13. Rencana

2.9K 325 194
                                    

Brama bisa bernapas lega saat perawat omanya itu sudah duduk manis di kursi penumpang sebelahnya. Sempat merasa kesal karena teman laki-laki ingusan gadis itu bersikukuh untuk mengantar Soraya, tetapi akhirnya gadis itu memilih bersamanya dan tentu harus dengan ancaman pekerjaan.

Brama hanya mengancam, mana mungkin dia memecat orang yang bisa membuat Dahayu mengukir senyum lagi selama satu tahun murung terkena stroke. Gadis itu juga bisa membuatnya repot-repot ke kampus hanya untuk pulang bersama. Brama juga merasa aneh dengan dirinya sendiri.

"Mas Bos kok bisa ke kampus?"

Suara Soraya terdengar di hiruk pikuknya klakson mobil yang berhenti karena lampu merah. Brama mengalihkan pandangan dari jalanan sejenak kepada Soraya. "Saya habis meeting dari perusahaan partner kebetulan lewat kampus kamu."

Soraya mengangguk-angguk. Brama kembali melajukan mobilnya. Kenapa dia harus berbohong? Tidak ada meeting, dia sengaja menjemput Soraya.

"Mas Bos."

Brama menggumam. "Hmm?"

"Tolong berhenti."

Brama menoleh. Mengangkat alisnya melihat Soraya yang mengamati jalanan di luar jendela dengan serius, kemudian tanpa aba-aba menatapnya memohon. "Berhenti sebentar, Mas Bos."

"Ada apa?"

"Nanti saya ceritain. Berhenti sekarang, ya."

Brama tidak bisa melihat perempuan memohon-mohon seperti itu, terlebih Soraya. Wanita itu memegang lengannya yang tergantung di setir. Dengan helaan napas, Brama menepikan mobil walaupun tidak tahu tujuan gadis di sampingnya untuk apa.

Laki-laki itu memerhatikan Soraya yang berjalan menyebrangi jalan raya dengan girang sembari berteriak dan melambai tangan.

"AKMAL!"

Brama mengernyit. Akmal? Siapa dia? Brama menajamkan penglihatannya saat Soraya sudah sampai di seberang jalan dan berlari kecil menghampiri seorang anak laki-laki yang membawa gerobak.

"Kak Raya!"

Terlihat Soraya mengusap kepala bocah yang Brama duga seorang pemulung itu lalu memberikannya beberapa lembar uang dan sebuah buku. Brama tidak bisa mendengar percakapan keduanya, tetapi terlihat senyum lebar dari bocah bernama Akmal itu.

Setelahnya, Soraya masuk ke dalam mobil dan tersenyum amat manis kepada Mas Bosnya membuat Brama mengerjapkan mata lalu membuang muka.

"Terima kasih, Mas Bos. Saya bisa ketemu Akmal."

Brama menghidupkan mesin mobilnya. "Siapa dia?"

Soraya tampak menghadapkan dirinya ke arah kemudi untuk memudahkannya bercerita, tetapi justru membuat Brama tidak fokus karena mata Soraya seratus persen memandanginya.

"Duduk yang bener."

Dari ekor matanya, Soraya tampak memberengut dan memperbaiki posisi duduk. Namun, senyum manis dan indah di bibirnya masih tidak luntur.

"Jadi, Akmal itu orang yang nolongin saya waktu dikejar-kejar preman."

Brama tampak terkejut. Di kejar-kejar preman?

After She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang