbledore menggerakkan tangannya membubarkan kerumunan siswa. "Kalian bisa kembali ke asrama masing-masing. Saling jaga keamanan satu sama lain, Anak-anak." Kerumunan siswa perlahan bubar, meninggalkan Kepala Sekolah Hogwarts yang kini berhadapan dengan para profesornya.

"Sebaiknya kalian juga kembali ke kantor masing-masing. Minerva, Severus, jam tujuh malam nanti tolong datang ke kantorku. Ada yang perlu kita bicarakan." Setelah mengatakan itu, Dumbledore meninggalkan tempat itu lebih dulu.

Severus mengembuskan napas. Ia berbalik dan berjalan meninggalkan para rekan pengajarnya. Jubah hitamnya melayang di belakangnya ketika ia berjalan. Sangat cocok dengan sebutannya sebagai Kelelawar Dungeon.

"Severus!"

Langkah sang Master Ramuan terhenti begitu suara Minerva menyapa telinganya. Ia membalikkan badan, mendapati Kepala Asrama Gryffindor menyusulnya dengan tergesa.

"Ada apa, Minerva?" tanya Severus datar.

"Bisakah kita bicara sebentar." Dahi Severus mengernyit. Raut wajah Minerva bertambah serius. "Ini tentang Hogwarts' Army."

"Ah. Ikuti aku."

Severus berjalan lebih dulu dengan Minerva yang mengikuti. Mereka berdua menuruni tangga menuju kantor dan kediaman pribadi sang Master Ramuan. Begitu masuk, Minerva duduk di sofa. Matanya menatap lekat ke arah Severus yang memanggil peri rumah untuk menyajikan kopi.

"Kukira Neville sudah memberitahumu?"

Minerva baru akan membuka mulut ketika kalimat itu terlontar. Matanya melebar karena terkejut, terutama mendengar nada akrab Severus ketika menyebut nama Lord Gryffindor.

The Heir and Heiress of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang