Severus Snape tidak tahu harus melakukan apa. Sang Master Ramuan hanya bisa mengurut keningnya guna meredakan pusing yang kian menjadi. Pandangan mata hitam itu terlihat kosong. Ingatan Severus kembali pada adegan tadi pagi sebelum sarapan di Aula Besar dimulai.
"Selamat pagi, Sir."
Severus menatap Rys yang berdiri di depan pintu kantornya datar. "Kenapa kau menemuiku sepagi ini, Miss Potter?" tanya Severus tanpa emosi.
Severus tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok cantik Lady Slytherin. Wajah Rys yang begitu mirip dengan Lily Potter membuat dadanya berdenyut nyeri. Sebisa mungkin Severus menyembunyikan emosinya di balik perisai occlumency-nya. Severus mengingatkan dirinya, bahwa gadis di depannya ini juga putri dari James Potter.
Rys mendongak. Wajah cantik dengan mata zamrud indah miliknya membuat Severus membeku. Sebuah senyuman mekar di wajah Lady Slytherin. Entah hanya perasaan Severus atau tidak, senyum anak didiknya itu sedikit berbeda. Seolah, semua keindahan energi magis menguar dari sosok indah juga berbahaya itu.
"Aku ingin mengantarkan surat dari Mum yang ditunjukkan untuk Anda, Sir."
Rys mengeluarkan sebuah surat yang tersegel rapat dari balik jubahnya. Perhatian Severus sedikit teralih pada bordiran mahkota emas pada logo asrama Slytherin di jubah Rys. Kerutan kening menghiasi kening pucat sang Master Ramuan.
"Surat apa ini, Miss Potter?"
Rys mengendikkan bahu. "Potret Mum tidak memberitahuku, Uncle." Alis Severus berkedut. Ia menatap Rys tajam, yang dibalas dengan senyuman jahil. "Hanya Mum dan Dad yang tahu apa isi surat itu. Dan mungkin, setelah ini-" Rys tersenyum. Matanya memandang lembut Severus hingga membuat sang penyihir tersentak. "Anda yang akan tahu, ... Father."
Severus membeku. Rys sendiri berlalu, meninggalkan Sang Master Ramuan dalam kebingungan tak berujung.
Severus meremas surat yang sudah terbuka di tangannya. Setetes air mata mengalir dari sudut mata hitamnya yang selama ini tajam. Tarikan napasnya begitu berat. "Lily, setelah apa yang terjadi, kau masih memercayakan hal sebesar ini padaku. Aku berjanji akan menjaganya, menjaga apa yang telah kau percayakan padaku."
Severus berdiri dari duduknya. Mata sekelam malam miliknya berubah tajam. Ia mengusap bekas air mata dan meraih jubah hitamnya. Ia menjentikkan tongkat, merapalkan mantra tempus non verbal.
Pukul 06.00 petang.
Sudah waktunya makan malam, tapi Severus meninggalkannya. Ada hal yang lebih penting untuk diurus. Severus berjalan menuju perapian dan melemparkan bubuk floo dan berujar datar, "Gringotts."
***
Kementerian Sihir mengalami kegemparan besar. Beberapa pejabat kementerian menyingkir, memberi jalan pada seorang pria dengan wajah khas Darah Murni. Auranya begitu menekan, energi magisnya menguar, mendominasi siapapun yang hendak menghentikan langkahnya.
Lucius Malfoy dan Menteri Sihir, Cornelius Fudge, menatap tak percaya pada pria yang kini berdiri di hadapan mereka. Kedua orang paling berpengaruh di kementerian itu bahkan tak sanggup berkata-kata.
"Senang bertemu dengan kalian. Sudah lama rasanya aku tidak ke Inggris dan kalian tidak berubah. Kuharap kalian tidak melupakanku," sapa pria itu tenang. Mata abu-abunya berkilat jenaka.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir and Heiress of Hogwarts
Fanfic[Harry Potter Series 1] Ravenclaw!Harry, Bashing!Light, Grey!Harry. Harry Potter menghilang dari dunia sihir. Pada tahun 1991, sang Pahlawan kembali dengan seorang gadis cantik yang tak lain adalah adik kembarnya sendiri, Samarys Potter. Lebih meng...