20. Dansa

1.9K 199 161
                                    

Soraya menatap pantulan dirinya di cermin. Dress yang dibelikan oleh Brama sangat-sangat indah. Warna hitam pekat dengan brokat bunga pada bagian bahu kontras dengan kulit putih Soraya. Panjang dress selutut membuat gadis itu nyaman karena tidak kependekan. Kainnya juga sangat halus dan jangan tanyakan berapa harga untuk pakaian ini.

Soraya tidak sengaja melihat harga yang tertera di kertas nota saat membawakan tas Brama ke kamarnya. Harga yang fantastis hanya untuk sebuah dress.

Rp. 999.000,00.

Melihat itu Soraya memekik tertahan. Satu juta merupakan nominal besar yang dapat dia gunakan hidup selama satu bulan. Namun, Brama menggunakannya untuk membeli dress dan diberikan kepada Soraya.

Apa Mas Bos sengaja membuat aku tertekan memakai dress ini karena selalu mengingat harga?

Soraya mengembuskan napas. Dia akan memakai dengan hati-hati dan tidak akan membiarkannya kotor sedikit pun atau rusak. Saat akan mengambil alat make up yang dia punya, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk dari luar.

Dengan kernyitan di dahi, Soraya membuka pintu dan mendapati dua orang wanita muda tersenyum kepadanya.

"Kami disuruh Pak Brama untuk merias Anda."

Soraya membelalakkan mata. Benar-benar sangat niat Brama untuk mengajaknya. Soraya kemudian mempersilakan dua orang itu masuk dan menurut saja apa yang akan mereka lakukan.

Setelah bando terpasang, salah satu di antara mereka mulai membersihkan wajah Soraya. Satu lainnya mengambil sisir dan menata rambutnya. Seumur-umur ini adalah pertama kalinya Soraya diperlakukan layaknya di salon mahal dan menurutnya ini berlebihan.

Setelah tiga puluh menit, Soraya membuka mata. Wajah dirias membuat dirinya sangat mengantuk dan dia pun tidak sadar jika sudah selesai. Soraya kemudian perlahan-lahan melihat dirinya di cermin. Hal pertama yang melintas di otaknya adalah itu bukan dirinya.

Bagaimana bisa dia secantik ini? Jika diibaratkan, Soraya seperti salah satu pemain film layar lebar yang terkenal di Indonesia, memiliki paras ayu kebule-bulean, Chelsea Islan.

Dua wanita perias itu saling pandang dan sedikit tergelak melihat Soraya yang masih terpana seraya meraba-raba wajahnya sendiri.

"Mbak Raya emang sudah cantik walaupun gak di make-upin," ujar orang yang merias wajah Soraya.

"Benar Mbak, udah kayak Putri Keraton Jawa," timpal satunya.

Soraya tertawa dalam hati. Tidak mungkin dirinya se-luar biasa itu, apalagi hingga disamakan dengan putri jawa yang sangat cantik. Memang tatanan rambutnya sekarang menyerupai seorang putri dengan cepolan kecil di atas dan ditambah aksesoris rambut warna putih.

"Enggak lah, Mbak. Semua ini berkat kalian, loh!"

Dua orang itu tertawa sembari menatap bangga hasil kerja mereka di kaca besar depan Soraya. Keduanya merasa puas karena berhasil membuat Soraya yang memang sudah murni cantik menjadi tambah memesona. Semoga imbalan tinggi yang sudah diberikan Brama kepada mereka setimpal dengan apa yang mereka kerjakan.

Setelah itu, kedua perias membersihkan alat make-up dan berpamitan. Soraya mengucapkan banyak terima kasih karena telah dilayani dengan baik.

"Sama-sama, Mbak. Semoga kencannya lancar, ya."

Eh? Kencan dia bilang?

Soraya menyaksikan kepergian dua orang itu dengan mata memicing. Setelah puas tertawa karena anggapan perias itu, dia melirik jam tangannya yang menunjuk pukul delapan malam. Artinya masih satu jam lagi sebelum pesta dimulai. Dia akan segera bersiap dan mungkin Brama sudah menunggunya.

After She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang