21. Mencabuti Bulu Merak?

1.3K 167 17
                                    

Awal tahun ini benar-benar mengerikan! Benar-benar mengerikan!

Neville berujar ngeri dengan segala sumpah serapah berbagai bahasa yang ia ketahui. Di sampingnya, Rys tertawa sekalipun ia juga bergidik beberapa kali. Lord Gryffindor tampaknya benar-benar tak terkesan dengan pelajaran kali ini. Slytherin dan Gryffindor kali ini berada dalam satu kelas untuk pelajaran Pertahanan. Dan, seperti yang sudah mereka ketahui, Lockhart adalah neraka!

Bukan hanya buku-buku materi yang tak ada hubungannya dengan mata pelajaran, melainkan orang itu tak kompeten sama sekali. Bagaimana bisa mereka diberikan kuis hanya untuk mengetahui impian konyol profesor gadungan itu?

Rys mendengkus mengingat kalau Lockhart adalah alumni Ravenclaw. Apakah Alastair sudah terlalu tua hingga salah menempatkan orang itu? Yah, mungkin ia masuk ke Ravenclaw karena kepintarannya menipu orang.

"Dia benar-benar bajingan sebenarnya! Tidak kompeten, terlalu tebar pesona, penakut, dan bahkan apa-apaan kuis tadi?! Argh! Aku benar-benar akan membakar semua bukunya setelah ini!"

Tawa Rys lepas mendengar setiap gerutuan Neville yang diselingi berbagai jenis umpatan. Sangat jarang melihat Lord Gryffindor untuk out of character seperti ini. Mungkin, saking keterlaluannya cara mengajar Lockhart hingga Neville saja mengutuknya keras-keras.

"Astaga, Nev, hentikan! Bukan kau saja yang kesal di sini. Setidaknya simpan umpatanmu untuk nanti," tegur Rys di sela tawanya.

Neville mendelik. Ia menatap Rys penuh perhitungan. "Nanti, jika ada alasan untuk mengutuknya, jangan menghalangiku. Paham?" ujarnya serius.

"Tentu saja, My Lord. Kau bisa mengutuknya seorang diri. Sebagai Lady yang baik aku akan bersikap baik dengan hanya melihat dari jauh."

Sebuah senyuman terbentuk di wajah Neville mendengar balasan Rys yang penuh humor. Mata cokelatnya menghangat untuk saudarinya itu. Tangan kanan Neville memegang tangan kanan Rys sebelum menuntun gadis itu ke aula besar.

"Baiklah, ayo kita ke aula. Kukira yang lain sudah menunggu kita."

"Oke!"

Keduanya melangkah kaki ke aula besar, mendapati bahwa sebagian meja sudah penuh. Makan siang kali ini—seperti tahun kemarin—anak-anak Slytherin dan Ravenclaw berbaur. Dan, oh! Beberapa anak Hufflepuff mulai berani meninggalkan mejanya untuk duduk bersama teman-temannya dari kelas lain.

"Wah, bukankah ini perkembangan yang menarik?" ujar Neville. Nada senang tak bisa disembunyikan dari ucapannya.

Rys mengangguk tegas. "Mereka pasti melihat kalau bias di antara asrama sudah mulai memudar." Mata Rys bergulir ke arah para singa di meja paling ujung ruangan. "Yah, kecuali beberapa raja hutan yang kehilangan taringnya."

Wajah Neville seketika mendatar. Dengkusan tak acuh datang bersamaan ia menarik tangan Rys untuk menghampiri teman-teman mereka. "Apa yang kau harapkan dari singa yang telah dilatih oleh pawang? Menjadikan mereka raja hutan yang berwibawa? Yang ada mereka akan menjadi tontonan," balasnya sembari mengangkat bahu.

Kedua alis Rys terangkat. "Hooo, begitu."

Keduanya menghampiri Hogwarts' Army yang duduk di samping mayoritas Hufflepuff. Melihat kedatangan mereka, Susan menaikkan sebelah alisnya.

"Baru datang? Tidak biasa," ujarnya.

Rys memutar bola matanya imajinatif. Meletakkan tas di bawah meja, gadis itu duduk di samping Hermione yang makan dengan tenang. Neville duduk di sisi lainnya, berhadapan tepat dengan Susan, Hannah, Virgo, dan Libra.

"Harus lari dari merak dulu. Kami cukup muak karena dia memamerkan bulunya terlalu lama."

Beberapa orang tersedak mendengar ucapan lugas dari Lady Slytherin itu, tahu betul siapa yang dijuluki sebagai burung merak. Tak lama, tawa Virgo dan Libra mengudara, Hermione dan Hannah berbagi seringai, dan Susan tersenyum misterius.

The Heir and Heiress of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang