Beberapa tahun kemudian.
Salah satu danau di ibu kota disulap menjadi sebuah tempat yang indah untuk dilangsungkannya pernikahan. Tanaman-tanaman berbunga putih menggantung di pepohonan, menghiasi setiap sudut danau. Rumput hijau bertabur kembang menambah kesan elegan yang menenangkan.
Pernikahan besar akan dilaksanakan sebentar lagi. Setelah penantian selama tiga tahun, akhirnya hari peresmian mereka tiba. Perlahan kursi-kursi putih mulai dipenuhi keluarga dari kedua belah pihak mempelai yang serasi memakai white dress. Terlihat ekspresi bahagia di sana, yang ditunjukkan oleh Freda dan suaminya, Oma Dahayu, Yanti begitu juga Warno. Tak lupa Revan duduk berdampingan dengan Gie dan Pastika dengan pacar barunya. Mereka saling menyunggingkan senyum turut bahagia.
Tak lama kemudian, pemeran utama dalam acara ini menunjukkan diri. Dari ujung tampak sepasang pengantin baru berjalan saling menghampiri. Pengantin wanita, Soraya, sangat memesona dalam balutan gaun putih satin yang memanjang di belakangnya. Rambutnya tergerai dengan tempelan mutiara. Seperti seorang dewi yang memang dikhususkan untuk Brama.
Di ujung seberangnya, Brama menunggu dengan senyum bahagia. Menyaksikan istrinya berjalan anggun menghampiri. Pandangannya tak lepas dari mata cokelat Soraya yang berbinar.
"Pengantin baru kita, Brama Adirespati dan Soraya Mekarwati!"
Riuh tepuk tangan seketika bergemuruh. Kedua insan yang telah disatukan dalam sebuah ikatan itu tidak dapat menyembunyikan tawa bahagianya. Mereka saling merangkul di depan para keluarga yang masih dengan senyum bahagia mereka.
Sesi berikutnya pemasangan cincin pernikahan. Brama mengeluarkan kotak beludru hitam dan mengambil sebuah cincin berukiran huruf B. Dia memasangkannya pada jari manis Soraya, terlihat sangat indah melingkar di sana.
Kemudian, Soraya mengambil cincin berukiran S dan memasangkan ke jari Brama. Soraya tersenyum lebar memandang laki-laki yang resmi merupakan suaminya.
"Aku ... bahagia banget. Terima kasih untuk semua ini." Soraya meloloskan air mata yang sudah menggenang di pelupuknya sejak tadi. Kebahagiaan ini merupakan anugrah yang tak terkira. Soraya juga yakin semua ini tak terlepas dari orang tuanya yang turut mendoakan di sana.
"Terima kasih karena kamu mau menerimaku sebagai pasangan hidupmu. Aku akan berupaya untuk membuatmu selalu bahagia." Brama mengecup puncak kepala Soraya dengan mata terpejam. Menyalurkan ketulusan yang ia rasakan.
Setelah itu mereka digiring ke tepi danau oleh para tamu. Di air yang tenang itu sudah disiapkan perahu kecil berwarna putih penuh dengan bunga-bunga indah. Soraya tertawa bahagia, tidak menyangka di hari pernikahan mereka akan menaiki perahu di tengah-tengah danau. Suatu pengalaman yang baru sekaligus menakjubkan.
Brama membantu sang istri menaiki perahu yang sedikit goyang-goyang karena air danau. Tak ada kendala berarti hingga mereka berdua sukses duduk berhadapan di atas perahu. Brama mendayung hingga ke sebuah garis berbentuk hati.
"Aku takut sekaligus senang naik perahu." Soraya mencengkeram pinggiran supaya tubuhnya tidak oleng dan tercebur di danau. Ini merupakan kejutan dari suaminya karena mereka tidak pernah berdiskusi akan berada di perahu.
"Tenang, Sayang. Setelah ini kamu akan bahagia melihatnya."
Dari pinggiran danau para tamu sudah berdiri sembari membawa keranjang bunga melati putih. Mereka menaburkannya di atas air hingga membuat bunga-bunga itu mengambang, melingkari perahu yang dinaiki Brama dan Soraya. Menghias beningnya air danau yang berkilauan diterpa cahaya matahari.
"Ini indah banget, Mas."
Brama tersenyum melihat raut terpesona Soraya. Kejutannya tentu akan menyenangkan istrinya. "Suka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After She's Gone
Romance[ End. Cerita Lengkap ] Soraya Mekarwati, seorang gadis berparas ayu dari kampung yang mendapat beasiswa kuliah ke Jakarta dan memberanikan diri tetap berangkat tanpa persetujuan ibunya. *** Untuk menghidupi kebutuhan di Jakarta, Soraya bekerja seb...